Mudik Dilarang, Epidemiolog UI: Masih Tetap Ada yang Nekat

Kamis, 01 April 2021 - 15:04 WIB
loading...
Mudik Dilarang, Epidemiolog...
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
DEPOK - Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, walaupun sudah ada tanggal larangan mudik Lebaran 2021, namun masyarakat masih akan ada yang nekat pulang kampung. Jika pemerintah melarang mudik di periode 6-17 Mei 2021, kemungkinan masyarakat akan mudik di luar tanggal tersebut.

“Mudik dilarang dari tanggal 6-17 Mei 2021, jadi kan orang mudik bisa sebelum atau sesudah tanggal tersebut. Jadi menurut saya tetap ada orang mudik,” katanya kepada wartawan di Depok, Kamis (1/4/2021).

Dengan demikian, kata dia, kerumunan akan tetap ada hanya saja jumlahnya berkurang di tanggal tersebut. Kendati ada larangan mudik namun tidak serta merta membuat masyarakat menunda keinginan bertemu kerabat di kampung halaman. Mereka akan tetap mudik diluar tanggal yang telah ditentukan dilarang.

“Kerumunan ada tapi berkurang. Ada efektivitas (dari larangan mudik) tapi tidak 100%. Tetap terjadi transmisi karena ada kerumunan yang tidak bisa dihindarkan,” paparnya. Saat ini positivity rate di Indonesia sudah turun. Namun Miko meyakini tidak demikian jika dilihat dari prevalensi. Karena saat ini prevalensi baru terungkap sekitar 1,5 juta dan dia meyakini bahwa yang sebenarnya lebih dari angka tersebut. “Kalau lebih tinggi kemungkinan terjadi kerumunan (karena mudik) maka akan terjadi penularan,” katanya.

Artinya, kata dia, dengan demikian diprediksi klaster mudik bisa berdampak pada penambahan angka kasus Covid-19 Indonesia, khusunya di Depok. Oleh karena itu, dia masih terus meminta kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan pergerakan yang memicu kerumunan. “Betul. Adanya klaster mudik bisa menimbulkan pertambahan angka kasus,” bebernya.

Terkait vaksinasi, Miko menuturkan, bahwa itu tidak 100 persen membuat individu menjadi kebal. Mereka yang sudah divaksin hanya memiliki probability lebih kecil untuk terkena infeksi dibanding yang belum divaksin.

“Orang yang divaksin dan tidak, akan berbeda probabilitias infeksinya. Yang divaksin lebih kecil (probabiliti) tapi bukan berarti bebas dari infeksi. Mengurangi probabilitas saja,” katanya. Baca juga:Libur Paskah 2021, PNS Dilarang Mudik & Liburan ke Luar Kota

Penularan akan tetap terjadi baik pada yang sudah divaksin atau belum hanya saja soal probability. Mereka yang sudah divaksin akan berkurang 1/3 probabilitynya dibanding yang belum.

“Jumlah penularan akan terjadi baik yang sudah divaksin atau belum cuma probabilitas saja. Yang divaksin akan berkurang 1/3,”
bebernya kembali.

Dengan vaksinasi massal yang dilakukan pemerintah memang mengurangi angka resiko penularan. Jika melihat pada tren libur panjang sebelum vaksin masuk dalam skala sedang. Dengan vaksin bisa diturunkan menjadi lebih rendah.

“Libur panjang yang lalu sebelum vaksin probabilitasnya sedang. Kalau kita lihat production rate covid itu kan 2Z Kalau sedang itu 1,5 kali sampai 2. Jadi akan terjadi efek ringan jadi 1,5 kali atau kurang. Kalaupun ada dampak tidak seperti kemarin, tapi tetap akan berdampak,” paparnya.

Dia mengimbau kepada masyarakat agar tetap patuh pada aturan sehingga dapat membantu pemerintah mengentaskan jumlah kasus. Masyarakat diimbau menghindari provinsi yang masih tinggi angka kasusnya seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur bahkan DKI Jakarta.

“Mari kita turunkan pada daerah seperti Jabar, Jateng, Jatim dan DKI yang masih menjadi wabah menurut saya. Kepatuhan masyarakat disiplin dan upayauntuk supaya kasus tidak bertambah tergantung masyatakat,” pungkasnya.
(mhd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1829 seconds (0.1#10.140)