Rutan Salemba Terus Kebobolan Narkotika, Pengamat Minta Lakukan Evaluasi Berjamaah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengawasan di Rumah Tahanan (Rutan) Salemba kembali disorot lantaran terus kebobolan narkotika. Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yassona Laoly pun diminta segera bertindak.
Inspektorat Kemenkumham harus segera melakukan pemeriksaan terhadap kepala kantor wilayah dan kepala divisi pemasyarakatan. Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahardiansyah meminta Inspektorat Kemenkumham segera mengambil sikap. (Baca: Dirawat di RS, Napi Ini Jadikan Ruang VIP untuk Produksi Ekstasi)
Hal itu untuk menyelamatkan citra Kemenkumham yang sebelumnya terus diterjang berbagai isu negatif. "Periksa dari bawah sampai ke kakanwil, hingga Kadiv PAS. Apa yang salah, kenapa narkoba terus muncul di rutan Salemba," ujar Trubus saat dihubungi wartawan.
Menurut Trubus, keberadaan pabrik ekstasi di dalam rumah sakit dan dikendalikan oleh seorang narapidana adalah persekongkolan aspirasi. Untuk itu, ia meminta untuk mengevaluasi dengan mengganti dari tingkat sipir, hingga tingkat Kepala Kantor Wilayah Hukum dan HAM (kanwilkumham) DKI. (Baca juga: Produksi Ekstasi saat Dirawat di RS, Napi Ini Dipindahkan ke Nusakambangan)
"Ini harus dievaluasi berjamaah, jangan hanya mentok sampai di kelapa rumah tahanan (rutan) Salemba sebagai penanggung jawab narapidana. Karena di atasnya juga masih ada, sehingga semua harus dievaluasi agar tak ada lagi kasus ini," kata Trubus.
Trubus yakin Kepala Kanwilkumham DKI Liberty Sitinjak pasti tahu akan perkembangan yang ada di dalam lapas maupun rutan. Dimana semua tahanan yang keluar untuk berobat maupun hal lainnya sudah terpantau.
"Apalagi napi itu sendiri, sudah didalam rumah sakit hampir dua bulan lamanya, pasti laporan itu sudah diterimanya," katanya. (Baca juga: 2 Pengedar Sabu Jaringan Lapas Salemba Ditangkap di Bekasi)
Trubus melanjutkan, karena kurangnya perhatian dari kepala kanwilkumham terhadap napi pembuat pabrik ekstasi, menimbulkan opini masyarakat bahwa ia melindungi. Meski memang yang bersangkutan baru menduduki kursi itu beberapa bulan belakangan ini, pastinya ia tahu akan kondisi yang ada.
"Jadi meski orang baru, memang dalam konteks pribadi ia tidak tahu tetapi dalam konteks sistem, dia mau tak mau, harus tahu," ungkapnya.
Trubus menilai, pabrik ekstasi yang ada di rumah sakit itu merupakan konspirasi tingkat tinggi. Karena semua itu tidak mungkin berjalan dengan baik bila tak ada yang melindunginya.
"Ya kita sama-sama tahu semuanya ini ada yang mengatur, ada aktor intelektualnya, siapa di lapangan, siapa yang menjadi jaringannya, dan siapa yang menjadi perantaranya. Jadi semua ini seperti gunung es, karena di belakang itu semua banyak," bebernya.
Karena itu, ia meminta kepada menteri Hukum dan HAM Yassona Laoly, segera melakukan penggantian hingga ke ujungnya. Karena selama ini orang-orang itu tetap di lingkaran masalah ini akan kembali muncul, makanya harus segera diputus mata rantainya.
"Hingga saat ini saya menilai, hal yang sangat krusial karena kesalahan di tingkat pengawasan yang lemah, sehingga monitoring dan evaluasi tidak berjalan dengan baik," pungkasnya.
Inspektorat Kemenkumham harus segera melakukan pemeriksaan terhadap kepala kantor wilayah dan kepala divisi pemasyarakatan. Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahardiansyah meminta Inspektorat Kemenkumham segera mengambil sikap. (Baca: Dirawat di RS, Napi Ini Jadikan Ruang VIP untuk Produksi Ekstasi)
Hal itu untuk menyelamatkan citra Kemenkumham yang sebelumnya terus diterjang berbagai isu negatif. "Periksa dari bawah sampai ke kakanwil, hingga Kadiv PAS. Apa yang salah, kenapa narkoba terus muncul di rutan Salemba," ujar Trubus saat dihubungi wartawan.
Menurut Trubus, keberadaan pabrik ekstasi di dalam rumah sakit dan dikendalikan oleh seorang narapidana adalah persekongkolan aspirasi. Untuk itu, ia meminta untuk mengevaluasi dengan mengganti dari tingkat sipir, hingga tingkat Kepala Kantor Wilayah Hukum dan HAM (kanwilkumham) DKI. (Baca juga: Produksi Ekstasi saat Dirawat di RS, Napi Ini Dipindahkan ke Nusakambangan)
"Ini harus dievaluasi berjamaah, jangan hanya mentok sampai di kelapa rumah tahanan (rutan) Salemba sebagai penanggung jawab narapidana. Karena di atasnya juga masih ada, sehingga semua harus dievaluasi agar tak ada lagi kasus ini," kata Trubus.
Trubus yakin Kepala Kanwilkumham DKI Liberty Sitinjak pasti tahu akan perkembangan yang ada di dalam lapas maupun rutan. Dimana semua tahanan yang keluar untuk berobat maupun hal lainnya sudah terpantau.
"Apalagi napi itu sendiri, sudah didalam rumah sakit hampir dua bulan lamanya, pasti laporan itu sudah diterimanya," katanya. (Baca juga: 2 Pengedar Sabu Jaringan Lapas Salemba Ditangkap di Bekasi)
Trubus melanjutkan, karena kurangnya perhatian dari kepala kanwilkumham terhadap napi pembuat pabrik ekstasi, menimbulkan opini masyarakat bahwa ia melindungi. Meski memang yang bersangkutan baru menduduki kursi itu beberapa bulan belakangan ini, pastinya ia tahu akan kondisi yang ada.
"Jadi meski orang baru, memang dalam konteks pribadi ia tidak tahu tetapi dalam konteks sistem, dia mau tak mau, harus tahu," ungkapnya.
Trubus menilai, pabrik ekstasi yang ada di rumah sakit itu merupakan konspirasi tingkat tinggi. Karena semua itu tidak mungkin berjalan dengan baik bila tak ada yang melindunginya.
"Ya kita sama-sama tahu semuanya ini ada yang mengatur, ada aktor intelektualnya, siapa di lapangan, siapa yang menjadi jaringannya, dan siapa yang menjadi perantaranya. Jadi semua ini seperti gunung es, karena di belakang itu semua banyak," bebernya.
Karena itu, ia meminta kepada menteri Hukum dan HAM Yassona Laoly, segera melakukan penggantian hingga ke ujungnya. Karena selama ini orang-orang itu tetap di lingkaran masalah ini akan kembali muncul, makanya harus segera diputus mata rantainya.
"Hingga saat ini saya menilai, hal yang sangat krusial karena kesalahan di tingkat pengawasan yang lemah, sehingga monitoring dan evaluasi tidak berjalan dengan baik," pungkasnya.
(thm)