Gereja Sion Diresmikan Tahun 1695, Terkenal dengan Nama Gereja Portugis

Selasa, 23 Maret 2021 - 06:10 WIB
loading...
Gereja Sion Diresmikan...
Gereja Sion Jakarta. Foto: encyclopedia.jakarta-tourism.go.id
A A A
JAKARTA - Gereja Sion merupakan salah satu gereja tertua di Jakarta . Gereja yang berada di sudut Jalan Pangeran Jayakarta dan Mangga Dua Raya itu diresmikan tahun 1695 oleh Gubernur Jenderal Willem van Outhoorn dan pemberkatan oleh Pendeta Theodorus Zas. Pembangunan fisik memakan waktu sekitar dua tahun. Peletakan batu pertama dilakukan Pieter van Hoorn pada 19 Oktober 1693.

Dikutip dari berbagai sumber, Gereja Sion yang dikenal dengan nama Portugeesche Buitenkerk atau Gereja Portugis ini memiliki kemegahan arsitektur dan daya tahan yang kokoh. Disebut Gereja Portugis karena saat kapal-kapal Portugis singgah di Pelabuhan Sunda Kelapa dan ditandatangani perjanjian dengan raja Hindu-Sunda.
Baca juga: Selesai Salat Subuh di Masjid Nurul Abrar, Anies Cek Piano di Gereja Sion

Gereja ini merupakan gedung tertua di Jakarta yang masih dipakai untuk tujuan semula seperti saat awal didirikan. Rumah ibadah ini masih memiliki sebagian besar perabot yang sama juga. Gereja Sion pernah dipugar pada 1920 dan sekali lagi pada 1978. Bangunan gereja ini dilindungi oleh pemerintah lewat SK Gubernur DKI Jakarta CB/11/1/12/1972
Gereja Sion Diresmikan Tahun 1695, Terkenal dengan Nama Gereja Portugis

Bagian dalam Gereja Sion. Foto: parah1ta.com

Gereja dibangun dengan fondasi 10.000 batang kayu dolken atau balok bundar. Konstruksi ini berdasarkan rancangan Mr E Ewout Verhagen dari Rotterdam. Seluruh tembok bangunan terbuat dari batu bata yang direkatkan dengan campuran pasir dan gula tahan panas.

Bangunan berbentuk persegi empat ini mempunyai luas total 24x32 meter persegi. Pada bagian belakang dibangun bangunan tambahan berukuran 6x18 meter persegi. Gereja mampu menampung 1.000 jemaat. Sedangkan, luas tanah seluruhnya 6.725 meter persegi.

Gereja Portugis termasuk gereja bangsal (hall church). Gereja ini membentuk satu ruang panjang dengan tiga bagian langit-langit kayu yang sama tingginya dan melengkung seperti setengah tong. Langit-langit itu disangga enam tiang.
Baca juga: Stasiun Rawa Buntu, Peninggalan Staatsspoorwegen yang Nyaris Setop Operasi

Di bagian dalam, beberapa kursi berukiran bagus dan bangku dari kayu hitam atau eboni masih juga dipakai. Dilengkapi meja kayu, kursi-kursi itu dipakai untuk kepentingan rapat gereja. Tak ketinggalan acara sidang pencatatan sipil bagi anggota jemaat yang akan menikah secara gerejawi.

Ada mimbar unik bergaya Barok. Salah satu perabot asli gereja ini merupakan persembahan indah dari H Bruijn. Letaknya ada di bagian belakang bersama bangunan tambahan. Mimbar ini bertudung sebuah kanopi yang ditopang dua tiang bergulir dengan gaya arsitektur Ionia dan empat tonggak perunggu.

Selain itu, ada organ pipa gereja yang sampai sekarang masih terawat baik. Organ ini diletakkan di balkon yang disangga empat tiang langsing. Organ ini pemberian putri seorang pendeta bernama John Maurits Moor yang terakhir kali dipakai pada 8 Oktober 2000.
(jon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1149 seconds (0.1#10.140)