Pertama Diresmikan 6 April 1925, Kereta Rel Listrik di Batavia Pernah Jadi yang Termodern di Asia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wacana untuk penerapan transportasi yang ramah lingkungan di Batavia (Jakarta), ternyata sudah dilakukan sejak zaman Hindia Belanda pada 1917 oleh Staats Spoorwegen (SS), perusahaan kereta api negara. Pada 6 April 1925 atau tepat pada Hari Ulang Tahun ke-50 Staats Spoorwegen, diresmikan elektrifikasi jalur kereta api sekaligus peresmian pengoperasian Stasiun Tanjung Priok.
Ini menjadikan peringatan setengah abad usia Staats Spoorswegen (SS) pada 6 April 1925 di kantor pusat baru di Bandung terasa lebih spesial. Peluncuran Kereta Rel Listrik (KRL) rute Jatinegara–Tanjung Priok (PP) itu melengkapi angkutan perkeretaapian ramah lingkungan di Batavia yang sudah ada sejak 25 tahun sebelumnya, yaitu trem listrik yang dioperasikan Batavia Electrische Tramweg Maatschappij.
Dalam peresmian itu digunakan rangkaian kereta listrik bermotor dengan listrik aliran atas bertegangan 1.500 V DC, terdiri dari 2 kereta penumpang. Satu kereta bermotor listrik sebagai penarik sekaligus menjadi kereta penumpang, satu kereta lagi hanya sebagai kereta penumpang. (Baca juga; Stasiun Jakarta Kota; Misteri Sebutan Beos, 2 Kepala Kerbau, dan Filosofi Yunani )
Pada 1 Februari 1926, lokomotif listrik yang baru datang dari pabrik kereta api Werkspoor Belanda mulai melayani umum di lintas rel listrik Batavia-Tanjung Priok. Pada 1 Mei 1926, KRL Batavia–Kemayoran beroperasi.Staats Spoorswegen pada 6 April 1925 juga mendirikan divisi baru bernama Electrische Staats Spoorwegen (ESS), yang bertugas khusus menangani sarana, prasarana dan operasional kereta listrik di Batavia dan sekitarnya.
Sebelumnya, awal proses elektrifikasi jalur kereta api pertama kali dilakukan pada jalur rute Tanjung Priok – Meester Cornelis (Jatinegara) pada 1923 dan selesai pada 24 Desember 1924. Tepat setahun kemudian berturut-turut rute kereta listrik Meester Cornelis–Manggarai–Koningsplein (Gambir)–Batavia mulai dibuka untuk umum. (Baca juga; Jejak Batavia Noord, Stasiun Pertama dan Tertua Cikal Bakal Pengembangan Jalur KRL Jakarta-Bogor )
Secara keseluruhan, sejak 1 Mei 1927 Gementee (Kota) Batavia telah dilayani lintas kereta api listrik yang mengelilingi kota (ceintuur-baan). Pada 1939, tercatat sebanyak 72-73 perjalanan kereta api listrik melintasi jalur lingkar Batavia dan Manggarai-Bogor.
Menjelang runtuhnya Hindia Belanda akhir 1941, total sarana kereta api listrik yang dimiliki Staats Spoorwegen (SS) berjumlah 64 unit, terdiri dari 13 unit lokomotif listrik, 25 unit kereta penumpang bermotor, dan 26 kereta penumpang biasa. Pada 1930, elektrifikasi pada jalur Jakarta dan Bogor juga sudah dirampungkan.
Pengoperasian Kereta Rel Listrik di Batavia ini merupakan tonggak dimulainya sistem transportasi massal modern pertama di Asia. Untuk melayani jalur kereta listrik ini, pemerintah Hindia Belanda membeli beberapa jenis lokomotif listrik untuk menarik rangkaian kereta api. (Baca juga; Si Bon-Bon Simbol Elektrifikasi Jalur Kereta di Tanah Air )
Di antaranya, adalah Lokomotif Listrik seri 3000 buatan pabrik Swiss Locomotive & Machine works (SLM) –Brown Baverie Cie (BBC), Lokomotif Listrik seri 3100 buatan pabrik Allgemaine Electricitat Geselischaft (AEG ) Jerman. Ada juga Lokomotif Listrik seri 3200 buatan pabrik Werkspoor Belanda serta KRL buatan pabrik Westinghouse dan KRL buatan pabrik General Electric.
Kemajuan transportasi saat itu didukung dengan dioperasikannya Stasiun Tanjung Priok merupakan stasiun termegah di Asia Tenggara. Stasiun Tanjung Priok digunakan untuk melayani para penumpang dari Pelabuhan Tanjung Priok yang hendak menuju Jakarta. Tak heran, jika Stasiun Tanjung Priok juga dilengkapi dengan fasilitas penginapan dan restoran.
Diolah dari berbagai sumber: jakartabytrain.com, facebook @Kereta Api Kita
Ini menjadikan peringatan setengah abad usia Staats Spoorswegen (SS) pada 6 April 1925 di kantor pusat baru di Bandung terasa lebih spesial. Peluncuran Kereta Rel Listrik (KRL) rute Jatinegara–Tanjung Priok (PP) itu melengkapi angkutan perkeretaapian ramah lingkungan di Batavia yang sudah ada sejak 25 tahun sebelumnya, yaitu trem listrik yang dioperasikan Batavia Electrische Tramweg Maatschappij.
Dalam peresmian itu digunakan rangkaian kereta listrik bermotor dengan listrik aliran atas bertegangan 1.500 V DC, terdiri dari 2 kereta penumpang. Satu kereta bermotor listrik sebagai penarik sekaligus menjadi kereta penumpang, satu kereta lagi hanya sebagai kereta penumpang. (Baca juga; Stasiun Jakarta Kota; Misteri Sebutan Beos, 2 Kepala Kerbau, dan Filosofi Yunani )
Pada 1 Februari 1926, lokomotif listrik yang baru datang dari pabrik kereta api Werkspoor Belanda mulai melayani umum di lintas rel listrik Batavia-Tanjung Priok. Pada 1 Mei 1926, KRL Batavia–Kemayoran beroperasi.Staats Spoorswegen pada 6 April 1925 juga mendirikan divisi baru bernama Electrische Staats Spoorwegen (ESS), yang bertugas khusus menangani sarana, prasarana dan operasional kereta listrik di Batavia dan sekitarnya.
Sebelumnya, awal proses elektrifikasi jalur kereta api pertama kali dilakukan pada jalur rute Tanjung Priok – Meester Cornelis (Jatinegara) pada 1923 dan selesai pada 24 Desember 1924. Tepat setahun kemudian berturut-turut rute kereta listrik Meester Cornelis–Manggarai–Koningsplein (Gambir)–Batavia mulai dibuka untuk umum. (Baca juga; Jejak Batavia Noord, Stasiun Pertama dan Tertua Cikal Bakal Pengembangan Jalur KRL Jakarta-Bogor )
Secara keseluruhan, sejak 1 Mei 1927 Gementee (Kota) Batavia telah dilayani lintas kereta api listrik yang mengelilingi kota (ceintuur-baan). Pada 1939, tercatat sebanyak 72-73 perjalanan kereta api listrik melintasi jalur lingkar Batavia dan Manggarai-Bogor.
Menjelang runtuhnya Hindia Belanda akhir 1941, total sarana kereta api listrik yang dimiliki Staats Spoorwegen (SS) berjumlah 64 unit, terdiri dari 13 unit lokomotif listrik, 25 unit kereta penumpang bermotor, dan 26 kereta penumpang biasa. Pada 1930, elektrifikasi pada jalur Jakarta dan Bogor juga sudah dirampungkan.
Pengoperasian Kereta Rel Listrik di Batavia ini merupakan tonggak dimulainya sistem transportasi massal modern pertama di Asia. Untuk melayani jalur kereta listrik ini, pemerintah Hindia Belanda membeli beberapa jenis lokomotif listrik untuk menarik rangkaian kereta api. (Baca juga; Si Bon-Bon Simbol Elektrifikasi Jalur Kereta di Tanah Air )
Di antaranya, adalah Lokomotif Listrik seri 3000 buatan pabrik Swiss Locomotive & Machine works (SLM) –Brown Baverie Cie (BBC), Lokomotif Listrik seri 3100 buatan pabrik Allgemaine Electricitat Geselischaft (AEG ) Jerman. Ada juga Lokomotif Listrik seri 3200 buatan pabrik Werkspoor Belanda serta KRL buatan pabrik Westinghouse dan KRL buatan pabrik General Electric.
Kemajuan transportasi saat itu didukung dengan dioperasikannya Stasiun Tanjung Priok merupakan stasiun termegah di Asia Tenggara. Stasiun Tanjung Priok digunakan untuk melayani para penumpang dari Pelabuhan Tanjung Priok yang hendak menuju Jakarta. Tak heran, jika Stasiun Tanjung Priok juga dilengkapi dengan fasilitas penginapan dan restoran.
Diolah dari berbagai sumber: jakartabytrain.com, facebook @Kereta Api Kita
(wib)