Sejarah Bongkaran, Tempat Pelacuran di Tanah Abang yang Sudah Tutup
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bongkaran merupakan nama prostitusi yang berada di Tanah Abang , Jakarta Pusat. Tempat tersebut sudah lama ditertibkan terkait aturan yang dicanangkan Gubernur Joko Widodo (Jokowi) beserta Wakilnya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada 2013 lalu.
Sebagai pusat pemerintahan di zaman kolonial memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan kota Jakarta pasca kemerdekaan.
Baca juga : Lahan Bongkaran Tanah Abang Diduga Dikuasai Preman
Pertumbuhan penduduk yang pesat di wilayah tersebut mengakibatkan terjadi dikotomi dalam struktur kelas masyarakat yaitu kebudayaan metropolitan dan masyarakat kelas bawah.
Ditambah dengan arus urbanisasi ke Jakarta sejak awal 1950 an untuk mengadu nasib. Hal itu mengakibatkan Jakarta berkembang pesat dan mengalami berbagai perubahan yang cukup penting di beberapa sektor kehidupan.
Akibatnya muncullah kantong-kantong perkotaan tempat masyarakat kelas bawah ini kemudian diberi istilah sebagai kampung perkotaan.
Dikutip dari jurnal "Dilema Prostitusi dan Ekonomi dalam Pembangunan DKI Jakarta", Pada tahun 1960 an sampai 1990 an, prostitusi berkembang pada daerah kampung perkotaan tersebut, seperti Kramat Tunggak, Manggarai, Bangka-Blok P, Pasar Senen, Tanah Abang dan beberapa daerah kampung yang lain.
Alasan ekonomi menjadi faktor utama terbentuknya ladang prostitusi ini mengingat pasca Indonesia merdeka kondisi perekonomian masihlah memprihatinkan.
Salah satu tempat prostitusi yang berkembang kala itu adalah Bongkaran. Awalnya Bongkaran hanyalah tempat yang kecil dan hanya dihuni oleh beberapa wanita penghibur saja.
Baca juga : Artis, Prostitusi, dan Narkoba
Seiring berjalannya waktu mulai banyak wanita pendatang baru hingga membuat warung remang-remang di pinggir rel kereta.
Sebenarnya Bongkaran telah berkali kali dilakukan penertiban dimulai pada awal tahun 1980an. Meski begitu tempat tersebut tetap saja transaksi kotor masihlah terjadi.
Saking tertutupnya tempat ini bahkan membuat Wakil Gubernur Ahok mengaku sebelumnya tidak mengetahui bahwa ada tempat prostitusi di wilayah Tanah Abang.
Dengan ketegasannya tempat itupun ditutup karena menurut Ahok, Bongkaran merupakan salah satu tempat yang meresahkan. Hal ini tentu karena prostitusi akan menjadi noda tersendiri dan akan banyak menimbulkan dampak negatif.
Sebagai pusat pemerintahan di zaman kolonial memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan kota Jakarta pasca kemerdekaan.
Baca juga : Lahan Bongkaran Tanah Abang Diduga Dikuasai Preman
Pertumbuhan penduduk yang pesat di wilayah tersebut mengakibatkan terjadi dikotomi dalam struktur kelas masyarakat yaitu kebudayaan metropolitan dan masyarakat kelas bawah.
Ditambah dengan arus urbanisasi ke Jakarta sejak awal 1950 an untuk mengadu nasib. Hal itu mengakibatkan Jakarta berkembang pesat dan mengalami berbagai perubahan yang cukup penting di beberapa sektor kehidupan.
Akibatnya muncullah kantong-kantong perkotaan tempat masyarakat kelas bawah ini kemudian diberi istilah sebagai kampung perkotaan.
Dikutip dari jurnal "Dilema Prostitusi dan Ekonomi dalam Pembangunan DKI Jakarta", Pada tahun 1960 an sampai 1990 an, prostitusi berkembang pada daerah kampung perkotaan tersebut, seperti Kramat Tunggak, Manggarai, Bangka-Blok P, Pasar Senen, Tanah Abang dan beberapa daerah kampung yang lain.
Alasan ekonomi menjadi faktor utama terbentuknya ladang prostitusi ini mengingat pasca Indonesia merdeka kondisi perekonomian masihlah memprihatinkan.
Salah satu tempat prostitusi yang berkembang kala itu adalah Bongkaran. Awalnya Bongkaran hanyalah tempat yang kecil dan hanya dihuni oleh beberapa wanita penghibur saja.
Baca juga : Artis, Prostitusi, dan Narkoba
Seiring berjalannya waktu mulai banyak wanita pendatang baru hingga membuat warung remang-remang di pinggir rel kereta.
Sebenarnya Bongkaran telah berkali kali dilakukan penertiban dimulai pada awal tahun 1980an. Meski begitu tempat tersebut tetap saja transaksi kotor masihlah terjadi.
Saking tertutupnya tempat ini bahkan membuat Wakil Gubernur Ahok mengaku sebelumnya tidak mengetahui bahwa ada tempat prostitusi di wilayah Tanah Abang.
Dengan ketegasannya tempat itupun ditutup karena menurut Ahok, Bongkaran merupakan salah satu tempat yang meresahkan. Hal ini tentu karena prostitusi akan menjadi noda tersendiri dan akan banyak menimbulkan dampak negatif.
(bim)