Ragam Respons Kenaikan Tarif LRT Jabodebek: Berat sih Kalau Naik 100%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tarif kereta LRT Jabodebek naik sejak 1 Juni 2024, dari mulai kilometer pertama sebesar Rp5.000 hingga maksimal sebesar Rp20.000. Tarif ini berlaku pada hari kerja (Senin-Jumat) di jam sibuk.
Kenaikan tarif LRT Jabodebek ini dinilai memberatkan masyarakat. Seperti disampaikan Febri dan Ita, warga Jonggol, Bogor yang sedang menghabiskan libur dengan mencoba LRT Jabodebek. Keduanya naik kereta LRT Jabodebek dari Stasiun Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
"Kita menggunakan LRT sebagai rangkaian wisata keluarga saja, tetapi jika kenaikan tiket itu lebih dari 100% di atas harga normal, itu terlalu berat," ungkap Febri di Stasiun TMII, Sabtu (1/6/2024).
Namun diakui Febri dan istrinya bahwa fasilitas LRT melebihi ekspektasinya. Seperti fasilitas isi ulang air minum yang disediakan gratis.
"Fasilitasnya bagus juga, di dalam LRT itu disediakan air minum isi ulang jadi kita tinggal bawa botol tumbler saja," ujarnya.
Senada dengan Febri, Hafidz dan keluarganya juga sering menggunakan LRT Jabodebek di akhir pekan. Hafidz tengah mengajak keluarganya menaiki LRT untuk bertamasya ke TMII.
"Keretanya bagus, fasilitasnya nyaman. Tapi mungkin karena faktor cuaca, suasana stasiun tertutup sedikit terasa panas. Cuman tidak ada kendala berarti sih," terang Hafidz.
Hafidz mengatakan tarif tiket LRT terlalu mahal. Kesehariannya bekerja di kawasan perkantoran Kuningan, Jakarta Selatan, sehingga tidak sering menggunakan LRT Jabodebek.
"Menurut saya untuk kenaikan tarif LRT di hari kerja pada jam sibuk, itu termasuk mahal. Makanya saya lebih memilih naik sepeda motor dari kediaman saya di Pondok Kopi ke kantor," tutur Hafidz.
Sementara itu, salah satu karyawan swasta asal Cibubur, Nuraeni (34) mengungkapkan dirinya tidak keberatan dengan kenaikan tarif LRT Jabodebek. Dia mengatakan kenaikan tarif tersebut tidak akan terbebani selama fasilitas ketepatan waktu setiap perjalanan tetap konsisten.
"Saya sih nyaman ya dengan LRT ya, selama tidak ada delay dengan pelayanannya, saya tidak masalah kalau tarifnya naik. Soalnya LRT itu lebih baik dibandingkan KRL kalau untuk bekerja," terang Nuraeni.
Sebelumnya, Manager Public Relations LRT Jabodebek, Mahendro Trang Bawono menjelaskan kenaikan tarif LRT tersebut berdasarkan keputusan Kementerian Perhubungan yang diterapkan sedari 1 Juni 2024 ini. Tarif tersebut disesuaikan dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 67 Tahun 2023.
"Tarif yang berlaku mulai 1 Juni adalah Rp5.000 untuk satu kilometer pertama, dengan tambahan Rp700 untuk setiap kilometer berikutnya," ujar Mahendro dikutip dari keterangannya, Sabtu (1/6/2024).
Meski terus bertambah Rp700 di setiap kilometernya, Mahendro melanjutkan, total tarif maksimal mencapai Rp20.000. Namun demikian penerapan kenaikan tarif LRT tersebut, ujar Mahendro, hanya terjadi saat jam-jam sibuk pada hari kerja.
"Sementara itu, tarif sebesar Rp5.000 untuk 1 km pertama dan maksimal sebesar Rp10.000 berlaku pada hari kerja di luar jam sibuk, serta sepanjang jam operasional pada akhir pekan dan hari libur nasional," kata Mahendro.
Ia menjelaskan, jam sibuk pada hari kerja yang dimaksud yakni antara mulai pukul 06.00 sampai 08.59 WIB, dan pada jam pulang kantor yakni pukul 16.00-19.59 WIB.
"Waktu jam non sibuk (off peak hour) pada hari kerja ditetapkan pada awal jam operasi hingga pukul 05.59 WIB, kemudian pukul 09.00-15.59 WIB, serta pukul 20.00 WIB hingga akhir layanan operasi LRT Jabodebek," katanya.
Kenaikan tarif LRT Jabodebek ini dinilai memberatkan masyarakat. Seperti disampaikan Febri dan Ita, warga Jonggol, Bogor yang sedang menghabiskan libur dengan mencoba LRT Jabodebek. Keduanya naik kereta LRT Jabodebek dari Stasiun Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
"Kita menggunakan LRT sebagai rangkaian wisata keluarga saja, tetapi jika kenaikan tiket itu lebih dari 100% di atas harga normal, itu terlalu berat," ungkap Febri di Stasiun TMII, Sabtu (1/6/2024).
Namun diakui Febri dan istrinya bahwa fasilitas LRT melebihi ekspektasinya. Seperti fasilitas isi ulang air minum yang disediakan gratis.
"Fasilitasnya bagus juga, di dalam LRT itu disediakan air minum isi ulang jadi kita tinggal bawa botol tumbler saja," ujarnya.
Senada dengan Febri, Hafidz dan keluarganya juga sering menggunakan LRT Jabodebek di akhir pekan. Hafidz tengah mengajak keluarganya menaiki LRT untuk bertamasya ke TMII.
"Keretanya bagus, fasilitasnya nyaman. Tapi mungkin karena faktor cuaca, suasana stasiun tertutup sedikit terasa panas. Cuman tidak ada kendala berarti sih," terang Hafidz.
Hafidz mengatakan tarif tiket LRT terlalu mahal. Kesehariannya bekerja di kawasan perkantoran Kuningan, Jakarta Selatan, sehingga tidak sering menggunakan LRT Jabodebek.
"Menurut saya untuk kenaikan tarif LRT di hari kerja pada jam sibuk, itu termasuk mahal. Makanya saya lebih memilih naik sepeda motor dari kediaman saya di Pondok Kopi ke kantor," tutur Hafidz.
Sementara itu, salah satu karyawan swasta asal Cibubur, Nuraeni (34) mengungkapkan dirinya tidak keberatan dengan kenaikan tarif LRT Jabodebek. Dia mengatakan kenaikan tarif tersebut tidak akan terbebani selama fasilitas ketepatan waktu setiap perjalanan tetap konsisten.
"Saya sih nyaman ya dengan LRT ya, selama tidak ada delay dengan pelayanannya, saya tidak masalah kalau tarifnya naik. Soalnya LRT itu lebih baik dibandingkan KRL kalau untuk bekerja," terang Nuraeni.
Sebelumnya, Manager Public Relations LRT Jabodebek, Mahendro Trang Bawono menjelaskan kenaikan tarif LRT tersebut berdasarkan keputusan Kementerian Perhubungan yang diterapkan sedari 1 Juni 2024 ini. Tarif tersebut disesuaikan dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 67 Tahun 2023.
"Tarif yang berlaku mulai 1 Juni adalah Rp5.000 untuk satu kilometer pertama, dengan tambahan Rp700 untuk setiap kilometer berikutnya," ujar Mahendro dikutip dari keterangannya, Sabtu (1/6/2024).
Meski terus bertambah Rp700 di setiap kilometernya, Mahendro melanjutkan, total tarif maksimal mencapai Rp20.000. Namun demikian penerapan kenaikan tarif LRT tersebut, ujar Mahendro, hanya terjadi saat jam-jam sibuk pada hari kerja.
"Sementara itu, tarif sebesar Rp5.000 untuk 1 km pertama dan maksimal sebesar Rp10.000 berlaku pada hari kerja di luar jam sibuk, serta sepanjang jam operasional pada akhir pekan dan hari libur nasional," kata Mahendro.
Ia menjelaskan, jam sibuk pada hari kerja yang dimaksud yakni antara mulai pukul 06.00 sampai 08.59 WIB, dan pada jam pulang kantor yakni pukul 16.00-19.59 WIB.
"Waktu jam non sibuk (off peak hour) pada hari kerja ditetapkan pada awal jam operasi hingga pukul 05.59 WIB, kemudian pukul 09.00-15.59 WIB, serta pukul 20.00 WIB hingga akhir layanan operasi LRT Jabodebek," katanya.
(abd)