LSI Paparkan Penyebab Elektabilitas Ahok Turun
A
A
A
JAKARTA - Elektabilitas calon petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Wagub DKI Djarot Saiful Hidayat mengalami penurunan. Sejumlah faktor menjadi penyebab turunnya elektabilitas pasangan yang diusung PDIP, Golkar, Hanura dan Nasdem tersebut.
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby mengatakan, berdasar survei LSI, tingkat kesukaan publik kepada Ahok pada Maret 2016 sebesar 71,3%. Persentase tersebut menurun pada Juli 2016 sebesar 68,9%.
"Ahok kuat, namun tingkat elektabilitas dan kesukaan terus menurun. Pada September ini saja tingkat kesukaan Ahok menjadi 58,2%," ungkap Adjie di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (4/10/2016).
Adjie melanjutkan, berapa faktor yang membuat Ahok tak lagi disukai responden di antaranya, isu kebijakan, kepribadian, serta munculnya cagub baru. "Beberapa faktor itu kami dapat melalui hasil penelitian kami setelah sehari pendaftaran calon, jadi sangat faktual dan diinginkan warga," tambahnya.
Adjie mengatakan, isu kebijakan yang menjadi penyebab Ahok tak disukai lagi karena selama ini banyaknya penertiban yang dilakukan Ahok. Mulai dari pembongkaran Kampung Pulo, Pasar Ikan, Bukit Duri, Kalijodo, dan Kampung Luar Batang.
"Meski kebijakan itu benar, namun cara melakukan penertiban tidak mengedepankan masalah biologis. Lebih mementingkan konglomerat, dinilai warga sangat meresahkan," tambahnya.
Mantan Bupati Belitung Timur itu juga sering marah. Hal itulah yang menjadi faktor lain membuat warga tak memilihnya. Terlebih, Ahok yang memiliki karakter kasar, dinilai warga tidak pantas.
"Dalam penelitian itu, Ahok terlalu banyak memaki pegawai hingga warga. Terlebih sosok arogan juga kerap diperlihatkannya," ungkapnya.
Munculnya nama-nama baru seperti Anies Baswedan dan Agus Yudhoyono, yang membuat warga mulai berpaling. Wajah-wajah baru ini terus muncul untuk memberikan warga memilih calon gubernurnya.
"Adanya alternatif calon gubernur baru yang membuat pamor Ahok terus turun," ucapnya.
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby mengatakan, berdasar survei LSI, tingkat kesukaan publik kepada Ahok pada Maret 2016 sebesar 71,3%. Persentase tersebut menurun pada Juli 2016 sebesar 68,9%.
"Ahok kuat, namun tingkat elektabilitas dan kesukaan terus menurun. Pada September ini saja tingkat kesukaan Ahok menjadi 58,2%," ungkap Adjie di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (4/10/2016).
Adjie melanjutkan, berapa faktor yang membuat Ahok tak lagi disukai responden di antaranya, isu kebijakan, kepribadian, serta munculnya cagub baru. "Beberapa faktor itu kami dapat melalui hasil penelitian kami setelah sehari pendaftaran calon, jadi sangat faktual dan diinginkan warga," tambahnya.
Adjie mengatakan, isu kebijakan yang menjadi penyebab Ahok tak disukai lagi karena selama ini banyaknya penertiban yang dilakukan Ahok. Mulai dari pembongkaran Kampung Pulo, Pasar Ikan, Bukit Duri, Kalijodo, dan Kampung Luar Batang.
"Meski kebijakan itu benar, namun cara melakukan penertiban tidak mengedepankan masalah biologis. Lebih mementingkan konglomerat, dinilai warga sangat meresahkan," tambahnya.
Mantan Bupati Belitung Timur itu juga sering marah. Hal itulah yang menjadi faktor lain membuat warga tak memilihnya. Terlebih, Ahok yang memiliki karakter kasar, dinilai warga tidak pantas.
"Dalam penelitian itu, Ahok terlalu banyak memaki pegawai hingga warga. Terlebih sosok arogan juga kerap diperlihatkannya," ungkapnya.
Munculnya nama-nama baru seperti Anies Baswedan dan Agus Yudhoyono, yang membuat warga mulai berpaling. Wajah-wajah baru ini terus muncul untuk memberikan warga memilih calon gubernurnya.
"Adanya alternatif calon gubernur baru yang membuat pamor Ahok terus turun," ucapnya.
(whb)