Asal Usul Nama Tanah Kusir Dipicu dari Suara Kentut
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketika disebut nama Tanah Kusir , tak sedikit orang yang langsung menghubungkannya dengan nama sebuah pemakaman yang terletak di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan , tersebut. Hal ini tidaklah mengherankan, sebab TPU Tanah Kusir yang telah ada sejak lama itu menjadi peristirahatan terakhir bagi sejumlah pahlawan nasional, tokoh bangsa, serta artis Tanah Air.
Sebut saja, Mohammad Hatta (Bung Hatta), Buya Hamka, AR Baswedan, Ali Sadikin, serta beberapa artis seperti Didi Petet, Mieke Wijaya, Rina Gunawan, dan lainnya.
Tanah Kusir terletak di Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Kecamatan Kebayoran Lama, dengan luas area 19,31 kilometer persegi, berbatasan dengan Tanah Abang di utara, Pesanggrahan dan Cilandak di barat, Petamburan dan Tanah Abang di timur, serta berbatasan dengan Cilandak di sebelah selatan.
Kecamatan Kebayoran Lama memiliki enam kelurahan, yakni Pondok Pinang, Kebayoran Lama Selatan, Kebayoran Lama Utara, Cipulir, Grogol Selatan, dan Grogol Utara.
Menyoal nama Tanah Kusir, dikutip dari buku 212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe yang ditulis oleh Zaenuddin HM (2012), ada kisah yang mendasari munculnya nama Tanah Kusir. Konon, di daerah tersebut terdapat seorang tuan tanah terkenal yang merupakan keturunan Tionghoa.
Suatu ketika, sang tuan tanah mengundang banyak orang untuk menghadiri pertemuan yang diadakan di rumahnya. Di antara tamu-tamu yang datang, terdapat sejumlah pembesar Belanda.
Di tengah pertemuan, tiba-tiba tuan tanah Tionghoa ini kentut dengan bunyi keras. Bukan hanya itu, kentutnya itu juga mengeluarkan bau yang tidak sedap. Mendengar suara keras kentut dan aroma bau, para hadirin sontak kaget dan menutup hidungnya.
Sebagai tuan tanah sekaligus empunya acara, tentu saja ia harus menjaga kehormatannya di depan para tamu. Sang tuan tanah lalu buru-buru menuduh kusirnya sebagai pelaku dan sumber gas bau tersebut. Kebetulan, si kusir saat itu berada tidak jauh dari sang tuan tanah.
Karena takut mendapat amarah dari tuannya jika mengelak tuduhannya, maka si kusir terpaksa mengaku bahwa dirinyalah yang telah secara tidak sengaja melepas angin. Pengakuan si kusir tentu saja menyelamatkan muka sang tuan tanah. Sebagai imbalan, tuan tanah menghadiahi sebidang tanah kepada kusirnya. Dari sanalah nama Tanah Kusir bermula.
Sebut saja, Mohammad Hatta (Bung Hatta), Buya Hamka, AR Baswedan, Ali Sadikin, serta beberapa artis seperti Didi Petet, Mieke Wijaya, Rina Gunawan, dan lainnya.
Tanah Kusir terletak di Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Kecamatan Kebayoran Lama, dengan luas area 19,31 kilometer persegi, berbatasan dengan Tanah Abang di utara, Pesanggrahan dan Cilandak di barat, Petamburan dan Tanah Abang di timur, serta berbatasan dengan Cilandak di sebelah selatan.
Kecamatan Kebayoran Lama memiliki enam kelurahan, yakni Pondok Pinang, Kebayoran Lama Selatan, Kebayoran Lama Utara, Cipulir, Grogol Selatan, dan Grogol Utara.
Menyoal nama Tanah Kusir, dikutip dari buku 212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe yang ditulis oleh Zaenuddin HM (2012), ada kisah yang mendasari munculnya nama Tanah Kusir. Konon, di daerah tersebut terdapat seorang tuan tanah terkenal yang merupakan keturunan Tionghoa.
Suatu ketika, sang tuan tanah mengundang banyak orang untuk menghadiri pertemuan yang diadakan di rumahnya. Di antara tamu-tamu yang datang, terdapat sejumlah pembesar Belanda.
Di tengah pertemuan, tiba-tiba tuan tanah Tionghoa ini kentut dengan bunyi keras. Bukan hanya itu, kentutnya itu juga mengeluarkan bau yang tidak sedap. Mendengar suara keras kentut dan aroma bau, para hadirin sontak kaget dan menutup hidungnya.
Sebagai tuan tanah sekaligus empunya acara, tentu saja ia harus menjaga kehormatannya di depan para tamu. Sang tuan tanah lalu buru-buru menuduh kusirnya sebagai pelaku dan sumber gas bau tersebut. Kebetulan, si kusir saat itu berada tidak jauh dari sang tuan tanah.
Karena takut mendapat amarah dari tuannya jika mengelak tuduhannya, maka si kusir terpaksa mengaku bahwa dirinyalah yang telah secara tidak sengaja melepas angin. Pengakuan si kusir tentu saja menyelamatkan muka sang tuan tanah. Sebagai imbalan, tuan tanah menghadiahi sebidang tanah kepada kusirnya. Dari sanalah nama Tanah Kusir bermula.
(mhd)