Sejarah RSCM dan RS PGI Cikini, Rumah Sakit Tertua di Jakarta
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di Jakarta terdapat dua rumah sakit tertua yakni RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan RS PGI Cikini . Keduanya berdiri sejak zaman penjajahan Belanda.
Berikut perjalanan dua rumah sakit tertua di Jakarta yang dihimpun SINDOnews dari berbagai sumber, Sabtu (6/3/2021).
Berdasarkan laman rscm.co.id, sejarah RSCM atau Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr Cipto Mangunkusumo tidak terlepas dari sejarah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia karena perkembangan kedua instansi saling bergantung dan saling mengisi satu sama lain.
Baca juga: Rayakan HUT ke-101, RSCM Luncurkan Aplikasi Telekonsultasi Siapdok
Tahun 1896
Dr H Roll ditunjuk sebagai pemimpin pendidikan kedokteran di Batavia (Jakarta). Saat itu laboratorium dan Sekolah Dokter Jawa masih berada pada satu pimpinan.
Tahun 1910
Sekolah Dokter Jawa diubah menjadi STOVIA, cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
19 November 1919
Berdiri Centrale Burgelijke Zienkenhuis (CBZ) yang disatukan dengan STOVIA. Sejak saat itu, penyelenggaraan pendidikan dan pelayaan kedokteran semakin maju dan berkembang fasilitas pelayanan kedokteran spesialis bagi masyarakat luas.
Maret 1942
Indonesia diduduki Jepang, CBZ dijadikan rumah sakit perguruan tinggi (Ika Daigaku Byongin).
Tahun 1945
CBZ diubah namanya menjadi Rumah Sakit Oemoem Negeri (RSON), dipimpin oleh Prof Dr Asikin Widjaya-Koesoema dan selanjutnya dipimpin Prof Tamija.
Tahun 1950
RSON berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP).
17 Agustus 1964
Menteri Kesehatan Prof Dr Satrio meresmikan RSUP menjadi Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (RSTM). Sejalan dengan perkembangan ejaan baru bahasa Indonesia, maka diubah menjadi RSCM.
13 Juni 1994
Sesuai SK Menkes nomor 553/Menkes /SK/VI/1994 berubah namanya menjadi RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo.
RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat. Foto: Dok SINDOnews
12 Desember 2000
Berdasarkan PP Nomor 116 Tahun 2000, RSUPN Cipto Mangunkusumo ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
2005
Perjalanan RSCM berubah menjadi Badan Layanan Umum berdasarkan PP Nomor 23 tahun 2005.
2009
SK Menkes Nomor YM.01.10/III/2212/2009 menetapkan pemberian Status Akreditas Penuh Tingkat Lengkap.
2010
SK Menkes Nomor YM.01.06/III/7352/2010 menetapkan RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
RS PGI Cikini, A Garden Hospital with Loving Touch
Menurut laman rscikini.com, cikal bakal RS PGI Cikini lahir ketika pada 15 Maret 1895 Dominee Cornelis de Graaf dan istrinya Ny Adriana J de Graaf Kooman mendirikan Vereeniging Voor Ziekenverpleging In Indie atau perkumpulan orang sakit di Indonesia.
Balai pengobatan pun dibuka di Gang Pool (dekat Istana Negara) pada 1 September 1895 sebagai wadah pelayanan kesehatan. Dominee de Graaf dan istrinya mencari dana untuk mengawali pekerjaan pelayanan ini dan mereka memperoleh sumbangan senilai 100.000 gulden dari Ratu Emma (Ratu Belanda saat itu). Dari sumbangan ini maka dibelilah Istana Pelukis Raden Saleh pada Juni 1897 kemudian kegiatan pelayanan kesehatan dialihkan ke gedung ini.
Pada 12 Januari 1898, pelayanan pun ditingkatkan menjadi Rumah Sakit dan diresmikan sebagai Rumah Sakit Diakones yang pertama di Indonesia. Mengingat sebagian besar sumbangan yang diterima berasal dari Ratu Emma, maka diberi nama dengan Koningin Emma Ziekenhuis (Rumah Sakit Ratu Emma).
RS PGI Cikini, Jakarta Pusat. Foto: Dok SINDOnews
Pada waktu pendudukan Jepang (1942-1945), Rumah Sakit Tjikini dijadikan rumah sakit untuk Angkatan Laut Jepang (Kaigun). Pasca pendudukan Jepang (Agustus 1945 - Desember 1948), RS Tjikini dioperasikan oleh RAPWI dan kemudian DVG, hingga akhir 1948 RS Cikini dikembalikan pengelolaannya kepada pihak swasta dipimpin oleh RF Bozkelman.
Tahun 1957, pengelolaan Stichting Medische Voorziening Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini diserahkan kepada DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia) dengan Prof Dr Joedono sebagai pimpinan sementara. Selanjutnya diangkat dr H Sinaga sebagai direktur pribumi pertama RS Tjikini.
Baca juga: Jembatan Merah Bogor, Tempat Kongkow Gubernur Jenderal Hindia Belanda Sambil Makan Doclang
Yayasan Stichting Medische Voorziening Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini kemudian diubah namanya menjadi Yayasan Rumah Sakit DGI Tjikini. Pada 31 Maret 1989, sehubungan dengan perubahan nama DGI menjadi PGI dan adanya ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan, maka nama Yayasan RS DGI Tjikini disempurnakan menjadi Yayasan Kesehatan PGI Cikini .
Selain memiliki bangunan megah, RS PGI Cikini dilengkapi dengan taman yang luas, yang juga pernah berfungsi sebagai Kebun Botani serta Kebun Binatang yang areanya mencapai lokasi Kampus IKJ, TIM, serta SMP I Cikini (saat ini). Kini lokasi taman yang masih berada di rumah sakit tetap tertata dengan rapi sehingga RS PGI Cikini mendapat sebutan A Garden Hospital with Loving Touch.
Berikut perjalanan dua rumah sakit tertua di Jakarta yang dihimpun SINDOnews dari berbagai sumber, Sabtu (6/3/2021).
Berdasarkan laman rscm.co.id, sejarah RSCM atau Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr Cipto Mangunkusumo tidak terlepas dari sejarah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia karena perkembangan kedua instansi saling bergantung dan saling mengisi satu sama lain.
Baca juga: Rayakan HUT ke-101, RSCM Luncurkan Aplikasi Telekonsultasi Siapdok
Tahun 1896
Dr H Roll ditunjuk sebagai pemimpin pendidikan kedokteran di Batavia (Jakarta). Saat itu laboratorium dan Sekolah Dokter Jawa masih berada pada satu pimpinan.
Tahun 1910
Sekolah Dokter Jawa diubah menjadi STOVIA, cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
19 November 1919
Berdiri Centrale Burgelijke Zienkenhuis (CBZ) yang disatukan dengan STOVIA. Sejak saat itu, penyelenggaraan pendidikan dan pelayaan kedokteran semakin maju dan berkembang fasilitas pelayanan kedokteran spesialis bagi masyarakat luas.
Maret 1942
Indonesia diduduki Jepang, CBZ dijadikan rumah sakit perguruan tinggi (Ika Daigaku Byongin).
Tahun 1945
CBZ diubah namanya menjadi Rumah Sakit Oemoem Negeri (RSON), dipimpin oleh Prof Dr Asikin Widjaya-Koesoema dan selanjutnya dipimpin Prof Tamija.
Tahun 1950
RSON berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP).
17 Agustus 1964
Menteri Kesehatan Prof Dr Satrio meresmikan RSUP menjadi Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (RSTM). Sejalan dengan perkembangan ejaan baru bahasa Indonesia, maka diubah menjadi RSCM.
13 Juni 1994
Sesuai SK Menkes nomor 553/Menkes /SK/VI/1994 berubah namanya menjadi RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo.
RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat. Foto: Dok SINDOnews
12 Desember 2000
Berdasarkan PP Nomor 116 Tahun 2000, RSUPN Cipto Mangunkusumo ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
2005
Perjalanan RSCM berubah menjadi Badan Layanan Umum berdasarkan PP Nomor 23 tahun 2005.
2009
SK Menkes Nomor YM.01.10/III/2212/2009 menetapkan pemberian Status Akreditas Penuh Tingkat Lengkap.
2010
SK Menkes Nomor YM.01.06/III/7352/2010 menetapkan RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
RS PGI Cikini, A Garden Hospital with Loving Touch
Menurut laman rscikini.com, cikal bakal RS PGI Cikini lahir ketika pada 15 Maret 1895 Dominee Cornelis de Graaf dan istrinya Ny Adriana J de Graaf Kooman mendirikan Vereeniging Voor Ziekenverpleging In Indie atau perkumpulan orang sakit di Indonesia.
Balai pengobatan pun dibuka di Gang Pool (dekat Istana Negara) pada 1 September 1895 sebagai wadah pelayanan kesehatan. Dominee de Graaf dan istrinya mencari dana untuk mengawali pekerjaan pelayanan ini dan mereka memperoleh sumbangan senilai 100.000 gulden dari Ratu Emma (Ratu Belanda saat itu). Dari sumbangan ini maka dibelilah Istana Pelukis Raden Saleh pada Juni 1897 kemudian kegiatan pelayanan kesehatan dialihkan ke gedung ini.
Pada 12 Januari 1898, pelayanan pun ditingkatkan menjadi Rumah Sakit dan diresmikan sebagai Rumah Sakit Diakones yang pertama di Indonesia. Mengingat sebagian besar sumbangan yang diterima berasal dari Ratu Emma, maka diberi nama dengan Koningin Emma Ziekenhuis (Rumah Sakit Ratu Emma).
RS PGI Cikini, Jakarta Pusat. Foto: Dok SINDOnews
Pada waktu pendudukan Jepang (1942-1945), Rumah Sakit Tjikini dijadikan rumah sakit untuk Angkatan Laut Jepang (Kaigun). Pasca pendudukan Jepang (Agustus 1945 - Desember 1948), RS Tjikini dioperasikan oleh RAPWI dan kemudian DVG, hingga akhir 1948 RS Cikini dikembalikan pengelolaannya kepada pihak swasta dipimpin oleh RF Bozkelman.
Tahun 1957, pengelolaan Stichting Medische Voorziening Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini diserahkan kepada DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia) dengan Prof Dr Joedono sebagai pimpinan sementara. Selanjutnya diangkat dr H Sinaga sebagai direktur pribumi pertama RS Tjikini.
Baca juga: Jembatan Merah Bogor, Tempat Kongkow Gubernur Jenderal Hindia Belanda Sambil Makan Doclang
Yayasan Stichting Medische Voorziening Koningen Emma Ziekenhuis Tjikini kemudian diubah namanya menjadi Yayasan Rumah Sakit DGI Tjikini. Pada 31 Maret 1989, sehubungan dengan perubahan nama DGI menjadi PGI dan adanya ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan, maka nama Yayasan RS DGI Tjikini disempurnakan menjadi Yayasan Kesehatan PGI Cikini .
Selain memiliki bangunan megah, RS PGI Cikini dilengkapi dengan taman yang luas, yang juga pernah berfungsi sebagai Kebun Botani serta Kebun Binatang yang areanya mencapai lokasi Kampus IKJ, TIM, serta SMP I Cikini (saat ini). Kini lokasi taman yang masih berada di rumah sakit tetap tertata dengan rapi sehingga RS PGI Cikini mendapat sebutan A Garden Hospital with Loving Touch.
(jon)