Kemacetan di Jalur Alternatif Diprediksi Meningkat Hingga 50%

Selasa, 30 Agustus 2016 - 01:07 WIB
Kemacetan di Jalur Alternatif Diprediksi Meningkat Hingga 50%
Kemacetan di Jalur Alternatif Diprediksi Meningkat Hingga 50%
A A A
JAKARTA - Pengendara kendaraan roda empat bernomor polisi ganjil hari ini Selasa 30 Agustus 2016 akan didenda Rp500.000 apabila nekat melintas di kawasan ganjil genap. Kemacetan di jalur alternatif diprediksi bertambah ketika denda maksimal tersebut diberlakukan.

Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Danang Parikesit mengatakan, sistem ganjil genap merupakan wacana lama yang jelas kajiannya hanya memindahan kemacetan, bukan mengurangi secara jaringan lalulintas. Dia menilai kemacetan di jalur alternatif akan bertambahn 30-50% dari kondisi biasa.

"Overall sebenarnya hanya akan memindahkan kemacetan, bukan mengurangi. Di kawasan ganjil genap memang kinerja kecepatan meningkat, tapi tetap harus melakukan enforcement terus menerus yang juga tidak murah karena masih menggunakan SDM secara manual," kata Danang saat dihubungi, Selasa 30 Agustus 2016.

Danang menjelaskan, sistem pembatasan kendaraan yang ideal diterapkan yaitu Elektronik Road pricing (ERP) atau jalan berbayar. Namun, untuk mendukung efektifitas ERP, diperlukan pembangunan transportasi massal yang saling terintegrasi satu sama lainya. Termasuk dengan penambahan fasilitas pendukungnya, baik itu park and ride ataupun halte-nya.

Sehingga, lanjut Danang, ketika pengendara pribadi dibatasi, mereka mempunyai pilihan untuk tetap bermobilitas sesuai kebutuhannya. "ERP semuanya berbasis elektronik. Sehingga lebih efektif untuk mengendalikan kemacetan. Tapi tetap angkutan massalnya harus diperbaiki," ujarnya.

Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta, Andri Yansyah mengakui bila kemacetan di jalur alternatif akan bertambah pasca diberlakukannya denda maksimal bagi pelangar kawasan ganjil genap. Hal itu pun terbukti ketika ujicoba ganjil genap dilakukan. Dimana, data jumlah kendaraan pribadi meningkat rata-rata sekitar 3-14%.

Misalnya saja di Jalan Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Saat ujicoba diberlakukan, kendaraan bertambah sekitar 6% pada pagi hari dari jumlah kendaraan 5.200 menjadi 5.836 perjam. Kemudian pada sore hari, kendaraan di kawasan tersebut bertambah sekitar 7% dari 5.190 menjadi 5.183 unit kendaraan perjam.

Lalu di Jalan Asia Afrika, kendaraan pribadi bertmbah sekitar 3% pada pagi hari dan sore hari dari jumlah kendaraan sebelumnya 3.230 menjadi 3.520. Di Jalan Rasuna Said, kendaraan bertmbah 14% dari jumlah kendaraan sebelumnya 7.382 unit per jam menjadi 8.388 unit per jam baik pagi ataupun sore hari.

"Tetapi kemacetan di kawasan ganjil genap menurun 19% dan kecepatan naik 20%. Jumlah penumpang bus TransJakarta pun bertambah. Artinya, efektifitas kawasan ganjil genap masih bisa diandalkan ketimbang kawasan 3 in 1. Kemacetan di jalur alternatif kami antisipasi dengan menempatkan 45 petugas di titik rawan kemacetan, khususnya di persimpangan dan pusat perbisnisan," jelasnya.

Untuk penambahan moda transportasi massal, lanjut Andry, saat ini DKI bersama pemerintah pusat terus berupaya membangunnya, baik itu Mass Rapid Transit (mRT), Light Rail Transit (LRT) dan Bus Rapid Transit (BRT).

BRT sendiri, kata Andri, saat ini terus ditingkatkan agar masyarakat semakin minat menggunakan angkutan umum. Termasuk dengan perbaikan dan penambahan fasilitasnya.

"Penambahan bus terus dilakuan secara bertahap hingga akhir tahun. Kami juga sedang membangun park and ride di Kebon kacang. Pada 2018 kami yakin semua akan terintegrasi dan kemacetan akan berkurang," ungkapnyaā€ˇ
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5295 seconds (0.1#10.140)