Pilgub DKI 2017, Pilkada Paling Brutal di Dunia Maya
A
A
A
JAKARTA - Perang di media sosial (medsos) dalam Pilgub DKI 2017 putaran kedua semakin brutal. Persaingan dari kubu pendukung benar-benar luar biasa dalam memanfaatkan medsos untuk melemparkan opini yang saling serang.
Pengamat komunikasi dari Universitas Indonesia Effendi Gazali menuturkan, Pilgub DKI Jakarta 2017 ini merupakan pilkada yang paling brutal di dunia maya."Apakah perang medsos itu mempengaruhi 450.000 suara yang 17%-nya diraih Agus-Sylvi pada putaran pertama dan 20% kelompok golput. Mereka bisa saja lelah, mungkin lebih efektif pakai opini positif. Pilkada kali ini bukan luber dari langsung umum bebas dan rahasia melainkan langsung umum dan brutal," kata Effendi Ghazali dalam diskusi Demokrasi Kebangsaan di Republik Sosial Media yang dilakukan di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis, 23 Maret 2017 kemarin.
Tim Medsos Anies-Sandi, Thomas Musa menuturkan, sejak putaran pertama Pilgub DKI, volunters medsos pendukung Anies-Sandi telah diajarkan untuk tetap menggunakan medsos secara positif. Di mana, sosok Anies-Sandi dan program menjadi fokus dalam penggunaan Medsos. Sehingga, Tim Medsos optimistis 450.000 suara yang belum memilih Anies-Sandi pada putaran pertama dapat beralih dalam putaran kedua.
"Sosok Anies yang berpengaruh dalam dunia pendidikan dan Sandiaga dalam dunia usaha itu yang kami sosialisasikan di medsos. Termasuk program-programnya," ungkapnya di tempat yang sama. Musa mengakui bila volunters Anies-Sandi di medsos kerap mengkritik kegagalan program yang dijalankan pasangan petahanan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saeful Hidayat.
Namun, kritik tersebut dibarengi dengan evaluasi melalui program Anies-Sandi. Misalnya saja dalam program penataan transportasi Ahok-Djarot yang belum menyentuh ke pemukiman selama lima tahun menjabat. Anies-Sandi, lanjut Musa, memaparkan program OK-Otrip untuk mengevaluasi program transportasi Ahok agar transportasi menyentuh ke pemukiman hanya dengan satu kali melakukan pembayaran.
"Kami lebih banyak diserang. Kami tidak membalas, tapi kalau ada yang perlu diluruskan ya kami luruskan melalui website Anies-Sandi yaitu Jakarta Maju Bersama. Dokumen yang tidak sesuai dengan website, dipastikan bukan milik Anies-Sandi," ujarnya.
Pengamat komunikasi dari Universitas Indonesia Effendi Gazali menuturkan, Pilgub DKI Jakarta 2017 ini merupakan pilkada yang paling brutal di dunia maya."Apakah perang medsos itu mempengaruhi 450.000 suara yang 17%-nya diraih Agus-Sylvi pada putaran pertama dan 20% kelompok golput. Mereka bisa saja lelah, mungkin lebih efektif pakai opini positif. Pilkada kali ini bukan luber dari langsung umum bebas dan rahasia melainkan langsung umum dan brutal," kata Effendi Ghazali dalam diskusi Demokrasi Kebangsaan di Republik Sosial Media yang dilakukan di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis, 23 Maret 2017 kemarin.
Tim Medsos Anies-Sandi, Thomas Musa menuturkan, sejak putaran pertama Pilgub DKI, volunters medsos pendukung Anies-Sandi telah diajarkan untuk tetap menggunakan medsos secara positif. Di mana, sosok Anies-Sandi dan program menjadi fokus dalam penggunaan Medsos. Sehingga, Tim Medsos optimistis 450.000 suara yang belum memilih Anies-Sandi pada putaran pertama dapat beralih dalam putaran kedua.
"Sosok Anies yang berpengaruh dalam dunia pendidikan dan Sandiaga dalam dunia usaha itu yang kami sosialisasikan di medsos. Termasuk program-programnya," ungkapnya di tempat yang sama. Musa mengakui bila volunters Anies-Sandi di medsos kerap mengkritik kegagalan program yang dijalankan pasangan petahanan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saeful Hidayat.
Namun, kritik tersebut dibarengi dengan evaluasi melalui program Anies-Sandi. Misalnya saja dalam program penataan transportasi Ahok-Djarot yang belum menyentuh ke pemukiman selama lima tahun menjabat. Anies-Sandi, lanjut Musa, memaparkan program OK-Otrip untuk mengevaluasi program transportasi Ahok agar transportasi menyentuh ke pemukiman hanya dengan satu kali melakukan pembayaran.
"Kami lebih banyak diserang. Kami tidak membalas, tapi kalau ada yang perlu diluruskan ya kami luruskan melalui website Anies-Sandi yaitu Jakarta Maju Bersama. Dokumen yang tidak sesuai dengan website, dipastikan bukan milik Anies-Sandi," ujarnya.
(whb)