Penumpang Anggap Pelayanan KRL Makin Tak Manusiawi
A
A
A
JAKARTA - Buruknya pelayanan Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ) dikeluhkan sejumlah penumpang. Bahkan tak sedikit penumpang yang harus ditandu petugas karena pingsan akibat kelelahan naik KRL.
Sudah jadi rahasia umum kalau pelayanan kereta seperti tak manusiawi. Para penumpang harus berdesak saat ingin masuk ke dalam gerbong rangkaian dan keluar rangkaian kereta. Ini terjadi di saat jam sibuk seperti berangkat dan pulang kantor.
Kondisi di dalam gerbong lebih parah lagi, bejubelnya penumpang di dalam rangkaian membuat pendingin udara yang ada seringkali tak berasa. Untuk mengatasi pengapnya suasana gerbong, penumpang terpaksa membuka jendela gerbong demi memaksimalkan sirkulasi udara.
Ditemui di kawasan stasiun Palmerah, Glora, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tika (32) seorang pengguna jasa kereta api menyangkan dengan kondisi KRL. Ia menilai, KRL semakin sombong dengan tidak melakukan perbaikan dan peningkatan fasiltas setelah menjadi transportasi umum andalan masyarakat Jabodetabek.
"(Pelayanan) Semakin tidak manusiawi, jahanam banget. Apalagi kalau jam padat seperti pagi dan sore, berasa seperti di kompor," tutur wanita karir asal Serpong, Tangerang ini, Jumat (8/4/2016).
Bahkan hampir setiap hari Tika melihat ada penumpang KRL yang pingsan dan ditandu petugas stasiun untuk mendapat perawatan.
Padatnya pengguna KRL dapat di lihat secara kasat mata di beberapa stasiun, seperti stasiun Karet, Sudirman, Manggarai, Tanah Abang, Depok, Bogor, Bekasi, maupun lainnya.
Di beberapa stasiun itu, pengguna jasa acapkali direpotkan untuk masuk ke dalam kereta. Mereka harus berdesak-desakan lantaran berebut masuk ke dalam gerbong. Tak jarang akibat ini beberapa orang harus terpisah dari rombongannya.
Senior Manager PT KCJ Daop 1 PT KAI, Eva Chairunissa mengaku saat ini KCJ telah mengalami peningkatan jumlah okupansi penumpang. Kondisi ini terlihat dari pantauan pihaknya di sejumlah stasiun.
Tak hayal overtime, antar kereta pun semakin sempit, dari 15 menit di waktu siang, menjadi sekitar 4-7 menit pada pagi dan sore hari terutama di kawasan lintasan padat, seperti dari dan menuju Bekasi dan Bogor.
"Ada sekitar 860 ribu penumpang yang menggunakan KRL di 898 jadwal perjalanan," jelas Eva.
Meski demikian, sebagai operator yang menjalan Kereta Rel Listrik, kata Eva, pihaknya telah mengupayakan memaksimalkan kondisi yang ada. Adanya gangguan langsung ditindaklanjuti dengan berbagai cara, mulai pengalihan jalur kereta, hingga melakukan refund (pengembalian tiket).
Termasuk menyampaikan informasi kepada masyarakat, melalui media online, media sosial, hingga pengumuman melalui pengeras suara di sejumlah stasiun.
Langkah demikian, kata Eva, diyakini mampu meminimalisir penumpukan penumpang yang terjadi saat commuter line mengalami gangguan. "Sistem refund, kita gunakan untuk 2x24 jam," jelasnya.
Sudah jadi rahasia umum kalau pelayanan kereta seperti tak manusiawi. Para penumpang harus berdesak saat ingin masuk ke dalam gerbong rangkaian dan keluar rangkaian kereta. Ini terjadi di saat jam sibuk seperti berangkat dan pulang kantor.
Kondisi di dalam gerbong lebih parah lagi, bejubelnya penumpang di dalam rangkaian membuat pendingin udara yang ada seringkali tak berasa. Untuk mengatasi pengapnya suasana gerbong, penumpang terpaksa membuka jendela gerbong demi memaksimalkan sirkulasi udara.
Ditemui di kawasan stasiun Palmerah, Glora, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tika (32) seorang pengguna jasa kereta api menyangkan dengan kondisi KRL. Ia menilai, KRL semakin sombong dengan tidak melakukan perbaikan dan peningkatan fasiltas setelah menjadi transportasi umum andalan masyarakat Jabodetabek.
"(Pelayanan) Semakin tidak manusiawi, jahanam banget. Apalagi kalau jam padat seperti pagi dan sore, berasa seperti di kompor," tutur wanita karir asal Serpong, Tangerang ini, Jumat (8/4/2016).
Bahkan hampir setiap hari Tika melihat ada penumpang KRL yang pingsan dan ditandu petugas stasiun untuk mendapat perawatan.
Padatnya pengguna KRL dapat di lihat secara kasat mata di beberapa stasiun, seperti stasiun Karet, Sudirman, Manggarai, Tanah Abang, Depok, Bogor, Bekasi, maupun lainnya.
Di beberapa stasiun itu, pengguna jasa acapkali direpotkan untuk masuk ke dalam kereta. Mereka harus berdesak-desakan lantaran berebut masuk ke dalam gerbong. Tak jarang akibat ini beberapa orang harus terpisah dari rombongannya.
Senior Manager PT KCJ Daop 1 PT KAI, Eva Chairunissa mengaku saat ini KCJ telah mengalami peningkatan jumlah okupansi penumpang. Kondisi ini terlihat dari pantauan pihaknya di sejumlah stasiun.
Tak hayal overtime, antar kereta pun semakin sempit, dari 15 menit di waktu siang, menjadi sekitar 4-7 menit pada pagi dan sore hari terutama di kawasan lintasan padat, seperti dari dan menuju Bekasi dan Bogor.
"Ada sekitar 860 ribu penumpang yang menggunakan KRL di 898 jadwal perjalanan," jelas Eva.
Meski demikian, sebagai operator yang menjalan Kereta Rel Listrik, kata Eva, pihaknya telah mengupayakan memaksimalkan kondisi yang ada. Adanya gangguan langsung ditindaklanjuti dengan berbagai cara, mulai pengalihan jalur kereta, hingga melakukan refund (pengembalian tiket).
Termasuk menyampaikan informasi kepada masyarakat, melalui media online, media sosial, hingga pengumuman melalui pengeras suara di sejumlah stasiun.
Langkah demikian, kata Eva, diyakini mampu meminimalisir penumpukan penumpang yang terjadi saat commuter line mengalami gangguan. "Sistem refund, kita gunakan untuk 2x24 jam," jelasnya.
(ysw)