Kisah Adipati Awangga, Cikal Bakal Kawasan Kuningan

Sabtu, 04 April 2015 - 06:14 WIB
Kisah Adipati Awangga,...
Kisah Adipati Awangga, Cikal Bakal Kawasan Kuningan
A A A
KAWASAN Kuningan di Jakarta selatan kini menjadi tempat yang cukup elit di Jakarta. Dulunya, kawasan ini hanya berupa rawa dan hutan lebat yang diubah menjadi desa oleh pangeran yang berasal dari Kuningan Jawa Barat, yakni Adipati Awangga.

Berdasarkan penuturan salah seorang warga asli Jalan Taman Setiabudi 1, RW 02/02, kelurahan Setiabudi, Jakarta Selatan Rozak (51) menjelaskan, dulunya Adipati Awangga ini mengemban misi untuk menaklukan Sunda Kelapa dan Portugis.

"Ini awalnya dari nama Pangeran Kuningan, yang bernama asli Adipati Awangga. Saya tahu dari cerita kakek saya dulu," ujarnya kepada Sindonews di Setiabudi, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu. Menurut Rozak, dirinya mendapatkan kisah ini dari orang tuanya yang dituturkan secara turun temurun.

Pangeran Kuningan tersebut datang ke Jakarta lantaran membawa misi untuk menaklukan Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta ini. Setelah menang, beliau lantas menetap di kawasan Kuningan, Jakarta.

Kawasan Kuningan sendiri dahulunya hanya berupa hamparan rawa dan hutan yang akhirnya di babat oleh Pangeran Kuningan untuk dijadikan desa untuk tempat tinggalnya dia bersama pasukannya.

"Dia kemudian menyebarkan ajaran Islam ke masyarakat sekitar yang lebih dahulu menetap di sekitar Kuningan. Masyarakat yang mengetahui desa tempat tingal Adipati Awangga itu akhirnya mengenal desa itu dengan nama Kuningan, sesuai daerah Pangeran tersebut berasal," terangnya.

Rozak menjelaskan, pada saat hidup dahulu, Pangeran Kuningan tinggal di pinggiran Kali Krukut. Bahkan, kakeknya menceritakan kalau dahulu, Pangeran Kuningan membangun tempat tinggalnya di sekitaran Museum Satria Mandala, tepatnya di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.

"Makamnya pun memang ada di situ. Sekarang masih ada, cuma lokasinya bersamaan dengan Gedung Telkom yang ada di situ. Masih marak orang berziarah ke kuburan itu," tutupnya.

Berdasarkan data yang dihimpun, Pangeran Kuningan ini lahir di Desa Cangkuang Cirebon sekitar tahun 1449 masehi. Sebelum menjadi pangerang Kuningan, Adipati Cangkuang ini berguru pada Sunan Gunung Jati dan menetap di Cirebon.

Karena pengetahuannya cukup tinggi, akhirnya Sunan Gunung Jati mengangkat Adipati Cangkuang sebagai kepala desa Kuningan Jawa Barat dengan gelar Adipati Awangga.

Sekitar tahun 1482, lahirlah putra Mahkota Kerajaan Cirebon yang diberi gelar Pangeran Kuningan yang merupakan putra dari Sunan Gunung Jati dengan Ong Tien Nioyang yang bergelar Ratu Rarasumanding. Adipati Awangga sendiri dinobatkan menjadi pangeran Kuningan sebagai wali mahkota putera Sunan Gunung Jati dengan Ratu Rarasumanding tersebut.

Sayangnya, usia putera mahkota itu tak lama sehingga Sunan Gunung Jati menobatkan Adipati Awangga sebagai Pangeran Kuningan. Saat itu, Adipati Awangga juga diangkat sebagai panglima perang di Kuningan.

Sekitar tahun 1526, Sunan Gunung Jati bersama Sultan Trenggono atau SUltan Demak III mengirim bala tentara sebanyak 1.918 personel membantu kerajaan Banten menghalau ekspansi kerajaan Pajajaran yang dibantu Portugis.

Tentara gabungan kerajaan Demak dan Cirebon ini berangkat ke Sunda Kelapa dipimpin oleh Falatehan bersama Pangeran Cakrabuawan, Adipati Keling, Adipati Awangga, dan pangeran lainnya.

Ribuan pasukan ini bergerak ke Sunda Kelapa melalui jalan laut dan darat. Pasukan darat bergerak dari Cirebon melalui rute Karawang, Pakuan Bogor, dan langsung ke Banten.

Setelah berhasil menghalau pasukan kerajaan Pajajaran, pasukan gabungan ini langsung menyerang pasukan Portugis di Sunda Kelapa. Kemenangan di Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527 ini yang dijadikan hari kelahiran Kota Jakarta.

Usai kemenangan ini, pasukan tentara gabungan Demak Cirebon yang tersisa kembali ke kota masing-masing. Pasukan, Adipati Keling dan Pangeran Cakrabuana pun kembali ke Demak dan Cirebon.

Sedangan Falatehan dan Pangeran Kuningan serta pasukannya menetap di Batavia. Sepeninggal Falatehan (belakangan dikenal dengan nama Fatahillah) yang sempat memegang tampuk pimpinan sebagai Adipati I atau setingkat dengan Gubernur, Pangeran Kuningan lah yang menggantikan sebagai Adipati ke-II. Pelantikan dilakukan oleh Sunan Gunung Jati.

Tidak seperti Falatehan, Pangeran Kuningan malah menggerakkan roda pemerintahan di daerah Selatan. Beliau mencari kawasan baru melalui Sungai Krukut yang dulunya masih berupa hutan belukar dan rawa. Dengan menggunakan perahu, Pangeran Kuningan dengan pasukan yang tersisa membuka pemukiman yang belakangan di kenal sebagai kampung Kuningan.

(Sumber: diolah dari berbagai sumber)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1023 seconds (0.1#10.140)