Warga Kompleks Kodam Jaya Kalideres Tolak Penggusuran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ratusan warga Kompleks TNI AD Kodam Jaya , Kalideres, Jakarta Barat menggelar unjuk rasa menentang rencana penggusuran rumah mereka. Aksi ini dimulai dengan penutupan Jalan Daan Mogot KM 17 dan pintu masuk kompleks sebagai bentuk protes.
Demonstran yang mengenakan pakaian serba putih dengan pita hitam di tangan kiri menunjukkan sikap tegas menolak penggusuran. Aksi ini melibatkan warga dari berbagai kalangan mulai dari orang tua, pemuda, hingga ibu-ibu rumah tangga. Mereka berorasi dan sesekali mengalunkan lagu-lagu perjuangan yang mengenang jasa para pahlawan.
Koordinator Aksi Bryan Ghautama mengatakan, perumahan yang mereka huni bukanlah rumah dinas atau rumah ksatrian. Warga telah tinggal di kompleks tersebut sejak tahun 1973 setelah dipindahkan dari Harmoni, Jakarta Pusat.
Banyak di antara mereka yang merupakan anak-anak tentara yang orang tuanya telah berjuang untuk negara. Selama ini, mereka membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) setiap tahun dan merasa berhak mendapatkan perlakuan adil dan manusiawi dari pemerintah.
"Orang tua kami adalah para pahlawan, bahkan beberapa di antaranya menerima penghargaan seperti Bintang Gerilya dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata," ujar Bryan, Senin (13/1/2025).
Selain berorasi, demonstran juga membentangkan bendera merah putih setengah tiang sebagai tanda berduka serta spanduk berisi penolakan penggusuran.
Aksi ini menyebabkan kemacetan di jalur dari Tangerang menuju Kalideres, dengan demonstran yang bergerak di sepanjang jalan. Hingga saat ini, belum ada informasi terbaru mengenai rencana penggusuran yang akan dilakukan Kodam Jaya.
Demonstran yang mengenakan pakaian serba putih dengan pita hitam di tangan kiri menunjukkan sikap tegas menolak penggusuran. Aksi ini melibatkan warga dari berbagai kalangan mulai dari orang tua, pemuda, hingga ibu-ibu rumah tangga. Mereka berorasi dan sesekali mengalunkan lagu-lagu perjuangan yang mengenang jasa para pahlawan.
Koordinator Aksi Bryan Ghautama mengatakan, perumahan yang mereka huni bukanlah rumah dinas atau rumah ksatrian. Warga telah tinggal di kompleks tersebut sejak tahun 1973 setelah dipindahkan dari Harmoni, Jakarta Pusat.
Banyak di antara mereka yang merupakan anak-anak tentara yang orang tuanya telah berjuang untuk negara. Selama ini, mereka membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) setiap tahun dan merasa berhak mendapatkan perlakuan adil dan manusiawi dari pemerintah.
"Orang tua kami adalah para pahlawan, bahkan beberapa di antaranya menerima penghargaan seperti Bintang Gerilya dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata," ujar Bryan, Senin (13/1/2025).
Selain berorasi, demonstran juga membentangkan bendera merah putih setengah tiang sebagai tanda berduka serta spanduk berisi penolakan penggusuran.
Aksi ini menyebabkan kemacetan di jalur dari Tangerang menuju Kalideres, dengan demonstran yang bergerak di sepanjang jalan. Hingga saat ini, belum ada informasi terbaru mengenai rencana penggusuran yang akan dilakukan Kodam Jaya.
(jon)