Harga Telur dan Minyak Goreng Meroket Bikin Pemilik Warteg di Jaktim Menjerit

Rabu, 17 November 2021 - 14:01 WIB
loading...
Harga Telur dan Minyak...
Pemilik warteg di Jalan Drs Sumarno, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur mengeluhkan kenaikan harga minyak goreng dan telur. Foto: MNC Portal/Okto Rizki Alpino
A A A
JAKARTA - Sulastri (40) pemilik warteg di Jalan Drs Sumarno, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur mengeluhkan kenaikan harga minyak goreng dan telur dalam beberapa hari belakangan ini.

Menurut dia, dalam sehari telur yang dihabiskan untuk keperluan warteg saja mencapai dua kilogram. Pasalnya telur merupakan makanan favorit para pelanggannya baik itu disajikan dengan ditumis, semur, sambal balado maupun hanya di dadar saja.

"Sekilo itu sebelum naik Rp19.000, tapi sekarang bisa sampai Rp26.000 satu kilonya,", ujarnya di Jakarta Timur, Rabu (17/11/2021).

Selain harga telur, bahan pokok lainnya yang ikut naik adalah minyak goreng. Bagi Sulastri, minyak goreng sendiri tak kalah penting dengan telur yang menjadi makanan favorit. Pasalnya, minyak goreng merupakan bahan dasar untuk memasak.

"Kita ini kan buka warteg jadi butuh banget minta goreng. Kan kalau mau masak past ada minyak goreng, kalau mau numis, untuk goreng kerupuk, bikin sambal. Pokoknya sama pentingnya kaya telur," ucapnya.

Sementara, Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional per tanggal 16 November 2021 menyatakan dalam laporan tersebut harga telur di wilayah DKI Jakarta menyentuh angka Rp25.250 per kilogram. Kemudian harga minyak goreng Rp 19.550 per liter.



Masih melansir PIHPS Nasional, harga telur pada 1 Oktober lalu masih diangka Rp19.350. Artinya, dalam jangka 1 bulan, harga telur di wilayah DKI Jakarta naik sebesar Rp5.900. Sementara itu, harga minyak goreng pada 1 Oktober lalu masih diangka Rp17.100. Angka ini mengalami kenaikan sebesar Rp2.450 per liter.

Walaupun ada kenaikan, tapi harga makanan yang saya jual gak tak naikin, tetap harga biasa. Soalnya sekarang persaingan dagang kan repot. Kadang ada padang yang Rp10.000. Yang ada warteg bisa jontos (kalah)," ujarnya.

Dia menuturkan, saat ini, keuntungan yang didapat dari usaha warteg tak menentu. Penurunan omzet itu dirasakannyasejak musim Corona melanda Indonesia pada Maret 2020.

"Keuntungan gak tentu sih, jaman sekarang gak bisa diprediksi. Semenjak ada Pandemi Covid-19, paling hasil jualan cuma bisa muter belanja. Bisa buat makan sehari-hari sudah bagus. Lain sama yang dulu-dulu," tuturnya.

Sulastri berharap agar Pemerintah bisa menyesuaikan harga komoditas pangan dengan pendapatan masyarakat. "Pinginnya ya diturunin lagi, lebih stabil harganya," pungkasnya.
(mhd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1344 seconds (0.1#10.140)