2 Jamaah Umrah Positif Covid Ditolak Karantina di Wisma Atlet
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dua jamaah umrah berinisial SM (59) dan MG (80) terkonfirmasi positif Covid-19 diduga ditolak karantina di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat.Sebab, keduanya merupakan komorbid atau ada penyakit penyerta.
Koordinator Humas RSDC Wisma Atlet Kemayoran Kolonel Mintoro Sumego pun membantah bahwa pihaknya tidak menolak. Melainkan pasien SM (59) memiliki komorbid kanker payudara dan MG (80) memerlukan pendampingan.
”Bukan ditolak bahasanya. Tapi dia punya kanker payudara yakni SM sesuai arahan dari Kemenkes untuk yang punya penyakit lain dirawat di rumah sakit,” kata Mintoro, Rabu (26/1/2022).
Kemudian MG mempunyai Riwayat penyakit penyerta dan perlunya ada pendampingan. Karena, di Wisma Atlet tidak bisa ada pendamping karena banyak pasien.”Jadi bukan ditolak karena punya komorbid itu menjadi alasannya,” ujarnya.
Mintoro menyebut perihal pendampingan di Wisma Atlet tidak memungkinkan. Sebab, saat ini kasus Covid-19 sedang meningkat.”Lebih baik dirawat dirumah sakit yang pendampinganya bisa dilakukan perawat maupun dokter langsung,” ungkapnya.
Saat ini, kata dia, keduanya dirujuk ke RSPI Soelianti Saroso, Jakarta Utara. ”Kalau gak salah ke RSPI atau dimana nanti belom saya lihat lagi. Tapi, alasan pertamanya itu untuk keamaan kedua pasien yang terpapar Covid-19,” tuturnya.
SM dikabarkan akan dirujuk ke Wisma Atlet, Jakarta. Namun dia ditolak lantaran memiliki penyakit kanker ganas. Apalagi, SM baru saja balik umrah dari Arab Saudi dan diketahui terkonfirmasi Covid-19.
”Jujur keadaanku orang yang sakit kanker selalu berobat setiap bulan pengobatan selama 5 tahun. Masih satu tahun aku harus minum obat kemo, setiap bulan aku harus ke rumah sakit untuk ambil obat, kadang ada USG, Thorax dan sebagainya,” kata SM.
Walau satu payudaranya sudah diambil, tapi SM mempunyai tekad ingin menjalankan ibadah umrah dengan mengumpulkan uang sedikit demi sedikit selama tiga tahun. Bahkan, dia mendapatkan rekomendasi dari dokter.
SM dikabarkan akan dirujuk ke hotel lain dengan biaya sebesar Rp12 juta. Dengan begitu, ia meminta kepada pemerintah agar dapat memberikan fasilitas gratis kepada dirinya.”Jamaah seperti saya ini, orang prihatin, gimana ibadah saja kok rasanya bisa menangis ya Allah. Mbok regulasinya tolong diubah,” tutupnya.
Koordinator Humas RSDC Wisma Atlet Kemayoran Kolonel Mintoro Sumego pun membantah bahwa pihaknya tidak menolak. Melainkan pasien SM (59) memiliki komorbid kanker payudara dan MG (80) memerlukan pendampingan.
”Bukan ditolak bahasanya. Tapi dia punya kanker payudara yakni SM sesuai arahan dari Kemenkes untuk yang punya penyakit lain dirawat di rumah sakit,” kata Mintoro, Rabu (26/1/2022).
Kemudian MG mempunyai Riwayat penyakit penyerta dan perlunya ada pendampingan. Karena, di Wisma Atlet tidak bisa ada pendamping karena banyak pasien.”Jadi bukan ditolak karena punya komorbid itu menjadi alasannya,” ujarnya.
Mintoro menyebut perihal pendampingan di Wisma Atlet tidak memungkinkan. Sebab, saat ini kasus Covid-19 sedang meningkat.”Lebih baik dirawat dirumah sakit yang pendampinganya bisa dilakukan perawat maupun dokter langsung,” ungkapnya.
Saat ini, kata dia, keduanya dirujuk ke RSPI Soelianti Saroso, Jakarta Utara. ”Kalau gak salah ke RSPI atau dimana nanti belom saya lihat lagi. Tapi, alasan pertamanya itu untuk keamaan kedua pasien yang terpapar Covid-19,” tuturnya.
SM dikabarkan akan dirujuk ke Wisma Atlet, Jakarta. Namun dia ditolak lantaran memiliki penyakit kanker ganas. Apalagi, SM baru saja balik umrah dari Arab Saudi dan diketahui terkonfirmasi Covid-19.
”Jujur keadaanku orang yang sakit kanker selalu berobat setiap bulan pengobatan selama 5 tahun. Masih satu tahun aku harus minum obat kemo, setiap bulan aku harus ke rumah sakit untuk ambil obat, kadang ada USG, Thorax dan sebagainya,” kata SM.
Walau satu payudaranya sudah diambil, tapi SM mempunyai tekad ingin menjalankan ibadah umrah dengan mengumpulkan uang sedikit demi sedikit selama tiga tahun. Bahkan, dia mendapatkan rekomendasi dari dokter.
SM dikabarkan akan dirujuk ke hotel lain dengan biaya sebesar Rp12 juta. Dengan begitu, ia meminta kepada pemerintah agar dapat memberikan fasilitas gratis kepada dirinya.”Jamaah seperti saya ini, orang prihatin, gimana ibadah saja kok rasanya bisa menangis ya Allah. Mbok regulasinya tolong diubah,” tutupnya.
(ams)