Bupati Bogor Tegaskan Tak Pernah Tutupi Data Sebaran Kasus Corona

Minggu, 05 April 2020 - 14:57 WIB
Bupati Bogor Tegaskan Tak Pernah Tutupi Data Sebaran Kasus Corona
Bupati Bogor Tegaskan Tak Pernah Tutupi Data Sebaran Kasus Corona
A A A
BOGOR - Bupati Bogor , Ade Yasin menyatakan tidak pernah menutupi sebaran kasus Corona Virus Disease (Covid-19) di wilayahnya dalam kurun waktu tiga pekan ini. Meskipun secara rasio dengan jumlah penduduk hampir 6 juta jiwa ditambah letak geografis bersebelahan dengan DKI Jakarta, di Kabupaten Bogor hanya terdapat 20 kasus positif Corona per Sabtu, 4 April 2020 lalu.

Terlebih angka kematian atau mortality death Covid-19 di Kabupaten Bogor juga hanya lima kasus dengan rincian tiga berstatus terkonfirmasi positif dan dua kasus Pasien Dalam Pengawasan (PDP)."Begini kalau yang kita laporkan positif itu tidak kita sembunyikan, kita harus terbuka karena kerja sama dengan Dinkes. Kalau ODP berubah-ubah datanya karena setiap orang yang masuk (ke Bogor) jadi ODP walau dari Jakarta. Begitu juga PDP itu pasien yang dirawat di RS. Kemudian ketika di rapid test itu juga yang baru diindikasikan Covid-19 ternyata hasilnya tidak," ungkap Ade saat ditemui disela-sela sosialis RW Siaga Corona kepada pengguna jalur Puncak di Pos Polisi VVIP 2B Gadog, Kabupaten Bogor, Sabtu, 4 April 2020 kemarin.

Ade menuturkan, ada pasien berstatus PDP yang meninggal namun tak dicantumkan dalam laporan hasil monitoring tim Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Bogor, lantaran belum terkonfirmasi positif."Iya seperti yang meninggal kemarin (tiga PDP di RSUD Leuwiliang) itu statusnya PDP dan belum terindikasi Corona jadi tidak dimasukan ke data positif. Kalau positif baru hitungannya kita laporkan dari Kabupaten Bogor ke Jawa Barat kemudian dari Jawa Barat ke Nasional," ujarnya.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kabupaten Bogor, dr Kusnadi yang ditunjuk sebagai juru bicara (jubir) penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor menambahkan, sengaja tak mencantumkan pasien meninggal PDP dalam laporan monitoring yang dipublikasikan melalui website Covid-19 Kabupaten Bogor dan media sosial karena bukan positif.

"Kenapa PDP (meninggal) tidak kami ekspose karena belum ada hasil lab. Yang kita ekspose yang positif. Karena menjadi hitungan yang positif saja. Kalau sekarang PDP meninggal diupload (dimuat) dalam website dan media sosial karena sudah banyak laporan dari beberapa rumah sakit," jelasnya.

Bahkan pihaknya tak menepis kalau jumlah kasus riil di lapangan bisa lebih banyak dibandingkan data yang dilaporkan dan dipublikasikan. "Iya jumlahnya bisa lebih besar. Karena semua yang meninggal PDP meski hasilnya nanti negatif atau belum diketahui dalam pemulasarannya sesuai standard kasus penanganan jenazah Covid-19," katanya.

Menurutnya data riil tersebut sudah ada di Dinkes Kabupaten Bogor, namun tak bisa sembarang orang mengetahui data tersebut dengan alasan yang memegang data adalah tim surveilance di lapangan. "Selain itu kalau saya sebutkan karena khawatir saya lupa, kemudian keluar yang bersangkutan (PDP) tahu bisa marah mereka. Kita dalam hal yang meninggal pasti ada aja setiap hari," ujarnya.

Dia pun enggan menyebutkan 20 kasus positif yang tiga diantaranya meninggal dunia itu sebagai zona merah. Namun demikian menurutnya ketika ada satu kasus positif di kecamatan tertentu sudah pasti itu zona merah.

"Seperti sekarang sesuai data monitoring yang dipublikasikan ada tujuh kecamatan masuk zona merah yaitu Gunung Putri, Parung Panjang, Cileungsi, Cibinong, Bojonggede, Jonggol dan Ciomas yang sebagian besar berada di daerah perbatasan (DKI Jakarta, Depok, Bekasi dan Kota Bogor)," ucapnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5412 seconds (0.1#10.140)