18 Karya Seniman Residensi Baku Konek Dipamerkan di TIM

Jum'at, 11 Oktober 2024 - 13:03 WIB
loading...
18 Karya Seniman Residensi...
Jakarta Biennale 2024 di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini. Foto/Instagram Jakarta Biennale
A A A
JAKARTA - Sebanyak 18 karya seniman residensi Baku Konek dipamerkan di Taman Ismail Marzuki ( TIM ), Cikini dalam acara Jakarta Biennale 2024. Pameran ini digelar pada 1 Oktober hingga Selasa, 15 November 2024.

Adapun Baku Konek 2024 adalah program residensi yang diinisiasi oleh organisasi seni rupa kontemporer yang didirikan pada 2000 oleh sekelompok seniman di Jakarta ruangrupa dan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Manajemen Talenta Nasional (MTN) Bidang Seni Budaya, berkolaborasi dengan komunitas-komunitas dan kolektif seni di berbagai daerah di Indonesia.

Beberapa seniman perwakilan dari berbagai daerah turut hadir untuk berbagi pengalaman dan pandangan mereka terkait program ini dalam sesi diskusi Artist Talk pada Jumat, 4 Oktober 2024. Mereka di antaranya dari Tulungagung, Yogyakarta, Sumenep, Majalengka, dan Aceh.

18 Karya Seniman Residensi Baku Konek Dipamerkan di TIM






Agustin Dwi Maharani, perwakilan dari Komunitas Gulung Tukar (Tulungagung) yang berkolaborasi dengan Komunitas Susur Galur di Pontianak menjadi salah satu seniman yang terlibat dalam program Baku Konek. Di Jakarta Biennale, Agustin dan komunitasnya memamerkan karya bertajuk “Mengairi Sekitar, Memaknai Kehidupan”.

18 Karya Seniman Residensi Baku Konek Dipamerkan di TIM


Dia membeberkan ketertarikannya pada program ini karena peluang besar untuk berkolaborasi dan menjalin relasi dengan pelaku seni dan budaya di luar Jawa. Karya itu adalah hasil dari residensi di Pontianak yang memadukan dialog dengan berbagai entitas di beberapa wilayah perkampungan sungai, seperti Kampung Kuantan Laut dan Kampung Banjar Serasan.

Melalui pendekatan seni rupa dan penelitian lintas budaya, karya ini menyoroti peran krusial Sungai Kapuas sebagai sumber kehidupan serta cerminan ikatan sosial dan nilai-nilai spiritual masyarakat yang tinggal di sekitarnya. “Kami berusaha memposisikan diri sebagai bagian dari kehidupan masyarakat setempat untuk benar-benar bisa merasakan dan memahami masalah sosial yang ada,” ujar Agustin Dwi Maharani.

“Karya ini bukan hanya sekadar pajangan, tapi ruang untuk membangun kesadaran kolektif dan mengkaji tantangan masyarakat saat ini,” sambung Agustin.

Seniman lain yang merasakan manfaat dari program Baku Konek adalah Nani Nurhayati dari Majalengka, Jawa Barat. Nani pertama kali mengetahui program residensi Baku Konek melalui media sosial (medsos).

Dirinya tertarik mengikuti program ini karena ingin terkoneksi dengan pelaku seni dan budaya dari berbagai kota dan provinsi. Nani mengangkat soal ritual pengobatan tradisional Melayu-Riau dari hasil residensinya bersama komunitas Sikukeluang di Pekanbaru.

Adapun temuannya berupa rempah-rempah dan audio ia ramu menjadi sebuah karya instalasi yang apik bertajuk “Tepung-Pa-Tepung”. Keberhasilan Baku Konek 2024 merupakan momentum penting, khususnya dalam hal berjejaring, kolaborasi, serta eksplorasi artistik dalam konteks seni rupa kontemporer.

Residensi Baku Konek membuka pintu bagi seniman muda seperti Agustin dan Nani untuk belajar dan berbagi pengalaman dengan komunitas seni di seluruh Indonesia. Dengan keberagaman latar belakang peserta, Baku Konek menjadi salah satu sorotan penting dalam perhelatan Jakarta Biennale 2024, membuka jalan bagi masa depan seni rupa Indonesia yang lebih inklusif dan terhubung, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Karya-karya yang dipamerkan juga menunjukkan peran lain karya seni di luar sisi artistiknya, yakni sebagai cerminan, respons, hingga pendorong perubahan sosial, lingkungan, serta budaya. Diketahui, Manajemen Talenta Nasional (MTN) adalah program pemerintah yang bertujuan mempersiapkan generasi emas yang kompetitif secara nasional dan global, dengan fokus pada tiga bidang yaitu riset dan inovasi, seni budaya, serta olahraga.

Dalam bidang seni budaya, Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bertanggung jawab atas pelaksanaan MTN, yang mencakup seni rupa, kriya, seni pertunjukan, teater, musik, film, serta bahasa dan sastra.

MTN Seni Budaya dibangun di atas empat pilar utama, yaitu edukasi, regenerasi, ekonomi, dan internasionalisasi untuk memastikan regenerasi talenta seni melalui ekosistem budaya yang berkelanjutan. Langkah-langkah percepatan dilakukan melalui program MTN Lab, Konsorsium Festival, MTN International Hub, dan Anugerah Seni Budaya, dengan MTN Lab berfokus pada pengembangan talenta artistik melalui pelatihan, residensi, dan penelitian.

Sedangkan ruangrupa pada perkembangannya berevolusi menjadi sebuah kolektif seni kontemporer dan ekosistem studi GUDSKUL bersama dua organisasi lainnya (Serrum dan Grafis Huru Hara) yang menyajikan ruang belajar publik yang mengusung nilai-nilai kesetaraan, berbagi, solidaritas, pertemanan, dan kebersamaan.
(rca)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1251 seconds (0.1#10.140)