PKS Legowo Riza Dampingi Anies, Pengamat Duga Sudah Deal di Awal
A
A
A
JAKARTA - Politikus Partai Gerindra, Ahmad Riza Patria akhirnya terpilih menjadi wakil gubernur (Wagub) DKI Jakarta mendampingi Anies Baswedan hingga 2022. Sebelumnya, terjadi tarik ulur pemilihan Wagub, karena PKS sebagai partai pengusung koalisi juga mengajukan kader terbaiknya.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menyebut, koalisi Gerinda-PKS akan dievalusi. (Baca juga: Posisi Wagub Ditempati Gerindra, PKS: Sudah Takdirnya )
"Apakah kontestasi DKI mempengaruhi peta koalisi politik nasional. PKS tentu juga enggak mau termakan lagu-lagu lama soal PKS dan Gerindra adalah sekutu lama. Politik itu selalu bicara apa, siapa, dapat apa dan bagaimana? Kalau sudah enggak saling menguntungkan untuk apa juga dipertahankan," terang Pangi saat dihubungi SINDOnews, Selasa (7/4/2020).
Menurut Pangi, PKS bukan tidak mungkin kedepannya masih akan membangun hubungan kerja sama koalisi selama menguntungkan langsung, tanpa harus ada janji, deal di awal. Dalam hal ini, pemilihan Wagub jelas menjadi pelajaran bagi PKS agar tak termakan dengan janji politik yang ujungnya tidak jelas.
"Kalau nanti jelas di depan langsung menguntungkan PKS, kan enggak mungkin juga menolak, tapi kalau janji tentu enggak mau lagi, bisa saja growing distrust PKS terhadap Gerindra sudah cukup, sudah trauma dengan janji Gerindra soal Wagub DKI misalnya," kata Pangi. (Baca juga: DKI Sudah Miliki Wagub, Anies-Riza Harus Kompak Bangun Jakarta )
Dia mengaku sudah mengkalkulasi secara matematika politik bahwa di atas kertas Riza Patria punya kans untuk terpilih sebagai wagub DKI. Hal ini bisa dibaca dari jumlah kursi koalisi di DPRD DKI, kekuatan lobi, dan kepiawaian serta kemahiran Gerindra dalam hal ini. Bagaimana pun Gerindra disebutnya punya jam terbang untuk meyakinkan anggota DPRD.
Ia menduga, sejak awal sepertinya PKS sudah mengikhlaskan jabatan wagub ke kader Gerindra. Bahkan sebelumnya, pertarungan kontestasi sudah selesai, ada dugaan sudah deal di awal. Sehingga, seolah-olah nampak masih bertarung atau berkontestasi, itu hanya gimik politik saja.
Sementara prosesnya, kata dia, sudah selesai di tingkat elite. Jika pun ada santer pendapat demikian, hanya momentum membuatkan panggung popularitas saja untuk kader PKS. "Sehingga bisa menjadi insentif elektoral untuk elektabilitas beliau dan muncul sosok figur baru politisi PKS dan supaya nampak terlihat demokratis karena ada kontestasi," pungkasnya.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menyebut, koalisi Gerinda-PKS akan dievalusi. (Baca juga: Posisi Wagub Ditempati Gerindra, PKS: Sudah Takdirnya )
"Apakah kontestasi DKI mempengaruhi peta koalisi politik nasional. PKS tentu juga enggak mau termakan lagu-lagu lama soal PKS dan Gerindra adalah sekutu lama. Politik itu selalu bicara apa, siapa, dapat apa dan bagaimana? Kalau sudah enggak saling menguntungkan untuk apa juga dipertahankan," terang Pangi saat dihubungi SINDOnews, Selasa (7/4/2020).
Menurut Pangi, PKS bukan tidak mungkin kedepannya masih akan membangun hubungan kerja sama koalisi selama menguntungkan langsung, tanpa harus ada janji, deal di awal. Dalam hal ini, pemilihan Wagub jelas menjadi pelajaran bagi PKS agar tak termakan dengan janji politik yang ujungnya tidak jelas.
"Kalau nanti jelas di depan langsung menguntungkan PKS, kan enggak mungkin juga menolak, tapi kalau janji tentu enggak mau lagi, bisa saja growing distrust PKS terhadap Gerindra sudah cukup, sudah trauma dengan janji Gerindra soal Wagub DKI misalnya," kata Pangi. (Baca juga: DKI Sudah Miliki Wagub, Anies-Riza Harus Kompak Bangun Jakarta )
Dia mengaku sudah mengkalkulasi secara matematika politik bahwa di atas kertas Riza Patria punya kans untuk terpilih sebagai wagub DKI. Hal ini bisa dibaca dari jumlah kursi koalisi di DPRD DKI, kekuatan lobi, dan kepiawaian serta kemahiran Gerindra dalam hal ini. Bagaimana pun Gerindra disebutnya punya jam terbang untuk meyakinkan anggota DPRD.
Ia menduga, sejak awal sepertinya PKS sudah mengikhlaskan jabatan wagub ke kader Gerindra. Bahkan sebelumnya, pertarungan kontestasi sudah selesai, ada dugaan sudah deal di awal. Sehingga, seolah-olah nampak masih bertarung atau berkontestasi, itu hanya gimik politik saja.
Sementara prosesnya, kata dia, sudah selesai di tingkat elite. Jika pun ada santer pendapat demikian, hanya momentum membuatkan panggung popularitas saja untuk kader PKS. "Sehingga bisa menjadi insentif elektoral untuk elektabilitas beliau dan muncul sosok figur baru politisi PKS dan supaya nampak terlihat demokratis karena ada kontestasi," pungkasnya.
(mhd)