Warga Bukit Duri Pasrah Saat Rumahnya Digusur Pemerintah
A
A
A
JAKARTA - Warga Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan tampak tak sanggup menahan tangis lantaran rumahnya itu dibongkar secara paksa oleh Pemkot Jakarta Selatan. Meski demikian, mereka pasrah lantaran tak bisa melawan pada tindakan kesewenang pemerintah.
Salah seorang warga Bukit Duri, Rimiyati mengaku sudah tinggal di bantaran kali Ciliwung itu sekitar 30 tahunan. Dia mengatakan, rumah yang ditempatinya adalah bukan bangunan liar karena dirinya membeli ketika awal menempati lokasi itu.
"Saya tinggal sama anak saya tiga. Saya pun punya Akta Jual Beli (AJB). Itu rumah beli pakai duit dari hasil saya menabung. Sekarang malah digusur. Pasrah saya mau bagaimana lagi," ujarnya sambil menangis di depan reruntuhan rumahnya itu, Rabu (28/9/2016).
Dia pun sudah mengemasi barang-barangnya tapi belum pindah karena berharap penertiban itu dibatalkan. Walaupun ada aksi penolakan dari warga dan mahasiswa, penggusuran masih terus dilakukan oleh Pemkot Jaksel.
"Kirain bakal bisa ditunda sama yang demo tadi. Tapi ternyata masuk juga itu buldoser. Ya sudah tetap pindah kalau begitu," keluhnya.
Meski demikian, dirinya masih menunggu sang suami pulang kerja agar bisa pindah. Sementara menunggu suaminya pulang, ibu tiga anak itu akan menempatkan harta bendanya di salah satu musala. "Dikumpulin di musala dahulu. Sudah telpon sewaan mobil pikap tadi, tapi belum datang," ujarnya.
Selain itu, dia berharap, gugatan yang diajukan oleh warga ke Pengadilan Tinggi Usaha Negara (PTUN) menang. "Sehingga kami dapat penggantian," katanya. (Baca: Digugat Warga Bukit Duri, Pemkot Jaksel Tunda Pemberian SP3)
Salah seorang warga Bukit Duri, Rimiyati mengaku sudah tinggal di bantaran kali Ciliwung itu sekitar 30 tahunan. Dia mengatakan, rumah yang ditempatinya adalah bukan bangunan liar karena dirinya membeli ketika awal menempati lokasi itu.
"Saya tinggal sama anak saya tiga. Saya pun punya Akta Jual Beli (AJB). Itu rumah beli pakai duit dari hasil saya menabung. Sekarang malah digusur. Pasrah saya mau bagaimana lagi," ujarnya sambil menangis di depan reruntuhan rumahnya itu, Rabu (28/9/2016).
Dia pun sudah mengemasi barang-barangnya tapi belum pindah karena berharap penertiban itu dibatalkan. Walaupun ada aksi penolakan dari warga dan mahasiswa, penggusuran masih terus dilakukan oleh Pemkot Jaksel.
"Kirain bakal bisa ditunda sama yang demo tadi. Tapi ternyata masuk juga itu buldoser. Ya sudah tetap pindah kalau begitu," keluhnya.
Meski demikian, dirinya masih menunggu sang suami pulang kerja agar bisa pindah. Sementara menunggu suaminya pulang, ibu tiga anak itu akan menempatkan harta bendanya di salah satu musala. "Dikumpulin di musala dahulu. Sudah telpon sewaan mobil pikap tadi, tapi belum datang," ujarnya.
Selain itu, dia berharap, gugatan yang diajukan oleh warga ke Pengadilan Tinggi Usaha Negara (PTUN) menang. "Sehingga kami dapat penggantian," katanya. (Baca: Digugat Warga Bukit Duri, Pemkot Jaksel Tunda Pemberian SP3)
(mhd)