Kisah Misteri Gunung Halimun, Benteng Gaib Prabu Siliwangi yang Kerap Terjadi Kecelakaan Pesawat
loading...
A
A
A
BOGOR - Gunung Halimun terletak di tiga wilayah kabupaten, yaitu di Kabupaten Bogor (Jawa Barat), Kabupaten Sukabumi (Jawa Barat), dan Kabupaten Lebak (Banten). Gunung ini memiliki ketinggian 1.929MDPL dan menjadi bagian dari wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS).
Menjadi gunung tertinggi di Provinsi Banten, nama “Halimun” disematkan sebagai nama gunung karena sesuai dengan kondisi fisik dari gunung tersebut. Halimun berasal dari bahasa Sunda yang berarti “berawan” atau “berkabut.”
Gunung Halimun memang sering diselimuti kabut. Kondisi tersebut rupanya sering dikaitkan dengan kisah-kisah berbau mistis. Banyak masyarakat sekitar yang percaya bahwa kabut tersebut merupakan benteng gaib dari Kerajaan Pajajaran.
Benteng-benteng Kerajaan Prabu Siliwangi ini dianggap hanya bisa dilihat oleh mata batin saja. Mitos ini juga berhubungan dengan cerita misteri mengenai kemunculan ratusan harimau gaib dan juga kerajaan kera.
Menurut cerita, harimau dan kera-kera tersebut merupakan pasukan penjaga Kerajaan Pajajaran yang bertugas melindungi Prabu Siliwangi saat bersemedi di Gunung Halimun. Diharapkan siapa pun yang berada di sana mampu menjaga perilakunya.
Apabila tidak, konon katanya orang yang tidak menjaga perilakunya akan disesatkan dan masuk ke dalam kabut. Selain itu, beberapa kejadian aneh lainnya juga terjadi di gunung ini.
Ada cerita mistis yang berkaitan dengan banyaknya kecelakaan yang terjadi di daerah sekitar Gunung Halimun. Sama dengan kisah mistis segitiga bermuda, Gunung Halimun menjadi salah satu bagian dari segitiga misteri Bogor.
Adapun wilayah lain yang juga termasuk segitiga misteri Bogor adalah Gunung Salak dan Gunung Gede. Konon katanya, ada satu titik yang dianggap sakral di daerah ini. Apa pun yang lewat di atasnya, akan jatuh.
Termasuk burung, manusia, ataupun pesawat. Wajar jika banyak pesawat jatuh di sekitar lokasi yang sama sekitar segitiga misteri Bogor (Gunung Halimun-Gunung Salak-Gunung Gede).
Sejak tahun 2003 hingga 2012 tercatat sudah ada 6 kali musibah kecelakaan pesawat terjadi di Gunung Salak yang berdekatan dengan Gunung Halimun. Tahun 2003, sebanyak 7 orang tewas dalam musibah jatuhnya helikopter S-58 Twin Pack milik TNI Angkatan Udara.
Tahun 2004, pesawat Paralayang JT500 jatuh dan menewaskan 3 orang. Dua bulan kemudian pesawat Cessna 185 Skywagon jatuh dan menewaskan 5 orang. Pada tahun 2008, pesawat Cassa TNI AU A212-200 juga jatuh di Gunung Salak menewaskan 18 orang.
Setahun berselang tepatnya April 2009, pesawat latih Sundowner menewaskan 3 orang. Terakhir, tahun 2012, kecelakaan di Gunung Salak menimpa pesawat Sukhoi Superjet 100 yang menewaskan paling banyak korban, yakni 45 orang.
Akibat dari banyaknya peristiwa kecelakaan yang terjadi, mantan Wakil Gubernur Jawa Barat kala itu, Dede Yusuf, mengimbau agar maskapai penerbangan tidak menerbangkan pesawatnya melewati 3 gunung tersebut karena dianggap jalur berbahaya yang dapat memutus komunikasi pesawat.
Memiliki kisah mistis, gunung ini dikenal sepi pendakian. Menurut pernyataan Awen Supranata, Kepala Balai TNGHS, Gunung Halimun memang bukan untuk pendakian, tapi lebih banyak digunakan untuk penelitian. Makanya disebut sebagai gunung sepi pendaki, tetapi ramai peneliti.
Menjadi gunung tertinggi di Provinsi Banten, nama “Halimun” disematkan sebagai nama gunung karena sesuai dengan kondisi fisik dari gunung tersebut. Halimun berasal dari bahasa Sunda yang berarti “berawan” atau “berkabut.”
Gunung Halimun memang sering diselimuti kabut. Kondisi tersebut rupanya sering dikaitkan dengan kisah-kisah berbau mistis. Banyak masyarakat sekitar yang percaya bahwa kabut tersebut merupakan benteng gaib dari Kerajaan Pajajaran.
Benteng-benteng Kerajaan Prabu Siliwangi ini dianggap hanya bisa dilihat oleh mata batin saja. Mitos ini juga berhubungan dengan cerita misteri mengenai kemunculan ratusan harimau gaib dan juga kerajaan kera.
Menurut cerita, harimau dan kera-kera tersebut merupakan pasukan penjaga Kerajaan Pajajaran yang bertugas melindungi Prabu Siliwangi saat bersemedi di Gunung Halimun. Diharapkan siapa pun yang berada di sana mampu menjaga perilakunya.
Apabila tidak, konon katanya orang yang tidak menjaga perilakunya akan disesatkan dan masuk ke dalam kabut. Selain itu, beberapa kejadian aneh lainnya juga terjadi di gunung ini.
Ada cerita mistis yang berkaitan dengan banyaknya kecelakaan yang terjadi di daerah sekitar Gunung Halimun. Sama dengan kisah mistis segitiga bermuda, Gunung Halimun menjadi salah satu bagian dari segitiga misteri Bogor.
Adapun wilayah lain yang juga termasuk segitiga misteri Bogor adalah Gunung Salak dan Gunung Gede. Konon katanya, ada satu titik yang dianggap sakral di daerah ini. Apa pun yang lewat di atasnya, akan jatuh.
Termasuk burung, manusia, ataupun pesawat. Wajar jika banyak pesawat jatuh di sekitar lokasi yang sama sekitar segitiga misteri Bogor (Gunung Halimun-Gunung Salak-Gunung Gede).
Baca Juga
Sejak tahun 2003 hingga 2012 tercatat sudah ada 6 kali musibah kecelakaan pesawat terjadi di Gunung Salak yang berdekatan dengan Gunung Halimun. Tahun 2003, sebanyak 7 orang tewas dalam musibah jatuhnya helikopter S-58 Twin Pack milik TNI Angkatan Udara.
Tahun 2004, pesawat Paralayang JT500 jatuh dan menewaskan 3 orang. Dua bulan kemudian pesawat Cessna 185 Skywagon jatuh dan menewaskan 5 orang. Pada tahun 2008, pesawat Cassa TNI AU A212-200 juga jatuh di Gunung Salak menewaskan 18 orang.
Setahun berselang tepatnya April 2009, pesawat latih Sundowner menewaskan 3 orang. Terakhir, tahun 2012, kecelakaan di Gunung Salak menimpa pesawat Sukhoi Superjet 100 yang menewaskan paling banyak korban, yakni 45 orang.
Akibat dari banyaknya peristiwa kecelakaan yang terjadi, mantan Wakil Gubernur Jawa Barat kala itu, Dede Yusuf, mengimbau agar maskapai penerbangan tidak menerbangkan pesawatnya melewati 3 gunung tersebut karena dianggap jalur berbahaya yang dapat memutus komunikasi pesawat.
Memiliki kisah mistis, gunung ini dikenal sepi pendakian. Menurut pernyataan Awen Supranata, Kepala Balai TNGHS, Gunung Halimun memang bukan untuk pendakian, tapi lebih banyak digunakan untuk penelitian. Makanya disebut sebagai gunung sepi pendaki, tetapi ramai peneliti.
(ams)