Wali Kota Tangsel Imbau Masyarakat Tak Beri Susu Kental Manis untuk Anak
loading...
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie mengimbau masyarakat tak memberikan kental manis sebagai minuman susu untuk anak. Hal itu disampaikan Benyamin pada peringatan HUT ke-73 Ikatan Bidan Indonesia (IBI) di Kecamatan Serpong Utara, Tangsel, belum lama ini.
Pernyataan Benyamin bukan tanpa alasan. Dia melihat masyarakat terutama keluarga muda kerap mengesampingkan kebutuhan gizi anak. Yang dikhawatirkan adalah ibu membiarkan anak hanya makan yang disukai saja, makanan yang bercita rasa gurih, tinggi kandungan gula, padahal belum tentu ada gizinya.
“Saya khawatir tanpa edukasi yang memadai, kemudian persoalan gizi ini diabaikan masyarakat terutama para keluarga muda,” ujarnya.
Kandungan gula di dalam kental manis menjadikannya tidak tepat diberikan kepada anak, terlebih ditujukan sebagai susu untuk pemenuhan gizi. Kesalahan konsumsi ini dapat membuat anak mengalami berbagai masalah tumbuh kembang bahkan memunculkan penyakit seperti diabetes.
“Kental manis bukan susu untuk anak, gulanya sangat tinggi bisa mencapai 50%. Karena itu, tidak baik untuk kesehatan anak,” kata Benyamin.
Hal senada juga disampaikan Anggota DPRD Tangsel Putri Ayu Anisya. Dia mengatakan, edukasi salah konsumsi kental manis perlu semakin digencarkan. Pasalnya, hingga kini banyak orang tua memberikan kental manis yang dianggap sebagai susu kepada anaknya.
"Jika ibu tidak dibekali pengetahuan gizi, maka kita tidak akan bisa menyelesaikan kesalahan konsumsi kental manis ini,” ungkap Ayu.
Warga Kampung Baru, Serpong Utara bernama Lisnah kerap mengonsumsi kental manis sebagai susu. Dia sudah memberikan kental manis sebagai susu selama dua tahun terakhir.
Pemberian kental manis mulanya bertujuan agar anaknya bisa lebih berisi. Namun, setelah sosialisasi, dia mendapat pemahaman komprehensif bahwa tindakannya tidak tepat karena berat badannya naik signifikan akibat pengaruh glukosa dalam kental manis.
“Setelah dikasih susu kental manis, anaknya berat badannya berisi terus, naik terus,” kata Lisnah.
Pernyataan Benyamin bukan tanpa alasan. Dia melihat masyarakat terutama keluarga muda kerap mengesampingkan kebutuhan gizi anak. Yang dikhawatirkan adalah ibu membiarkan anak hanya makan yang disukai saja, makanan yang bercita rasa gurih, tinggi kandungan gula, padahal belum tentu ada gizinya.
“Saya khawatir tanpa edukasi yang memadai, kemudian persoalan gizi ini diabaikan masyarakat terutama para keluarga muda,” ujarnya.
Kandungan gula di dalam kental manis menjadikannya tidak tepat diberikan kepada anak, terlebih ditujukan sebagai susu untuk pemenuhan gizi. Kesalahan konsumsi ini dapat membuat anak mengalami berbagai masalah tumbuh kembang bahkan memunculkan penyakit seperti diabetes.
“Kental manis bukan susu untuk anak, gulanya sangat tinggi bisa mencapai 50%. Karena itu, tidak baik untuk kesehatan anak,” kata Benyamin.
Hal senada juga disampaikan Anggota DPRD Tangsel Putri Ayu Anisya. Dia mengatakan, edukasi salah konsumsi kental manis perlu semakin digencarkan. Pasalnya, hingga kini banyak orang tua memberikan kental manis yang dianggap sebagai susu kepada anaknya.
"Jika ibu tidak dibekali pengetahuan gizi, maka kita tidak akan bisa menyelesaikan kesalahan konsumsi kental manis ini,” ungkap Ayu.
Warga Kampung Baru, Serpong Utara bernama Lisnah kerap mengonsumsi kental manis sebagai susu. Dia sudah memberikan kental manis sebagai susu selama dua tahun terakhir.
Pemberian kental manis mulanya bertujuan agar anaknya bisa lebih berisi. Namun, setelah sosialisasi, dia mendapat pemahaman komprehensif bahwa tindakannya tidak tepat karena berat badannya naik signifikan akibat pengaruh glukosa dalam kental manis.
“Setelah dikasih susu kental manis, anaknya berat badannya berisi terus, naik terus,” kata Lisnah.
(jon)