PPKM Darurat, Kota Bogor Krisis Tenaga Kesehatan untuk Tangani Pasien COVID-19

Selasa, 06 Juli 2021 - 03:01 WIB
loading...
PPKM Darurat, Kota Bogor Krisis Tenaga Kesehatan untuk Tangani Pasien COVID-19
Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim mengatakan, Kota Bogor masih membutuhkan tenaga kesehatan untuk menangani pasien COVID-19 pada masa PPKM Darurat.SINDOnews/Haryudi
A A A
BOGOR - Wakil Wali Kota Bogor , Dedie A Rachim mengatakan, Kota Bogor masih membutuhkan sekitar 200 tenaga kesehatan untuk menangani pasien COVID-19 pada masa PPKM Darurat.

"Jadi saat ini yang kita hadapi bukan hanya masalah oksigen, tapi juga masalah nakes. Ini tantangan kita bagaimana kita bisa mendapat nakes," kata Dedie saat meninjau aktivasi tempat isolasi pasien COVID-19 di Rumah Sakit (RS) Perluasan di GOR Pajajaran, Senin (5/7/2021).

Dedie menegaskan, saat ini kelengkapan peralatan tenaga kesehatan sudah memadai. Hanya saja, SDM tenaga kesehatan yang belum tercukupi karena terbagi menangani berbagai tugas. (Baca juga; IPB Sediakan Asrama untuk Isolasi Mandiri Pasien COVID-19 Gejala Ringan )

"Sekarang SDM-nya langka karena kebutuhan di mana - mana. Antara lain ada yang menjadi swaber, vaksinator, ditambah kebutuhan rumah sakit tidak hanya di Bogor tapi seluruh RS di Indonesia," sambungnya.

Menurut Dedie, saat ini Kota Bogor membutuhkan lebih dari 200 tenaga kesehatan. Saat ini, mungkin yang baru tercapai hanya sekitar 20 orang saja. Namun, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor diakui Dedie terus mencari sumber - sumber nakes yang kompeten.

"Kalau 200 itu yang untuk kebutuhan isolasi, sementara kebutuhan di RSUD juga tinggi. Semua sama masalahnya, SDM-nya. Aktivasi RSUD dua (RS Perluasan) saja mungkin butuh berapa puluh lagi, itu juga belum terpenuhi," sambung Dedie.

Direktur Utama (Dirut) RSUD Kota Bogor, Ilham Chaidir menambahkan, tenaga kesehatan yang ada saat ini diyakininya masih memiliki moril yang tinggi. Ilham juga menyatakan para tenaga kesehatan masih siap berjuang untuk pelayanan COVID-19.

"Hanya memang ini jumlah kecepatan kapasitas penambahan pasien dibandingkan dengan penambahan SDM dan ruangan tidak sebanding. Jadi masih banyak yang positif baru, terutama dari isoman," jelas Ilham.

Kondisi ini, kata dia memang belum ideal. Seharusnya, satu perawat menangani enam pasien. Apalagi, penanganan pasien COVID-19 lebih berat karena harus menggunakan baju hazmat.

Saat ini, satu perawat melakukan penanganan untuk 15 pasien. Selain itu, kata Ilham, memang kondisi seperti saat ini mengharuskan RSUD meningkatkan kapasitas. (Baca juga; Tambah 562 Kasus COVID-19 Dalam Sehari, Bima Arya: Kota Bogor Darurat )

"Kalau SDM kita naikkan dengan kontingensi. Jadi yang rawat inap kita kurangi. Mau tidak mau sekarang hanya tersisa 56 (nakes) untuk rawat umum non-COVID-19. Nanti kita target menjadi 341 tenaga kesehatan untuk COVID-19. Kita bertahap dulu," beber Ilham.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3459 seconds (0.1#10.140)