Sejarah Jabodetabek 1970-an, Dimulai dari Konsep Metropolitan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Istilah Jabodetabek sudah sangat tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Jabodetabek, yang merupakan akronim dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, berawal dari konsep metropolitan yang dicetuskan oleh eks Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin .
Melansir Jurnal Ilmu Sejarah (2019) bertajuk ‘Perkembangan Pembangunan Kota Jakarta Sebagai Kota Metropolitan Masa Gubernur Ali Sadikin 1966-1977’, di masa kepemimpinan Ali Sadikin, Jakarta merupakan kota yang menjadi pusat pemerintahan Indonesia. Namun, kondisi Jakarta kala itu belum begitu maju dengan pembangunan yang minim.
Ali Sadikin kemudian melakukan pembangunan di banyak lini dan mengusung konsep metropolitan. Artinya, Jakarta adalah kota besar yang menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, dan ekonomi.
Di masa-masa awal kepemimpinannya, Ali juga ingin pemerintah daerah memiliki andil besar untuk membangun dan mengembangkan kota. Istilah Jabotabek akhirnya lahir pada tahun 1970-an.
Melansir Historia, Jabotabek memiliki tiga karakteristik, yakni perkotaan, perdesaan, dan terakhir adalah peralihan dari desa ke kota. Sementara itu, pengembangan Jabotabek sendiri melalui tiga tahap, yakni tahap pertama yang menargetkan pengembangan Tangerang dan Bekasi sebagai kawasan industri.
Rencana ini berlangsung dari tahun 1975 sampai 1980. Tahap kedua pada 1980-1990, Ali dan jajarannya membidik pembangunan di Cibinong, Bogor, Tangerang, dan Cikarang. Terakhir, tahap ketiga berlangsung pada tahun 1990 hingga 2000, dan mulai merambah ke pembangunan di Ciputat, Ciledug, dan Cileungsi.
Dalam setiap tahapannya, Ali selalu melakukan pembangunan area hijau di masing-masing kota. Nama Jabotabek kemudian berkembang menjadi Jabodetabek (ditambah Depok) pada tahun 1999.
Sementara itu, muncul pula konsep megapolitan yang dibawa oleh Ali bersama Sutiyoso, ke hadapan Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) pada Februari 2005. Dalam tulisan Tarsoen Waryono bertajuk ‘Peran Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Dalam Kancah Menuju Kawasan Megapolitan’, yang dimuat dalam Kumpulan Makalah Periode 1987-2008, megapolitan adalah konsep penataan dan pengaturan pada kawasan Jabodetabek secara berkelanjutan.
Namun, bukan berarti wilayah Bodetabek masuk dalam Provinsi DKI Jakarta, mereka tetap berdiri masing-masing di wilayah provinsi awalnya. Seperti Bogor, Bekasi, dan Depok yang tetap berada di Jawa Barat, serta Tangerang di Banten.
Melansir Jurnal Ilmu Sejarah (2019) bertajuk ‘Perkembangan Pembangunan Kota Jakarta Sebagai Kota Metropolitan Masa Gubernur Ali Sadikin 1966-1977’, di masa kepemimpinan Ali Sadikin, Jakarta merupakan kota yang menjadi pusat pemerintahan Indonesia. Namun, kondisi Jakarta kala itu belum begitu maju dengan pembangunan yang minim.
Ali Sadikin kemudian melakukan pembangunan di banyak lini dan mengusung konsep metropolitan. Artinya, Jakarta adalah kota besar yang menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, dan ekonomi.
Di masa-masa awal kepemimpinannya, Ali juga ingin pemerintah daerah memiliki andil besar untuk membangun dan mengembangkan kota. Istilah Jabotabek akhirnya lahir pada tahun 1970-an.
Melansir Historia, Jabotabek memiliki tiga karakteristik, yakni perkotaan, perdesaan, dan terakhir adalah peralihan dari desa ke kota. Sementara itu, pengembangan Jabotabek sendiri melalui tiga tahap, yakni tahap pertama yang menargetkan pengembangan Tangerang dan Bekasi sebagai kawasan industri.
Rencana ini berlangsung dari tahun 1975 sampai 1980. Tahap kedua pada 1980-1990, Ali dan jajarannya membidik pembangunan di Cibinong, Bogor, Tangerang, dan Cikarang. Terakhir, tahap ketiga berlangsung pada tahun 1990 hingga 2000, dan mulai merambah ke pembangunan di Ciputat, Ciledug, dan Cileungsi.
Dalam setiap tahapannya, Ali selalu melakukan pembangunan area hijau di masing-masing kota. Nama Jabotabek kemudian berkembang menjadi Jabodetabek (ditambah Depok) pada tahun 1999.
Sementara itu, muncul pula konsep megapolitan yang dibawa oleh Ali bersama Sutiyoso, ke hadapan Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) pada Februari 2005. Dalam tulisan Tarsoen Waryono bertajuk ‘Peran Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Dalam Kancah Menuju Kawasan Megapolitan’, yang dimuat dalam Kumpulan Makalah Periode 1987-2008, megapolitan adalah konsep penataan dan pengaturan pada kawasan Jabodetabek secara berkelanjutan.
Namun, bukan berarti wilayah Bodetabek masuk dalam Provinsi DKI Jakarta, mereka tetap berdiri masing-masing di wilayah provinsi awalnya. Seperti Bogor, Bekasi, dan Depok yang tetap berada di Jawa Barat, serta Tangerang di Banten.
(mhd)