Pengusaha Warteg Sebut Minyak Goreng Harga Rp14.000 Masih Langka

Minggu, 13 Februari 2022 - 13:20 WIB
loading...
Pengusaha Warteg Sebut Minyak Goreng Harga Rp14.000 Masih Langka
Kowantara mengeluhkan harga minyak goreng yang masih mahal meski pemerintah telah menentukan harga eceran tertinggi (HET) Rp14.000 per liter.Foto/SINDONews/Ilustrasi.dok
A A A
JAKARTA - Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) mengeluhkan harga minyak goreng yang masih mahal meski pemerintah telah menentukan harga eceran tertinggi (HET) Rp14.000 per liter. Belum lagi adanya informasi Kementerian Perdagangan akan menaikkan harga bahan baku tempe dan tahu.

Ketua Kowantara, Mukroni mengatakan, pasokan minyak goreng dengan banderol Rp14.000 masih sulit ditemui.
Hingga kini masih banyak pengusaha warteg yang belum merasakan kebijakan minyak goreng satu harga Rp14.000 per liter.

Menurutnya, kebijakan tersebut belum berdampak kepada pengusaha warteg khususnya di daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Bekasi dan Tangerang. Baca: Asal Usul Pasar Minggu Jaksel, Dulu Namanya Tanjung Oost Passer

"Tidak merata, di Jakarta Selatan istilahnya turun. Tapi banyak di daerah lain, misalnya daerah pinggirannya agak susah," kata Mukroni saat dikonfirmasi di Jakarta Timur, Minggu (13/2/2022).

Menurut dia, dari laporan anggota Kowantara didapati bahwa harga minyak goreng kemasan di pasar tradisional daerah penyangga Jakarta yang masih berkisar Rp20.000 per liter.

"Harga segitu itu masih mahal karena kami sangat membutuhkan minyak goreng. Mohon kepada pemerintah untuk meratakan harga minyak goreng di wilayah penyangga," ujarnya.

Tak itu saja, lanjut dia, pengusah warteg kini dibuat merana lantaran Kementerian Perdagangan menyatakan harga bahan baku tahu dan tempe diperkirakan bakal mengalami kenaikan.

Mukroni khawatir jika harga tempe dan tahu naik karena dua bahan makanan tersebut merupakan olahan yang wajib tersedia di Warteg. Sementara mereka tidak bisa menaikkan harga karena takut ditinggal pelanggan.

"Ya kondisi kita (pemasukan Warteg) kan belum pulih ya, karena masih kena pandemi Covid-19 ya. Terus kalau harga-harga naik kita mau menaikkan juga agak repot," tuturnya.
(hab)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1114 seconds (0.1#10.140)