Haji Sabri Dukung Pramono-Rano: Pembangunan Harus Dimulai dari Jakarta Utara
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta Nomor Urut 3 Pramono Anung-Rano Karno mendapat dukungan dari Tokoh Masyarakat Jakarta Utara Sabri Saiman. Haji Sabri menitipkan bahwa pembangunan harus dimulai dari Jakarta Utara.
Adapun dukungan disampaikan saat dirinya menerima kunjungan Pramono di kediamannya, Jalak Swasembada Barat VIII, Kebon Bawang, Tanjung Priok beberapa hari lalu. Sabri melihat Pramono memenuhi kriteria sebagai pemimpin Jakarta yang punya integritas kapabilitas.
“Mas Pram ini orang yang jujur dan punya kemampuan,” kata Sabri dikutip Selasa (8/10/2024).
Dia pun mengapresiasi kesediaan Pramono yang menyatakan persetujuan terhadap permintaannya. “Saya minta Mas Pram untuk melanjutkan program-program yang dulu saya pernah sampaikan kepada Anies Baswedan ketika hendak maju menjadi Gubernur Jakarta tahun 2017,” kata Sabri.
Diketahui, Anies Baswedan ketika maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada 2017 menggelar deklarasi akbar di kediaman Sabri Saiman pada 3 Maret 2017. Deklarasi itu diikuti 150 ormas dan elemen masyarakat di Jakarta Utara yang beraliansi dalam Gerakan Masyarakat “Jakarta Utara Rumah Kita”.
“Kepada Mas Pram saya sampaikan, mohon dilanjutkan apa yang sudah berhasil dicapai oleh Bung Anies, dan silakan diperbaiki apa saja pencapaiannya yang kurang,” ungkap Sabri.
Sabri mengatakan, pembangunan Jakarta selama ini kurang memperhatikan Jakarta Utara. Sebagai contoh, berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), BPS (2023) jumlah penduduk miskin di Jakarta Utara ada yang tertinggi di Jakarta, dengan persentase 6,78, atau jauh di atas rata-rata penduduk miskin Jakarta yang hanya 4,44%.
Jumlah kawasan kumuh di Jakarta Utara juga paling tinggi di Jakarta. Mengutip data dari Kementerian ATR/BPN, dari 267 kelurahan di Jakarta, 118 kelurahan tergolong kumuh, dari 39 persen di antaranya berada di Jakarta Utara.
Sementara itu, Jakarta Barat yang hanya 28%, Jakarta Selatan 19%, Jakarta Timur 12 persen, Jakarta Pusat 11 persen, dan Kepulauan Seribu yang hanya 1%. Sabri berharap pada Pram untuk menyelesaikan masalah-masalah itu.
“Itu sebabnya dari berpesan, mari kita bangun Jakarta ini dari Jakarta Utara. Pesan yang sama juga saya sampaikan kepada Bung Anies waktu dia mencalonkan diri jadi Gubernur Jakarta. Dulu saya titipkan masyarakat Jakarta Utara yang tertindas kepada Anies-Sandi, kini saya titipkan kepada Pramono-Rano,” tutur Sabri.
Sabri berpendapat, Jakarta Utara adalah miniatur Indonesia. Kata dia, beragam suku dan etnis dari seluruh Indonesia tinggal di Jakarta Utara. “Mereka harus merasa diberikan tempat hidup layaknya rumah. Itu sebabnya kami punya slogan Jakarta Utara Rumah Kita," imbuhnya.
Mantan anggota DPR periode 2004-2009 itu menjelaskan bahwa desakannya agar Pramono memperhatikan Jakarta Utara jika terpilih pada Pilkada 2024 bukan karena dirinya warga sana. “Tapi, ini soal strategi membangun kota,” ucapnya.
Lebih lanjut Sabri mengatakan, Jakarta masa depan menghadapi era baru dalam pembangunannya. Sebab, kata dia, jika pemindahan ibu kota ke IKN benar-benar diwujudkan di era Presiden Prabowo Subianto nanti, maka Jakarta harus dikelola dengan pendekatan baru, yakni Jakarta sebagai kota perdagangan.
Sabri berharap, agar pemimpin Jakarta nanti mampu memahami jati diri Jakarta. Dia melanjutkan, Jakarta tumbuh menjadi seperti sekarang, berawal dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang sudah berjaya sebagai titik penting perdagangan internasional sejak abad 5 masehi.
Sunda Kelapa sempat berganti nama menjadi Jayakarta, ketika Syarif Hidayatullah atau Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari sana, pada 22 Juni 1527. Kemudian Gubernur Jakarta Ali Sadikin mengembalikan nama pelabuhan itu menjadi Sunda Kelapa pada 6 Maret 1974. “Dari Sunda Kelapa itulah wilayah Jakarta berkembang ke arah selatan sehingga menjadi seperti sekarang,” kata Sabri.
Menurut Sabri, fakta historis itu harus dipahami oleh pemimpin Jakarta. Sabri mengatakan, selama ini pembangunan Jakarta dilakukan dengan orientasi land-based development. Kini harus dipadukan dengan orientasi ocean-based development. “Suka atau tidak, begitulah sejarah Jakarta. Kita harus menjadikan sejarah itu sebagai pelajaran untuk masa depan,” pungkasnya.
Adapun dukungan disampaikan saat dirinya menerima kunjungan Pramono di kediamannya, Jalak Swasembada Barat VIII, Kebon Bawang, Tanjung Priok beberapa hari lalu. Sabri melihat Pramono memenuhi kriteria sebagai pemimpin Jakarta yang punya integritas kapabilitas.
“Mas Pram ini orang yang jujur dan punya kemampuan,” kata Sabri dikutip Selasa (8/10/2024).
Dia pun mengapresiasi kesediaan Pramono yang menyatakan persetujuan terhadap permintaannya. “Saya minta Mas Pram untuk melanjutkan program-program yang dulu saya pernah sampaikan kepada Anies Baswedan ketika hendak maju menjadi Gubernur Jakarta tahun 2017,” kata Sabri.
Diketahui, Anies Baswedan ketika maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada 2017 menggelar deklarasi akbar di kediaman Sabri Saiman pada 3 Maret 2017. Deklarasi itu diikuti 150 ormas dan elemen masyarakat di Jakarta Utara yang beraliansi dalam Gerakan Masyarakat “Jakarta Utara Rumah Kita”.
“Kepada Mas Pram saya sampaikan, mohon dilanjutkan apa yang sudah berhasil dicapai oleh Bung Anies, dan silakan diperbaiki apa saja pencapaiannya yang kurang,” ungkap Sabri.
Sabri mengatakan, pembangunan Jakarta selama ini kurang memperhatikan Jakarta Utara. Sebagai contoh, berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), BPS (2023) jumlah penduduk miskin di Jakarta Utara ada yang tertinggi di Jakarta, dengan persentase 6,78, atau jauh di atas rata-rata penduduk miskin Jakarta yang hanya 4,44%.
Jumlah kawasan kumuh di Jakarta Utara juga paling tinggi di Jakarta. Mengutip data dari Kementerian ATR/BPN, dari 267 kelurahan di Jakarta, 118 kelurahan tergolong kumuh, dari 39 persen di antaranya berada di Jakarta Utara.
Sementara itu, Jakarta Barat yang hanya 28%, Jakarta Selatan 19%, Jakarta Timur 12 persen, Jakarta Pusat 11 persen, dan Kepulauan Seribu yang hanya 1%. Sabri berharap pada Pram untuk menyelesaikan masalah-masalah itu.
“Itu sebabnya dari berpesan, mari kita bangun Jakarta ini dari Jakarta Utara. Pesan yang sama juga saya sampaikan kepada Bung Anies waktu dia mencalonkan diri jadi Gubernur Jakarta. Dulu saya titipkan masyarakat Jakarta Utara yang tertindas kepada Anies-Sandi, kini saya titipkan kepada Pramono-Rano,” tutur Sabri.
Sabri berpendapat, Jakarta Utara adalah miniatur Indonesia. Kata dia, beragam suku dan etnis dari seluruh Indonesia tinggal di Jakarta Utara. “Mereka harus merasa diberikan tempat hidup layaknya rumah. Itu sebabnya kami punya slogan Jakarta Utara Rumah Kita," imbuhnya.
Mantan anggota DPR periode 2004-2009 itu menjelaskan bahwa desakannya agar Pramono memperhatikan Jakarta Utara jika terpilih pada Pilkada 2024 bukan karena dirinya warga sana. “Tapi, ini soal strategi membangun kota,” ucapnya.
Lebih lanjut Sabri mengatakan, Jakarta masa depan menghadapi era baru dalam pembangunannya. Sebab, kata dia, jika pemindahan ibu kota ke IKN benar-benar diwujudkan di era Presiden Prabowo Subianto nanti, maka Jakarta harus dikelola dengan pendekatan baru, yakni Jakarta sebagai kota perdagangan.
Sabri berharap, agar pemimpin Jakarta nanti mampu memahami jati diri Jakarta. Dia melanjutkan, Jakarta tumbuh menjadi seperti sekarang, berawal dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang sudah berjaya sebagai titik penting perdagangan internasional sejak abad 5 masehi.
Sunda Kelapa sempat berganti nama menjadi Jayakarta, ketika Syarif Hidayatullah atau Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari sana, pada 22 Juni 1527. Kemudian Gubernur Jakarta Ali Sadikin mengembalikan nama pelabuhan itu menjadi Sunda Kelapa pada 6 Maret 1974. “Dari Sunda Kelapa itulah wilayah Jakarta berkembang ke arah selatan sehingga menjadi seperti sekarang,” kata Sabri.
Menurut Sabri, fakta historis itu harus dipahami oleh pemimpin Jakarta. Sabri mengatakan, selama ini pembangunan Jakarta dilakukan dengan orientasi land-based development. Kini harus dipadukan dengan orientasi ocean-based development. “Suka atau tidak, begitulah sejarah Jakarta. Kita harus menjadikan sejarah itu sebagai pelajaran untuk masa depan,” pungkasnya.
(rca)