Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa yang Telah Dikenal Sejak Abad 12
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebagai negara maritim, pelabuhan di Indonesia memegang peranan penting dalam konektivitas industri negara. Pelabuhan menjadi infrastruktur strategis yang mendukung kegiatan ekonomi dan mobilitas penduduk, dari era kerajaan hingga saat ini.
Salah satu pelabuhan bersejarah di Indonesia adalah Pelabuhan Sunda Kelapa. Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan tertua di Indonesia yang menyimpan sejarah panjang dari perjalanan Ibu Kota.
Melansir dari laman Pelindo, Pelabuhan Sunda Kelapa sudah dikenal sejak abad ke-12 yang berada di bawah kepemilikan Kerajaan Sunda atau Kerajaan Pakuan Padjajaran. Mengingat letaknya yang strategis, pelabuhan ini menjadi tempat singgah bagi kapal-kapal Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah.
Mereka membawa komoditas berupa kopi, porselen, hingga kain sutera. Untuk ditukarkan dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas Nusantara saat itu.
Pada tahun 1511, bangsa Portugis datang ke Nusantara, tepatnya ke daerah Malaka. Ekspansi mereka mengelilingi dunia ditujukan untuk mencari rempah-rempah dan melakukan perdangan, hingga sampailah mereka ke Pelabuhan Sunda Kelapa.
Sejarah mencatat bahwa Portugis berhasil membuat perjanjian dagang dengan Kerajaan Sunda pada 1522. Perjanjian tersebut juga memberikan kebebasan bagi Portugis untuk berdagang melalui Sunda Kelapa. Mereka juga mendapat izin untuk membangun gudang sebagai tempat menampung barang dagangannya.
Pada 1527, Portugis kembali datang untuk memperpanjang perjanjian, namun saat itu Pelabuhan Sunda Kelapa sudah dikuasai Kesultanan Demak. Tidak seperti Kerajaan Sunda, Kesultanan Demak melihat kedatangan Portugis sebagai ancaman.
Oleh karenanya, Fatahillah yang merupakan Raja Kerajaan Demak menurunkan bala tentaranya utuk mengusir Portugis. Dalam peperangan tersebut, Kerajaan Demak yang dibantu oleh Kerajaan Cirebon meraih kemenangan dan berhasil mengusir Portugis pada 22 Juni 1527.
Fatahillah kemudian mengganti nama Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi Pelabuhan Jayakarta yang berarti kemenangan yang gilang-gemilang.
Kekuasaan Fatahillah yang mulai meredup digantikan oleh Kesultanan Banten yang dipimpin oleh Pangeran Wijayakrama. Saat masa pemerintahan Kesultanan Banten, Belanda datang ke Jayakarta dan menjalin komunikasi.
Kedatangan perusahaan dagang Belanda VOC yang semula baik-baik berakhir dengan penghimpunan tentara dan terjadi perlawanan. Jan Pieterszoon Coen yang merupakan Gubernur Jenderal VOC kala itu memimpin peperangan melawan Kesultanan Demak yang berakhir dengan kemenangan Belanda.
Salah satu pelabuhan bersejarah di Indonesia adalah Pelabuhan Sunda Kelapa. Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan tertua di Indonesia yang menyimpan sejarah panjang dari perjalanan Ibu Kota.
Melansir dari laman Pelindo, Pelabuhan Sunda Kelapa sudah dikenal sejak abad ke-12 yang berada di bawah kepemilikan Kerajaan Sunda atau Kerajaan Pakuan Padjajaran. Mengingat letaknya yang strategis, pelabuhan ini menjadi tempat singgah bagi kapal-kapal Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah.
Mereka membawa komoditas berupa kopi, porselen, hingga kain sutera. Untuk ditukarkan dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas Nusantara saat itu.
Pada tahun 1511, bangsa Portugis datang ke Nusantara, tepatnya ke daerah Malaka. Ekspansi mereka mengelilingi dunia ditujukan untuk mencari rempah-rempah dan melakukan perdangan, hingga sampailah mereka ke Pelabuhan Sunda Kelapa.
Sejarah mencatat bahwa Portugis berhasil membuat perjanjian dagang dengan Kerajaan Sunda pada 1522. Perjanjian tersebut juga memberikan kebebasan bagi Portugis untuk berdagang melalui Sunda Kelapa. Mereka juga mendapat izin untuk membangun gudang sebagai tempat menampung barang dagangannya.
Pada 1527, Portugis kembali datang untuk memperpanjang perjanjian, namun saat itu Pelabuhan Sunda Kelapa sudah dikuasai Kesultanan Demak. Tidak seperti Kerajaan Sunda, Kesultanan Demak melihat kedatangan Portugis sebagai ancaman.
Oleh karenanya, Fatahillah yang merupakan Raja Kerajaan Demak menurunkan bala tentaranya utuk mengusir Portugis. Dalam peperangan tersebut, Kerajaan Demak yang dibantu oleh Kerajaan Cirebon meraih kemenangan dan berhasil mengusir Portugis pada 22 Juni 1527.
Fatahillah kemudian mengganti nama Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi Pelabuhan Jayakarta yang berarti kemenangan yang gilang-gemilang.
Kekuasaan Fatahillah yang mulai meredup digantikan oleh Kesultanan Banten yang dipimpin oleh Pangeran Wijayakrama. Saat masa pemerintahan Kesultanan Banten, Belanda datang ke Jayakarta dan menjalin komunikasi.
Kedatangan perusahaan dagang Belanda VOC yang semula baik-baik berakhir dengan penghimpunan tentara dan terjadi perlawanan. Jan Pieterszoon Coen yang merupakan Gubernur Jenderal VOC kala itu memimpin peperangan melawan Kesultanan Demak yang berakhir dengan kemenangan Belanda.