DKI Bangun 200 Taman Kota sebagai Ruang Ketiga Publik

Jum'at, 18 Oktober 2019 - 09:33 WIB
DKI Bangun 200 Taman Kota sebagai Ruang Ketiga Publik
DKI Bangun 200 Taman Kota sebagai Ruang Ketiga Publik
A A A
JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus menghadirkan beragam Taman Kota di wilayah Ibu Kota. Pembangunan insfrastruktur publik yang massif dilakukan dalam kurun waktu dua tahun terakhir membuktikan komitmen Pemprov DKI untuk menghadirkan ruang ketiga publik yang nyaman bagi warganya untuk beraktivitas maupun berinteraksi.

Penataan kota pun melibatkan seluruh komponen masyarakat, sehingga sesuai dengan konsep City 4.0 (Pemerintah sebagai kolaborator). Kepala Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, Suzi Marsitawati, menjelaskan, capaian pembangunan atau revitalisasi beragam Taman Kota di wilayah Jakarta.

Pembangunan Taman Kota pada tahun 2018 telah terlaksana di tujuh lokasi Taman Maju Bersama (TMB). Sedangkan, pada tahun 2019 ini, direncanakan dapat terealisasi pembangunan 51 TMB pada Desember 2019.

“Di 24 lokasi sudah selesai 100 persen dan 27 sedang on progress. Kemudian rencana pembangunan taman di tahun 2020 adalah sebanyak 51 lokasi yang saat ini sudah dimulai dengan proses FGD dan pembuatan rencana DED. Sehingga, pada tahun 2022, target pembangunan 200 taman di Jakarta dapat terealisasi,” ujar Suzi di Jakarta, Jumat (18/10/2019).

Pembangunan TMB memiliki paradigma yang berbeda dalam pembangunan taman-taman sebelumnya, yaitu Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Meskipun keduanya sama-sama tergolong Ruang Terbuka Hijau (RTH), TMB lebih variatif, tematik, disesuaikan dengan karakteristik dan luas lahannya, serta dibangun secara kolaboratif bersama masyarakat.

“Kenapa disebut Taman Maju Bersama? Karena kita bersama-sama warga/masyarakat membangunnya. Artinya, kita dari awal perencanaan sampai dengan pembangunan maupun hasilnya, melibatkan masyarakat atau warga setempat. Jadi, sebelum kita melakukan perencanaan, terlebih dahulu kita melakukan FGD. FGD itu kita lakukan sebanyak tiga tahap,” terang Suzi.

Tahap pertama adalah dengan pemetaan sosial dan lingkungan, sehingga dapat dihasilkan pemetaan kawasan secara utuh. Lalu, dilanjutkan dengan FGD tahap kedua yang sudah mulai dengan menawarkan konsep desain kepada masyarakat hasil dari pemetaan kawasan diawal, masukan dan dengar pendapat terkait konsep desain menjadi hasil tahap kedua.

Tahap akhir, saat final desain merupakan hasil pembahasan dan memberitahukan kepada masayarakat akan seperti apa nanti taman tersebut bila sudah terbangun.

Dengan ikut sertanya masyarakat dalam perencanaan diharapkan kebutuhan akan ruang interaksi terbuka di tengah masyarakat dapat terpenuhi, serta dapat turut serta mendampingi saat pelaksanaan pembangunan. Setelah taman selesai, maka akan dilanjutkan juga dengan aktivasi kegiatan di taman tersebut yang akan bekerja sama dengan komunitas di sekitar taman.

Di samping itu, ada juga pembangunan atau revitalisasi jenis Taman Grande di tahun ini yang sedang dalam proses pembangunan untuk 2 (dua) lokasi, yaitu Taman Puring dan Taman Mataram. Sedangkan, untuk 4 (empat) lokasi lainnya telah selesai proses desainnya, yaitu Taman Tugu Tani, Taman Tebet, Taman Langsat, dan Taman Cempaka.

Suzi pun menegaskan, pembangunan dan penataan Taman Kota saat ini dilakukan dengan memperhatikan jejaring hijau dan biru sebagai penghubung dan penguat poros ekologis. Pengembangan Taman Kota juga dengan pendekatan kebencanaan dalam konteks isu bencana prioritas banjir dan kebakaran serta isu lainnyam, seperti gempa, penurunan muka air tanah, dan polusi udara.

"Hal ini sesuai dengan Fungsi Taman sebagai Ruang Terbuka Hijau, yaitu untuk menjaga keberlanjutan ekosistem, meningkatkan daya dukung tanah, menciptakan kenyamanan thermal, area konservasi air, ruang mitigasi bencana, meningkatkan kualitas kesehatan kota, menambah estetika kota serta dapat meningkatkan nilai ekonomi,” ungkap Suzi.

Jenis Taman Grande ini lebih menekankan untuk revitalisasi taman-taman yang berskala besar dengan tetap menjadi lahan untuk retensi air. Konsepnya adalah Fun Transit Park, yaitu sebagai tempat transit yang nyaman para pedestrian karena terintegrasi dengan transportasi publik; dan juga mendukung untuk ekologis (Ruang Terbuka Hijau), adanya sarana bermain (playful), serta dapat diakses siapa pun termasuk berpenyandang disabilitas (inclusive).

Taman Grande ini berbeda dengan Taman Maju Bersama yang benar-benar baru dibangun. “Kalau Taman Maju Bersama, kita bangun dari pengadaan tanah. Tetapi, kalau Taman Grande itu kita bangun dari taman yang sudah ada. Jadi, kita tingkatkan kualitasnya 4 taman tadi akan kita lanjutkan di tahun 2020 dan akan kita lakukan lelang cepat di bulan Desember 2019,” tutur Suzi.

Suzi juga mengungkapkan, Pemprov DKI Jakarta akan melakukan penataan beragam jenis taman atau RTH lainnya untuk menghadirkan Ruang Ketiga Publik di Jakarta. Penataan trotoar sepanjang Jalan Jenderal Sudirman–MH Thamrin pun dilakukan dengan perencanaan bersama antara Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta dan Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta.

Pohon yang menghalangi fungsi utama trotoar bagi pejalan kaki dapat dipindahkan ke lokasi RTH lain, sehingga lokasi bekas tempat pohon tersebut dapat ditanam ulang dengan jenis pohon yang sesuai. Fungsi jalur hijau di pedestrian lainnya selain sebagai estetika dan ekologis, juga sebagai jalur migrasi burung. Sehingga, diharapkan juga sebagai sebagai penyeimbang ekosistem.

Dalam kesempatan yang sama di kegiatan media update, Kepala Dinas DPPAPP Provinsi DKI Jakarta, Tuty Kusumawati, menuturkan, Taman Kota juga merupakan ruang bermain dan belajar untuk anak. Bahkan sejumlah RPTRA yang ada saat ini juga dijadikan sebagai Pos Pengaduan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.

Untuk itu, Pemprov DKI Jakarta perlu terus melakukan pembenahan dan penataan Taman Kota, seperti RPTRA, agar menjadi lebih humanis dan terawat dengan baik, bermanfaat bagi aktivitas warga, serta mendukung terwujudnya kota layak dan ramah anak.

Sementara itu, praktisi/arsitek pertamanan, Farrizky Putra, mengatakan, dari kaca mata urban design, ruang ketiga publik adalah terasnya kota. Dimana di dalamnya terdapat taman kota yang konteksnya lebih banyak penghijauan dengan minim bangunan.

"Ruang ketiga publik ini sangat baik dan dapat terus ditingkatkan oleh Pemprov DKI Jakarta ke depannya," kata Farrizky Putra.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4446 seconds (0.1#10.140)