Kasus Bullying Meningkat, Sudin Jakbar Gelar Sosialisasi Pencegahan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Suku Dinas Pendidikan Jakarta Barat mengelar sosialisasi pencegahan pemahaman bullying atau perundungan di Kantor Wali Kota, Jakarta Barat. Hal itu dilakukan mengingat kasus bullying masih marak terjadi di lingkungan pendidikan.
Kegiatan itu diikuti 438 orang antara lain, kepala sekolah, guru, dan tata usaha baik negeri maupun swasta di wilayah Sudin Pendidikan 1 dan 2.
Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswanto mengapresiasi dan menyambut baik kegiatan sosialisasi tersebut. Kegiatan ini dapat memberikan pemahaman kepada para tenaga pendidik dalam rangka mencegah serta mengantisipasi tindak perundungan di sekolah.
“Bullying harus menjadi catatan dan perhatian bukan saja di sekolah namun pihak keluarga juga berperan aktif mencegah bullying,” kata Uus, Jumat (6/9/2024).
Uus mengharapkan adanya sosialisasi para peserta yang notabene sebagai tenaga pendidik dapat menyerap materi yang disampaikan dari para narasumber dan dapat diterapkan di sekolah dan lingkungan masing-masing untuk mencegah terjadinya kasus bullying. “Kita tidak pernah mengharapkan terjadi bullying di sekolah maupun di lingkungan masing-masing,” ujarnya.
Sementara, Kepala Sudin Pendidikan Wilayah I Jakarta Barat Diding Wahyudin menambahkan semua yang mengikuti berasal dari tingkat SD, SMP, SMA dan SMK se-Jakarta Barat.
“Sosialisasi bertujuan memberikan pemahaman terkait bullying khususnya kepada para tenaga pendidik demi mencegah terjadinya kasus Bullying,” tandasnya.
Di tempat yang sama, Anna Mariana menekankan pentingnya komunikasi orang tua dengan anak, komunikasi orang tua murid dengan guru. Anna pun memberikan solusi bagaimana menyelesaikan masalah bullying yang hingga kini masih marak terjadi di lingkungan sekolah. "Komunikasi dalam keluarga menjadi proses pendidikan bagi orang tua yang mentransfer pengetahuan, " ucapnya.
Karena itu, Anna berharap sekolah dapat mengantisipasi agar bully tak terjadi. Ia juga mengimbau agar sosialisasi bullying tidak keren terus diungkapkan kepada anak didik.
“Kebanyakan bully ini dilakukan tidak sendiri, tapi berkelompok, yang mungkin bully ini tidak mendapatkan pengertian tentang arti bully, bully itu apa, " tuturnya.
Tokoh Pemuda Jakarta Barat Umar Abdul Azis mengapresiasi langkah Sudin Pendidikan Jakarta Barat Wilayah I dan II, yang telah menggelar sosialisasi pemahaman Bullyng kepada para tenaga pendidik. “Adanya sosialisasi ini artinya Sudin Pendidikan serius ingin mengatasi dan mencegah terjadinya bullyng, " kata Umar.
Umar terjadinya bullying tergantung pada penanganan di sekolah. Apabila bullying di sekolah di situlah peran Kepala Sekolah dibutuhkan dalam mengambil kesimpulan dan keputusan. Tidak hanya itu, Umar juga menyoroti penempatan guru. Di mana, tidak sesuai dengan zonasi. Hal itu dinilai dapat memengaruhi psikologis guru tersebut.
“Kita ambil contoh, guru tersebut tinggal di wilayah Kembangan Jakarta Barat tapi mengajar di wilayah Jakarta Pusat. Menurut saya ini sudah memakan waktu lama bagi guru tersebut menuju sekolah, " ucapnya.
Terkait hal tersebut, Umar mengaku sudah meminta kepada Kadis Pendidikan DKI Jakarta untuk diperhatikan. Tidak hanya kasus bully, Umar juga menyoroti kasus tawuran yang masih terjadi di kalangan pelajar. Ia meminta agar para pendidik tidak takut terutama kepada awak media.
"Saya juga menyarankan agar persoalan bully tidak langsung ke ranah hukum. Untuk itu sekolah perlu membuat kebijakan dengan orang tua murid, apabila terjadi kesalahpahaman atau kejadian kekerasan diselesaikan secara kekeluargaan, " tutupnya.
Lihat Juga: Kesaksian Korban Bullying di SMA Binus Simprug: Tiap Hari Diancam Ketua dan Anggota Geng
Kegiatan itu diikuti 438 orang antara lain, kepala sekolah, guru, dan tata usaha baik negeri maupun swasta di wilayah Sudin Pendidikan 1 dan 2.
Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswanto mengapresiasi dan menyambut baik kegiatan sosialisasi tersebut. Kegiatan ini dapat memberikan pemahaman kepada para tenaga pendidik dalam rangka mencegah serta mengantisipasi tindak perundungan di sekolah.
“Bullying harus menjadi catatan dan perhatian bukan saja di sekolah namun pihak keluarga juga berperan aktif mencegah bullying,” kata Uus, Jumat (6/9/2024).
Uus mengharapkan adanya sosialisasi para peserta yang notabene sebagai tenaga pendidik dapat menyerap materi yang disampaikan dari para narasumber dan dapat diterapkan di sekolah dan lingkungan masing-masing untuk mencegah terjadinya kasus bullying. “Kita tidak pernah mengharapkan terjadi bullying di sekolah maupun di lingkungan masing-masing,” ujarnya.
Sementara, Kepala Sudin Pendidikan Wilayah I Jakarta Barat Diding Wahyudin menambahkan semua yang mengikuti berasal dari tingkat SD, SMP, SMA dan SMK se-Jakarta Barat.
“Sosialisasi bertujuan memberikan pemahaman terkait bullying khususnya kepada para tenaga pendidik demi mencegah terjadinya kasus Bullying,” tandasnya.
Di tempat yang sama, Anna Mariana menekankan pentingnya komunikasi orang tua dengan anak, komunikasi orang tua murid dengan guru. Anna pun memberikan solusi bagaimana menyelesaikan masalah bullying yang hingga kini masih marak terjadi di lingkungan sekolah. "Komunikasi dalam keluarga menjadi proses pendidikan bagi orang tua yang mentransfer pengetahuan, " ucapnya.
Karena itu, Anna berharap sekolah dapat mengantisipasi agar bully tak terjadi. Ia juga mengimbau agar sosialisasi bullying tidak keren terus diungkapkan kepada anak didik.
“Kebanyakan bully ini dilakukan tidak sendiri, tapi berkelompok, yang mungkin bully ini tidak mendapatkan pengertian tentang arti bully, bully itu apa, " tuturnya.
Tokoh Pemuda Jakarta Barat Umar Abdul Azis mengapresiasi langkah Sudin Pendidikan Jakarta Barat Wilayah I dan II, yang telah menggelar sosialisasi pemahaman Bullyng kepada para tenaga pendidik. “Adanya sosialisasi ini artinya Sudin Pendidikan serius ingin mengatasi dan mencegah terjadinya bullyng, " kata Umar.
Umar terjadinya bullying tergantung pada penanganan di sekolah. Apabila bullying di sekolah di situlah peran Kepala Sekolah dibutuhkan dalam mengambil kesimpulan dan keputusan. Tidak hanya itu, Umar juga menyoroti penempatan guru. Di mana, tidak sesuai dengan zonasi. Hal itu dinilai dapat memengaruhi psikologis guru tersebut.
“Kita ambil contoh, guru tersebut tinggal di wilayah Kembangan Jakarta Barat tapi mengajar di wilayah Jakarta Pusat. Menurut saya ini sudah memakan waktu lama bagi guru tersebut menuju sekolah, " ucapnya.
Terkait hal tersebut, Umar mengaku sudah meminta kepada Kadis Pendidikan DKI Jakarta untuk diperhatikan. Tidak hanya kasus bully, Umar juga menyoroti kasus tawuran yang masih terjadi di kalangan pelajar. Ia meminta agar para pendidik tidak takut terutama kepada awak media.
"Saya juga menyarankan agar persoalan bully tidak langsung ke ranah hukum. Untuk itu sekolah perlu membuat kebijakan dengan orang tua murid, apabila terjadi kesalahpahaman atau kejadian kekerasan diselesaikan secara kekeluargaan, " tutupnya.
Lihat Juga: Kesaksian Korban Bullying di SMA Binus Simprug: Tiap Hari Diancam Ketua dan Anggota Geng
(cip)