Profil Jenderal Polisi Dibyo Widodo, Mantan Kapolda Metro Jaya yang Punya 4 Brevet Polisi dan TNI
loading...
A
A
A
Jenderal Dibyo Widodo juga tak ragu bertindak keras tanpa pandang bulu. Demi melayani dengan cepat segala keluhan masyarakat, di masa Jenderal Dibyo Widodo lah muncul gagasan pembentukan Satuan Unit Reaksi Cepat atau lebih dikenal dengan singkatan URC.
Setiap ada laporan dari masyarakat, dalam waktu singkat satuan Polri segera tiba di tempat kejadian. Satuan khusus ini didukung oleh kendaraan roda empat dan roda dua dengan anggota yang terlatih dan andal. Sehingga mampu menjadi tulang punggung kesatuan Polri dalam mengantisipasi setiap gangguan kamtibmas.
Hasilnya masyarakat benar-benar merasa aman dan tenteram. Kehadiran URC di TKP dengan cepat pertama-tama adalah pengamanan TKP dengan memasang pita kuning bertuliskan "Dilarang Melintas Garis Polisi". Tujuannya agar semua data, baik berupa sidik jari maupun bukti-bukti yang lain belum terjamah oleh orang lain.
Hal ini tentu memudahkan petugas Laboratorium Forensik dalam mengidentifikasi setiap bukti yang ada, dan dengan cepat dapat dianalisis untuk mengungkap kejadian guna pengusutan selanjutnya.
Pada masa kepemimpinan Jenderal Dibyo Widodo, Polda Metro Jaya benar-benar dibuat tidak pernah tidur dan seolah-olah setiap titik wilayah Jabotabek, selalu terdengar langkah anggota Polri berjalan seirama detak jarum jam.
Dengan sikap tegas dan terobosannya melayani masyarakat inilah Jenderal Dibyo Widodo mampu menapak karier hingga jenjang tertinggi sebagai Kapolri. Jenderal Dibyo Widodo menjabat Kapolri ke-13 pada periode tahun 1996-1998.
Jenderal Dibyo Widodo meninggal dunia pada15 Maret 2012 di Rumah Sakit Gleneagles Singapura di usia 65 tahun. Ia meninggalkan istri bernama Dewi Purnomo Aryanti dan tiga orang anak, yakni Dibyo Aryanto, Dibyo Ari Wibowo, dan Nauli Triwidianti, serta sembilan orang cucu.
Lihat Juga: Sosok Komjen Ahmad Dofiri, Wakapolri Pengganti Agus Andrianto yang Pernah Jabat Kapolsek Kebayoran Baru
Setiap ada laporan dari masyarakat, dalam waktu singkat satuan Polri segera tiba di tempat kejadian. Satuan khusus ini didukung oleh kendaraan roda empat dan roda dua dengan anggota yang terlatih dan andal. Sehingga mampu menjadi tulang punggung kesatuan Polri dalam mengantisipasi setiap gangguan kamtibmas.
Hasilnya masyarakat benar-benar merasa aman dan tenteram. Kehadiran URC di TKP dengan cepat pertama-tama adalah pengamanan TKP dengan memasang pita kuning bertuliskan "Dilarang Melintas Garis Polisi". Tujuannya agar semua data, baik berupa sidik jari maupun bukti-bukti yang lain belum terjamah oleh orang lain.
Hal ini tentu memudahkan petugas Laboratorium Forensik dalam mengidentifikasi setiap bukti yang ada, dan dengan cepat dapat dianalisis untuk mengungkap kejadian guna pengusutan selanjutnya.
Pada masa kepemimpinan Jenderal Dibyo Widodo, Polda Metro Jaya benar-benar dibuat tidak pernah tidur dan seolah-olah setiap titik wilayah Jabotabek, selalu terdengar langkah anggota Polri berjalan seirama detak jarum jam.
Dengan sikap tegas dan terobosannya melayani masyarakat inilah Jenderal Dibyo Widodo mampu menapak karier hingga jenjang tertinggi sebagai Kapolri. Jenderal Dibyo Widodo menjabat Kapolri ke-13 pada periode tahun 1996-1998.
Jenderal Dibyo Widodo meninggal dunia pada15 Maret 2012 di Rumah Sakit Gleneagles Singapura di usia 65 tahun. Ia meninggalkan istri bernama Dewi Purnomo Aryanti dan tiga orang anak, yakni Dibyo Aryanto, Dibyo Ari Wibowo, dan Nauli Triwidianti, serta sembilan orang cucu.
Lihat Juga: Sosok Komjen Ahmad Dofiri, Wakapolri Pengganti Agus Andrianto yang Pernah Jabat Kapolsek Kebayoran Baru
(thm)