Jurus Jitu Berbagai Kota Dunia Kurangi Kemacetan
loading...
A
A
A
PERTUMBUHAN kendaraan tidak akan pernah sepadan dengan peningkatan kapasitas jalan. Hal itu terjadi di semua kota-kota besar di dunia. Alhasil, kemacetan pun menjadi santapan sehari-hari bagi masyarakat urban.
Di sisi lain, pemerintah kota di berbagai negara terus memutar otak untuk mendapatkan jurus jitu mengatasi kemacetan. Ada yang sudah berhasil, ada yang belum. Berikut sejumlah kebijakan untuk mengurangi kemacetan di sejumlah kota dunia. (Baca juga:
Imbas Kemacetan, Puluhan Triliun Menguap di Jalan)
1. New York menerapkan jalan berbayar
Sejumlah strategi dilakukan Kota New York di Amerika Serikat (AS) mengurai kemacetan. New York menjadi kota pertama di AS yang memberlakukan kebijakan jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP).
Penerapan jalan berbayar itu yakni untuk kendaraan yang memasuki Manhattan, antara 60th Street dan wilayah paling selatan, Battery. Peraturan itu akan berlaku pada pukul 06.00 hingga 20.00 pada hari kerja. Cara lain yakni mengenakan biaya sebesar USD11,52 untuk para pengemudi mobil biasa yang masuk ke wilayah Manhattan, selama jam kerja. (Baca juga: Jalan Berbayar Solusi Kurangi Macet di Jakarta, Seperti Apa?)
2. Inggris menggunakan sistem canggih di kota
Mengatur tata kota bisa menggunakan sistem yang lebih canggih. Itu dilakukan agar kota bisa dimonitor lebih mudah lagi. Sistem juga bisa menganalisa soal apa penyebab kemacetan di kota tertentu. Di Inggris sistem tersebut adalah 'Smart Motorways'.
Sistem bisa digunakan saat macet panjang, ada kecelakaan, dan mengetahui berapa batas kecepatan mobil. Dengan begitu ahli tata kota dapat memutuskan solusi apa yang bisa diterapkan di sebuah kota itu. (Baca juga: Menebar Jurus Atasi Macet dan Polusi)
3. Beijing atur mobil boleh dipakai berdasar pelat
Selain memiliki jumlah populasi manusia padat, ibu kota China, Beijing juga merupakan kota dengan tingkat kemacetan luar biasa. Beragam cara coba digunakan untuk memangkas angka kemacetan, salah satunya adalah pelarangan mobil dengan pelat nomor dengan dua angka akhir yang berbeda. Menurut laporan situs China Daily, kebijakan ini dinilai mampu menurunkan volume kemacetan setiap harinya. (Lihat grafis: Skydrive, Mobil Terbang Pertama di Dunia Sukses Uji Terbang)
4. Dubai larang sopir manusia pada 2020
Terkenal dengan kota penuh kemewahan, tidak menjadikan Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) bebas kemacetan. Lalu lalang kendaraan pribadi dan umum pada jam sibuk membuat pemerintah Dubai mencoba alternatif solusi kemacetan dengan mobil tanpa pengemudi. Mobil tersebut nantinya dapat memuat hingga 10 orang.
Tidak sebatas kendaraan pribadi, kendaraan umum seperti bus atau taksi akan dibuat serupa tanpa pengemudi. Bekerjasama dengan Google, peluncuran masih dipersiapkan hingga siap di tahun 2030. (Baca juga: VW Berencana Uji Coba Mobil Listrik Tanpa Sopir di China)
5. Singapura pajaki mobil pribadi gila-gilaan
Pemerintah Singapura keras membatasi populasi kendaraan pribadi lewat pajak. Pajak yang dimaksud, adalah biaya sertifikat (setara BPKB) dan pajak tahunan, yang jauh lebih mahal dari harga jual mobil.
Contohnya mobil impor Jepang yang bila dirupiahkan setara Rp150 juta. Total pajak yang harus dibayarkan adalah empat kali lipat dari harga beli mobil tersebut. (Lihat foto: Hari Pertama PSBB Total Jakarta, Jalan Sudirman Lancar di Jam Sibuk)
Di sisi lain, pemerintah kota di berbagai negara terus memutar otak untuk mendapatkan jurus jitu mengatasi kemacetan. Ada yang sudah berhasil, ada yang belum. Berikut sejumlah kebijakan untuk mengurangi kemacetan di sejumlah kota dunia. (Baca juga:
Imbas Kemacetan, Puluhan Triliun Menguap di Jalan)
1. New York menerapkan jalan berbayar
Sejumlah strategi dilakukan Kota New York di Amerika Serikat (AS) mengurai kemacetan. New York menjadi kota pertama di AS yang memberlakukan kebijakan jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP).
Penerapan jalan berbayar itu yakni untuk kendaraan yang memasuki Manhattan, antara 60th Street dan wilayah paling selatan, Battery. Peraturan itu akan berlaku pada pukul 06.00 hingga 20.00 pada hari kerja. Cara lain yakni mengenakan biaya sebesar USD11,52 untuk para pengemudi mobil biasa yang masuk ke wilayah Manhattan, selama jam kerja. (Baca juga: Jalan Berbayar Solusi Kurangi Macet di Jakarta, Seperti Apa?)
2. Inggris menggunakan sistem canggih di kota
Mengatur tata kota bisa menggunakan sistem yang lebih canggih. Itu dilakukan agar kota bisa dimonitor lebih mudah lagi. Sistem juga bisa menganalisa soal apa penyebab kemacetan di kota tertentu. Di Inggris sistem tersebut adalah 'Smart Motorways'.
Sistem bisa digunakan saat macet panjang, ada kecelakaan, dan mengetahui berapa batas kecepatan mobil. Dengan begitu ahli tata kota dapat memutuskan solusi apa yang bisa diterapkan di sebuah kota itu. (Baca juga: Menebar Jurus Atasi Macet dan Polusi)
3. Beijing atur mobil boleh dipakai berdasar pelat
Selain memiliki jumlah populasi manusia padat, ibu kota China, Beijing juga merupakan kota dengan tingkat kemacetan luar biasa. Beragam cara coba digunakan untuk memangkas angka kemacetan, salah satunya adalah pelarangan mobil dengan pelat nomor dengan dua angka akhir yang berbeda. Menurut laporan situs China Daily, kebijakan ini dinilai mampu menurunkan volume kemacetan setiap harinya. (Lihat grafis: Skydrive, Mobil Terbang Pertama di Dunia Sukses Uji Terbang)
4. Dubai larang sopir manusia pada 2020
Terkenal dengan kota penuh kemewahan, tidak menjadikan Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) bebas kemacetan. Lalu lalang kendaraan pribadi dan umum pada jam sibuk membuat pemerintah Dubai mencoba alternatif solusi kemacetan dengan mobil tanpa pengemudi. Mobil tersebut nantinya dapat memuat hingga 10 orang.
Tidak sebatas kendaraan pribadi, kendaraan umum seperti bus atau taksi akan dibuat serupa tanpa pengemudi. Bekerjasama dengan Google, peluncuran masih dipersiapkan hingga siap di tahun 2030. (Baca juga: VW Berencana Uji Coba Mobil Listrik Tanpa Sopir di China)
5. Singapura pajaki mobil pribadi gila-gilaan
Pemerintah Singapura keras membatasi populasi kendaraan pribadi lewat pajak. Pajak yang dimaksud, adalah biaya sertifikat (setara BPKB) dan pajak tahunan, yang jauh lebih mahal dari harga jual mobil.
Contohnya mobil impor Jepang yang bila dirupiahkan setara Rp150 juta. Total pajak yang harus dibayarkan adalah empat kali lipat dari harga beli mobil tersebut. (Lihat foto: Hari Pertama PSBB Total Jakarta, Jalan Sudirman Lancar di Jam Sibuk)
(poe)