Ridwan Kamil Seragamkan Langkah Penanganan COVID-19 di Bodebek
loading...
A
A
A
DEPOK - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ingin ada kesamaan langkah dalam penanganan persebaran virus Corona atau COVID-19 di kawasan Bogor, Depok, dan Bekasi ( Bodebek ). Jadi persebaran COVID-19 dapat dikendalikan, apalagi di kawasan Bodebek kasus klaster keluarga sedang tinggi.
“Klaster keluarga ini datang dari klaster kantor, arena mayoritas (warga Bodebek) kerja di Jakarta. Ini sedang kita teliti, klaster kantornya Jakarta atau klaster kantornya sendiri. Apakah karena kantor yang di Bogor atau KTP Bogor yang klaster kantornya di Jakarta. Nanti kita akan teliti,” kata Ridwan Kamil di Depok, Selasa (6/10/2020). (Baca juga; Jenazah Covid-19 di TPU Pedurenan Bekasi Bertambah 24 Orang )
Kesamaan gerak yang dimaksud, salah satunya soal sinkronisasi kebijakan pembatasan kegiatan. Diketahui, untuk saat ini Kota Depok memberlakukan jam pembatasan aktivitas usaha (PAU) untuk layanan di tempat (dine in) hanya sampai pukul 18.00 WIB.
Namun, untuk beberapa wilayah lain belum sama. “Misalnya perbatasan Depok dengan Kabupaten Bogor ternyata yang kanan tutup, kirinya masih buka. Itu sedang kita samakan,” ucap Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil. (Baca juga; Bertambah 59 Orang, Positif Corona di Kabupten Bogor Tembus 2.022 Kasus )
Emil mengingatkan ada tiga dinamika yang diwaspadai di Depok, yaitu COVID-19, banjir di musim hujan, dan pilkada. “Saya dengar sudah ada di beberapa tempat (banjir). Jangan sampai tiga hal ini mengganggu resources kita,” tegasnya.
Dia pun meminta semua warga untuk patuh dan disiplin, karena itu kunci utama pencegahan penyebaran COVID-19. “Kuncinya satu, disiplin saja sambil nunggu vaksin karena tidak ada lagi perlawanan orang-orang sehat dalam mengatasi COVID-19 kecuali disiplin. Kuatkan ibadah sebagai makhluk beragama karena kunci semangat adalah spiritualitas,” ujarnya.
Emil menyebutkan, untuk Bodebek saat ini rata-rata sudah melewati batas WHO untuk ruang isolasi. Dia pun menginstruksikan rumah sakit di Bodebek agar menyumbang untuk perawatannya. “Yang tadinya total 1.000 kan ternyata sudah terpakai misalkan 70%, nah 1000 tempat tidur itu tolong ditambahi rumah rumah sakit masing-masing nyumbang berapa sehingga selalu di bawah 60%. Itu strategi kita untuk menjaga ketersediaan ruang isolasi jangan sampai melewati 60%. Sekarang rata-rata di 70%,” pungkasnya.
“Klaster keluarga ini datang dari klaster kantor, arena mayoritas (warga Bodebek) kerja di Jakarta. Ini sedang kita teliti, klaster kantornya Jakarta atau klaster kantornya sendiri. Apakah karena kantor yang di Bogor atau KTP Bogor yang klaster kantornya di Jakarta. Nanti kita akan teliti,” kata Ridwan Kamil di Depok, Selasa (6/10/2020). (Baca juga; Jenazah Covid-19 di TPU Pedurenan Bekasi Bertambah 24 Orang )
Kesamaan gerak yang dimaksud, salah satunya soal sinkronisasi kebijakan pembatasan kegiatan. Diketahui, untuk saat ini Kota Depok memberlakukan jam pembatasan aktivitas usaha (PAU) untuk layanan di tempat (dine in) hanya sampai pukul 18.00 WIB.
Namun, untuk beberapa wilayah lain belum sama. “Misalnya perbatasan Depok dengan Kabupaten Bogor ternyata yang kanan tutup, kirinya masih buka. Itu sedang kita samakan,” ucap Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil. (Baca juga; Bertambah 59 Orang, Positif Corona di Kabupten Bogor Tembus 2.022 Kasus )
Emil mengingatkan ada tiga dinamika yang diwaspadai di Depok, yaitu COVID-19, banjir di musim hujan, dan pilkada. “Saya dengar sudah ada di beberapa tempat (banjir). Jangan sampai tiga hal ini mengganggu resources kita,” tegasnya.
Dia pun meminta semua warga untuk patuh dan disiplin, karena itu kunci utama pencegahan penyebaran COVID-19. “Kuncinya satu, disiplin saja sambil nunggu vaksin karena tidak ada lagi perlawanan orang-orang sehat dalam mengatasi COVID-19 kecuali disiplin. Kuatkan ibadah sebagai makhluk beragama karena kunci semangat adalah spiritualitas,” ujarnya.
Emil menyebutkan, untuk Bodebek saat ini rata-rata sudah melewati batas WHO untuk ruang isolasi. Dia pun menginstruksikan rumah sakit di Bodebek agar menyumbang untuk perawatannya. “Yang tadinya total 1.000 kan ternyata sudah terpakai misalkan 70%, nah 1000 tempat tidur itu tolong ditambahi rumah rumah sakit masing-masing nyumbang berapa sehingga selalu di bawah 60%. Itu strategi kita untuk menjaga ketersediaan ruang isolasi jangan sampai melewati 60%. Sekarang rata-rata di 70%,” pungkasnya.
(wib)