Dinas Kebudayaan DKI Gelar Perayaan Film Nasional Tahun 2021
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perayaan Hari Film Nasional Tahun 2021 yang bertepatan dengan peringatan 100 tahun kelahiran Usmar Ismail, merupakan dua peristiwa penting yang terjadi di bulan Maret 2021.
Untuk memperingatinya, Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta berkolaborasi menggelar perayaan selama 5 (lima hari), yaitu pada 26 - 30 Maret 2021 secara hybrid (luring dan daring).
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana mengatakan, acara ini sebagai momentum 100 tahun Usmar Ismail dan perannya selaku sutradara sekaligus produser Perfini. (Baca juga; Trailer Film Joe Taslim Mortal Kombat Pecahkan Rekor Paling Banyak Ditonton )
"Momen ini penting terutama bagi insan perfilman agar tangguh dalam menghadapi pandemi COVID-19, dan tantangan ke depan lainnya. Ini juga menjadi momentum yang tepat untuk memanggungkan kembali Usmar Ismail dan tokoh-tokoh perfilman nasional," jelas Iwan di Jakarta, Senin (1/3/2021).
Berlokasi di Gedung Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan No. 11 Jakarta, acara ini diselenggarakan oleh Keluarga Besar H Rempo Urip, Perkumpulan Keluarga Besar H Usmar Ismail, Omah Otara, dan DoRo Institute. (Baca juga; Percantik Pedestrian, Pemprov DKI Bakal Tata Trotoar di 10 Jalan Ini )
Acara ini juga didukung oleh Perpustakaan Nasional RI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Persatuan Artis Film Indonesia, serta Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta.
Hari Film Nasional yang diperingati setiap tanggal 30 Maret tidak lepas dari proses berkarya seorang Usmar Ismail. Pada tanggal 30 Maret 1950, Usmar Ismail selaku sutradara sekaligus sebagai produser Perfini memulai pengambilan gambar atau syuting film hitam putih berjudul “The Long March”.
Film “The Long March” atau “Darah dan Doa” merupakan film pertama yang diproduksi oleh orang Indonesia. Sebelumnya, pada tahun 1926 sudah diproduksi film cerita pertama yang dibuat di Indonesia berjudul “Loetoeng Kasaroeng”. Namun, film tersebut masih diproduksi bersama produser Belanda dan keturunan Tionghoa.
Selain membuat tonggak sejarah baru dalam produksi film nasional, film “Darah dan Doa” menarasikan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Potret-potret sejarah bangsanya menjadi kepedulian seorang Usmar Ismail, termasuk memotret perubahan sosial budaya masyarakat Indonesia dalam sejumlah filmnya. Sebut saja film “Krisis” (1953) dan “Lewat Djam Malam” (1954).
Dalam sejarah industri film, Usmar Ismail yang juga pelopor drama modern di Indonesia ini merupakan pendiri Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini) dan Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI). Layaklah jika pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat pada 20 Maret 1921 dan wafat pada 2 Januari 1971 ini didapuk sebagai “Bapak Film Nasional.
Untuk memperingatinya, Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta berkolaborasi menggelar perayaan selama 5 (lima hari), yaitu pada 26 - 30 Maret 2021 secara hybrid (luring dan daring).
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana mengatakan, acara ini sebagai momentum 100 tahun Usmar Ismail dan perannya selaku sutradara sekaligus produser Perfini. (Baca juga; Trailer Film Joe Taslim Mortal Kombat Pecahkan Rekor Paling Banyak Ditonton )
"Momen ini penting terutama bagi insan perfilman agar tangguh dalam menghadapi pandemi COVID-19, dan tantangan ke depan lainnya. Ini juga menjadi momentum yang tepat untuk memanggungkan kembali Usmar Ismail dan tokoh-tokoh perfilman nasional," jelas Iwan di Jakarta, Senin (1/3/2021).
Berlokasi di Gedung Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan No. 11 Jakarta, acara ini diselenggarakan oleh Keluarga Besar H Rempo Urip, Perkumpulan Keluarga Besar H Usmar Ismail, Omah Otara, dan DoRo Institute. (Baca juga; Percantik Pedestrian, Pemprov DKI Bakal Tata Trotoar di 10 Jalan Ini )
Acara ini juga didukung oleh Perpustakaan Nasional RI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Persatuan Artis Film Indonesia, serta Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta.
Hari Film Nasional yang diperingati setiap tanggal 30 Maret tidak lepas dari proses berkarya seorang Usmar Ismail. Pada tanggal 30 Maret 1950, Usmar Ismail selaku sutradara sekaligus sebagai produser Perfini memulai pengambilan gambar atau syuting film hitam putih berjudul “The Long March”.
Film “The Long March” atau “Darah dan Doa” merupakan film pertama yang diproduksi oleh orang Indonesia. Sebelumnya, pada tahun 1926 sudah diproduksi film cerita pertama yang dibuat di Indonesia berjudul “Loetoeng Kasaroeng”. Namun, film tersebut masih diproduksi bersama produser Belanda dan keturunan Tionghoa.
Selain membuat tonggak sejarah baru dalam produksi film nasional, film “Darah dan Doa” menarasikan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Potret-potret sejarah bangsanya menjadi kepedulian seorang Usmar Ismail, termasuk memotret perubahan sosial budaya masyarakat Indonesia dalam sejumlah filmnya. Sebut saja film “Krisis” (1953) dan “Lewat Djam Malam” (1954).
Dalam sejarah industri film, Usmar Ismail yang juga pelopor drama modern di Indonesia ini merupakan pendiri Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini) dan Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI). Layaklah jika pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat pada 20 Maret 1921 dan wafat pada 2 Januari 1971 ini didapuk sebagai “Bapak Film Nasional.