Peneliti DRPM UI Beri Pelatihan Berbasis IT pada Komunitas di Depok
A
A
A
DEPOK - Peneliti Universitas Indonesia memberikan pelatihan berbasis IT pada Komunitas Anak Ciliwung (Kancil) yang berlokasi di Jalan Kapuk, Pondok Cina, Beji, Depok. Pelatihan diberikan pada 15 orang yang tergabung dalam Komunitas Kancil.
Pelatihan ini dimaksudkan memberi pembekalan pada anggota komunitas agar bisa menggunakan global positioning system (GPS). Sehingga komunitas ini bisa memberikan laporan dan data secara valid.
Komunitas Kancil sudah sering melakukan penyisiran dan laporan mengenai kondisi sekitar bantaran Kali Ciliwung. Mulai dari lokasi yang terdapat titik sampah hingga potensi longsor.
Dengan penggunaan GPS, maka laporan yang diberikan bisa sangat valid. Dan itu dapat digunakan untuk data kepada pemerintah sehingga bisa dilakukan antisipasi.
Irene Sondang, anggota Tim Pengabdian Masyarakat dari Kajian Pengembangan Perkotaan Universitas Indonesia (UI) mengatakan, pelatihan ini merupakan program dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) UI.
Output dari pelatihan ini nantinya anggota komunitas bisa lebih cekatan menggunakan GPS. "Pelatihan ini adalah pemetaan partisipatif mengenai kondisi wilayah tempat tinggal di bantaran sungai," kata Irene melalui rilis yang diterima SINDOnews, Kamis (17/5/2017).
Dengan menggunakan GPS kata Irene, anggota bisa lebih paham secara presisi dengan menggunakan peta. Dengan demikian, mereka bisa melakukan perencanaan secara baik untuk mengatur lingkungannya agar tetap terjaga keseimbangannya.
"Misalnya saja tempat sampah, dimana mereka bisa menempatkan tempat sampah hingga soal mitigasi bencana seperti longsor, banjir dan lainnya," katanya.
Pihaknya melihat perlu dilakukan pelatihan terhadap anggota Komunitas Kancil karena mereka bisa sangat membantu keseimbangan wilayah bantaran sungai. Pasalnya wilayah ini paling rentan terpapar dampak kerusakan lingkungan di bantaran kali.
"Mulai dari perumahan yang tidak teratur. Harapannya mereka bisa mengatur keseimbangan alam untuk menjaga lingkungan," tukasnya.
Susanto, salah satu anggota Komunitas Kancil mengaku sangat terbantu dengan pelatihan ini. Dirinya jadi lebih paham soal titik yang perlu dipantau. "Selama ini cuma manual saja. Jadi pelatihan ini sangat membantu kami di komunitas," katanya.
Menurutnya dengan pengenalan sistem GPS ini bisa lebih mudah. Termasuk dalam mengetahui data pasti kondisi lingkungan bantaran. "Responnya sangat baik dan ini mempermudah kita saat melihat atau mengirimkan data," katanya.
Pelatihan ini dimaksudkan memberi pembekalan pada anggota komunitas agar bisa menggunakan global positioning system (GPS). Sehingga komunitas ini bisa memberikan laporan dan data secara valid.
Komunitas Kancil sudah sering melakukan penyisiran dan laporan mengenai kondisi sekitar bantaran Kali Ciliwung. Mulai dari lokasi yang terdapat titik sampah hingga potensi longsor.
Dengan penggunaan GPS, maka laporan yang diberikan bisa sangat valid. Dan itu dapat digunakan untuk data kepada pemerintah sehingga bisa dilakukan antisipasi.
Irene Sondang, anggota Tim Pengabdian Masyarakat dari Kajian Pengembangan Perkotaan Universitas Indonesia (UI) mengatakan, pelatihan ini merupakan program dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) UI.
Output dari pelatihan ini nantinya anggota komunitas bisa lebih cekatan menggunakan GPS. "Pelatihan ini adalah pemetaan partisipatif mengenai kondisi wilayah tempat tinggal di bantaran sungai," kata Irene melalui rilis yang diterima SINDOnews, Kamis (17/5/2017).
Dengan menggunakan GPS kata Irene, anggota bisa lebih paham secara presisi dengan menggunakan peta. Dengan demikian, mereka bisa melakukan perencanaan secara baik untuk mengatur lingkungannya agar tetap terjaga keseimbangannya.
"Misalnya saja tempat sampah, dimana mereka bisa menempatkan tempat sampah hingga soal mitigasi bencana seperti longsor, banjir dan lainnya," katanya.
Pihaknya melihat perlu dilakukan pelatihan terhadap anggota Komunitas Kancil karena mereka bisa sangat membantu keseimbangan wilayah bantaran sungai. Pasalnya wilayah ini paling rentan terpapar dampak kerusakan lingkungan di bantaran kali.
"Mulai dari perumahan yang tidak teratur. Harapannya mereka bisa mengatur keseimbangan alam untuk menjaga lingkungan," tukasnya.
Susanto, salah satu anggota Komunitas Kancil mengaku sangat terbantu dengan pelatihan ini. Dirinya jadi lebih paham soal titik yang perlu dipantau. "Selama ini cuma manual saja. Jadi pelatihan ini sangat membantu kami di komunitas," katanya.
Menurutnya dengan pengenalan sistem GPS ini bisa lebih mudah. Termasuk dalam mengetahui data pasti kondisi lingkungan bantaran. "Responnya sangat baik dan ini mempermudah kita saat melihat atau mengirimkan data," katanya.
(ysw)