Cerita Pengungsi Banjir Kalideres, Kurang Makanan, Demam hingga Gatal-gatal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebelum azan zuhur berkumandang, langit Jakarta sudah pekat tak seperti biasanya pada Selasa (18/1/2022). Gumpalan awan hitam tampak menutup rapat-rapat cahaya matahari. Dari situ dimulai datangnya banjir di Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat.
Hasnawi (55) warga RW02, Tegal Alur ini tak menyangka bakal terjadi hujan dengan intensitas yang cukup lama. Ia juga tak menyangka bahwa genangan air meninggi begitu cepat.”Biasanya banjirnya ga secepet ini,” kata dia.
Menurut Hasnawi, pada pukul 20.00 WIB, genangan air perlahan mulai surut. Tiba-tiba, setelah 90 menit kemudian, saat dirinya sedang berada di sudut teras rumah, ketinggian air sudah selututnya dan perabotan sudah mulai basah.
Dia terpaksa beristirahat dengan kondisi kasur yang basah. Namun, tidak lama setelah dirinya berharap-harap pasrah, ketua RT setempat datang ke permukimannya memberitahu warga untuk pindah ke posko pengungsian di Ruang Publk Terpadu Ramah Anak (RPTRA) RW02.
”Mengungi mulai jam 1 malem (dini hari) lah, selain kekurangan makanan, kondisi pengungsi gatal – gatal. Dimana perhatian pemerintah, tidak ada sama sekali. Kami sangat menderita dengan kondisi ini,” ungkapnya.
Selama dua hari tinggal di tempat pengungsian, Hasnawi mengaku belum mendapatkan bantuan makanan dari pemerintah. Ia mengatakan, bantuan makanan hanya datang dari sejumlah komunitas. ”Kalau masalah bantuan makan dapet (dari komunitas),” ujarnya.
Ketua RW 02 Tegal Alur, Krisdiantoro mengatakan ketinggian air di wilayahnya mencapai hingga 120 sentimeter. Ia mendata ada 11 RT yang terendam dengan total sekitar 5.000 jiwa.”Yang masih terendam RW2, ada 11 RT masih terendam 60-120 cm,” katanya.
Saat ini, kata dia, ada 72 warga di RW02 mengungsi di RPTRA yang tertelak di RT 08. Kemudian, tak jauh dari lokasi RPTRA, terdapat pos RW02 yang dijadikan dapur umum bagi para pengungsi.
Krisdiantoro mengatakan, dapur umum tersebut dibuat lewat swadaya masyarakat dan donasi dari Komunitas Motor Besar. ”Sejauh ini dapur umum sudah mengirimkan makanan sebanyak 400 bungkus,” tuturnya.
Dapur umum tersebut juga mengirimkan bantuan makanan kepada warga yang tidak mengungsi dikarenakan jarak tempat pengungsian dianggap terlalu jauh. Sebab, adadi wilayah RT 02, RT 05 sedangkan titik pengungsian itu di RPTRA lokasinya di RT 8.
Selama menyalurkan bantuan makanan tersebut, pihaknya menggunakan perahu karet yang diberikan oleh pihak BPBD DKI Jakarta.”Tentunya kami meminta pemerintah untuk segera turun tangan menangani banjir ini,” tegasnya.
Hasnawi (55) warga RW02, Tegal Alur ini tak menyangka bakal terjadi hujan dengan intensitas yang cukup lama. Ia juga tak menyangka bahwa genangan air meninggi begitu cepat.”Biasanya banjirnya ga secepet ini,” kata dia.
Menurut Hasnawi, pada pukul 20.00 WIB, genangan air perlahan mulai surut. Tiba-tiba, setelah 90 menit kemudian, saat dirinya sedang berada di sudut teras rumah, ketinggian air sudah selututnya dan perabotan sudah mulai basah.
Dia terpaksa beristirahat dengan kondisi kasur yang basah. Namun, tidak lama setelah dirinya berharap-harap pasrah, ketua RT setempat datang ke permukimannya memberitahu warga untuk pindah ke posko pengungsian di Ruang Publk Terpadu Ramah Anak (RPTRA) RW02.
”Mengungi mulai jam 1 malem (dini hari) lah, selain kekurangan makanan, kondisi pengungsi gatal – gatal. Dimana perhatian pemerintah, tidak ada sama sekali. Kami sangat menderita dengan kondisi ini,” ungkapnya.
Selama dua hari tinggal di tempat pengungsian, Hasnawi mengaku belum mendapatkan bantuan makanan dari pemerintah. Ia mengatakan, bantuan makanan hanya datang dari sejumlah komunitas. ”Kalau masalah bantuan makan dapet (dari komunitas),” ujarnya.
Ketua RW 02 Tegal Alur, Krisdiantoro mengatakan ketinggian air di wilayahnya mencapai hingga 120 sentimeter. Ia mendata ada 11 RT yang terendam dengan total sekitar 5.000 jiwa.”Yang masih terendam RW2, ada 11 RT masih terendam 60-120 cm,” katanya.
Saat ini, kata dia, ada 72 warga di RW02 mengungsi di RPTRA yang tertelak di RT 08. Kemudian, tak jauh dari lokasi RPTRA, terdapat pos RW02 yang dijadikan dapur umum bagi para pengungsi.
Krisdiantoro mengatakan, dapur umum tersebut dibuat lewat swadaya masyarakat dan donasi dari Komunitas Motor Besar. ”Sejauh ini dapur umum sudah mengirimkan makanan sebanyak 400 bungkus,” tuturnya.
Dapur umum tersebut juga mengirimkan bantuan makanan kepada warga yang tidak mengungsi dikarenakan jarak tempat pengungsian dianggap terlalu jauh. Sebab, adadi wilayah RT 02, RT 05 sedangkan titik pengungsian itu di RPTRA lokasinya di RT 8.
Selama menyalurkan bantuan makanan tersebut, pihaknya menggunakan perahu karet yang diberikan oleh pihak BPBD DKI Jakarta.”Tentunya kami meminta pemerintah untuk segera turun tangan menangani banjir ini,” tegasnya.
(ams)