Capaian Partisipasi Imunisasi MR di Depok dan Bekasi Masih Rendah

Rabu, 04 Oktober 2017 - 05:22 WIB
Capaian Partisipasi...
Capaian Partisipasi Imunisasi MR di Depok dan Bekasi Masih Rendah
A A A
DEPOK - Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat mencatat tingkat partisipasi capaian imunisasi Meases Rubella (MR) Kota Depok dan Bekasi masih sangat rendah. Dinkes akan memanfaatkan perpanjangan masa imunisasi hingga 14 Oktober mendatang agar tingkat partisipasi imunisai MR di kota-kota yang rendah dapat naik dan sesuai target.

Kepala Seksi Surveilan dan Pencegahan Penyakit pada Dinkes Jawa Barat Yus Ruseno mengatakan, dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat hingga akhir September kemarin ada beberapa kota yang tingkat partisipasi capaian imunisasi MR-nya rendah. Kota-kota itu ialah, Kabupaten Sukabumi (74,47%), Kota Depok (80,88%), Kota Bekasi (82,67%), dan Kabupaten Bandung Barat (83,23%).

Untuk kota/kabupaten yang melampaui target nasional, yaitu Kota Cirebon, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Pangandaran, dan Kabupaten Sumedang."Hingga akhir September capaiannya baru 92,46% dari proyeksi 92,58% di Jawa Barat. Angka itu masih lebih rendah dari target nasional yaitu 95%," kata Yus di Depok pada Selasa, 3 Oktober 2017 kemarin.

Yus menuturkan, data-data tersebut masih bisa berubah, seiring validasi yang dilakukan tim Dinkes Jabar dan di daerah masing-masing. Soalnya, tak tertutup kemungkinan adanya data ganda.

Dia menuturkan, capaian yang diperoleh Jabar yaitu 92,46%, dinilainya sudah baik. Mengingat, jumlah sasaran anak yang diimunisasi di Jabar adalah yang tertinggi di Indonesia. "Jumlah sasaran adalah 12.127.620 jiwa anak usia 9 bulan hingga 15 tahun. Sementara yang telah telah diimunisai sekitar 11.213.735 anak," tuturnya.

Untuk mengejar target nasional 95%, Kementerian Kesehatan pun memperpanjang masa imunisasi hingga 14 Oktober mendatang. Untuk itu, Dinkes Jabar akan memanfaatkan waktu tambahan tersebut untuk mencapai realisasi 95% anak terimunisasi MR.

"Kami akan melakukan penyisiran, termasuk menggenjot daerah-daerah yang tingkat imunisasi MR-nya masih rendah seperti Kabupaten Sukabumi, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bandung Barat," paparnya.

Salah satu fokus penyisiran, kata Yus, ialah sekolah-sekolah. Berdasarkan data yang dimilikinya, masih ada sekolah-sekolah yang menolak siswa-siswanya diimunisasi. "Ada 20% sekolah yang masih menolak imunisasi. Ini yang akan kami dekati kembali," ucapnya.

Sejumlah kendala capaian rendah kata dia adanya penolakan dari orang tua. Sehingga sekolah pun susah untuk ditembus dan akhirnya menolak imunisasi MR. "Orang tua murid masih ragu apakah vaksin itu halal atau haram. Selain itu, ada yang ingin imunisasi bagi anaknya dilakukan dokter spesialis, bukan puskesmas. Untuk itu, kami memfasilitasi bagi dokter spesialis anak untuk melakukannya agar target tercapai. Tinggal nanti didata," katanya.

Kendalaa lainnya adalah munculnya kampanye negatif termasuk opini negatif yang disebabkan pemberitaan di media. Seperti pemberitaan seorang anak yang dikabarkan lumpuh, bahkan ada yang meninggal, tak lama setelah diimunisasi. "Setelah ditelusuri oleh tim dokter ahli, ternyata penyebabnya bukan imunisasi MR," katanya.

Menurut dia, sebelum seorang anak diimunisasi MR, tim lebih dahulu mendapat rekomendasi dari dokter. "Apakah imunisasi terhadap anak itu ditunda atau malah tidak boleh. Memang, ada beberapa anak yang tidak disarankan untuk menjalani imunisasi MR karena penyakit yang dideritanya," ucapnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7848 seconds (0.1#10.140)