Wujudkan Indonesia Emas 2045, Generasi Muda Diminta Berpikir Kritis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Peserta pesantren kilat yang umumnya diikuti anak muda diminta untuk berpikir kritis. Hal ini diperlukan guna mencetak pemimpin menuju Indonesia Emas 2045.
"Apa yang kita perlukan? Kritis, jangan telan mentah-mentah apa yang kalian konsumsi terutama di dunia Maya. Kalian harus bisa membedakan mana yang fakta dan dusta,"kata tokoh wanita Indonesia sekaligus jurnalis senior Najwa Shihab saat memberikan materi dalam kegiatan pesantren kilat Ramadan 1445 H bertajuk "Ekspedisi Ramadhan Penuh Inspirasi (Ekspresi)" di Dermaga Kolinlamil, Jakarta, Jumat, 29 Maret 2024.
Dia menjelaskan, setidaknya ada beberapa ciri-ciri orang kritis. Salah satunya berani mengubah pendirian jika menemukan fakta yang ada. "Justru orang kritis punya kerendahan hati mengakui kalau dia salah dan keliru. Sebab untuk kritis butuh usaha dan upaya karena otak kita mudah menerima apa saja,"ucapnya.
Berpikir kritis diperlukan generasi muda agar dapat memiliki pemikiran yang luas untuk mengolah informasi, dan mengartikulasikannya secara dengan rasional. "Jadi bagaimana sikap anak muda, dengan mencari tahu informasi terlebih dahulu. Pastikan mengemukakan tidak dengan emosi dan fanatisme buta,"ucapnya.
Dia juga meminta agar para anak-anak muda juga tidak abai terhadap politik. Sebab politik, bukan hanya soal capres-cawapres, hak angket semata, melainkan bentuk kebijakan pemerintah yang dapat memengaruhi kehidupan masyarakat setiap harinya.
"Kalian harus paham politik, bukan soal capres-cawapres, gemoy, slepet, hak angket, dinasti politik dan sebagainya. Misalnya berapa harga beras, telur dan seluruh kehidupan kita diatur oleh kebijakan politik jadi anak muda harus mau terlibat dalam kebijakan-kebijakan publik yang mengatur kita sebagai warga negara,"ucapnya.
Dengan demikian, generasi yang kritis terhadap kebijakan politik menjadi jauh lebih berdaya. Karena dapat ikut membangun Indonesia ke arah yang lebih baik.
"Anak muda kritis yang mau paham tentang kebijakan publik jauh lebih berdaya. Jadi harus kritis, mau tau politik, mau terlibat dalam kebijakan publik dengan melibatkan diri dalam rapat-rapat desa, RT, volunteer atau ikut jadi relawan," tuturnya.
Sebagai informasi, pesantren kilat Ramadan 1445 H Ekspresi ini digelar Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) bersama Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), dan TNI AL.
Kegiatan Ekspresi 2024 berlangsung mulai 28-30 Maret 2024, diikuti 500 peserta yang merupakan siswa-siswi SMA/sederajat yang terdiri dari 310 peserta laki-laki dan 190 peserta perempuan. Selain melaksanakan berbagai kegiatan keagamaan, mereka juga dikenalkan dengan kehidupan di atas kapal perang.
"Apa yang kita perlukan? Kritis, jangan telan mentah-mentah apa yang kalian konsumsi terutama di dunia Maya. Kalian harus bisa membedakan mana yang fakta dan dusta,"kata tokoh wanita Indonesia sekaligus jurnalis senior Najwa Shihab saat memberikan materi dalam kegiatan pesantren kilat Ramadan 1445 H bertajuk "Ekspedisi Ramadhan Penuh Inspirasi (Ekspresi)" di Dermaga Kolinlamil, Jakarta, Jumat, 29 Maret 2024.
Dia menjelaskan, setidaknya ada beberapa ciri-ciri orang kritis. Salah satunya berani mengubah pendirian jika menemukan fakta yang ada. "Justru orang kritis punya kerendahan hati mengakui kalau dia salah dan keliru. Sebab untuk kritis butuh usaha dan upaya karena otak kita mudah menerima apa saja,"ucapnya.
Berpikir kritis diperlukan generasi muda agar dapat memiliki pemikiran yang luas untuk mengolah informasi, dan mengartikulasikannya secara dengan rasional. "Jadi bagaimana sikap anak muda, dengan mencari tahu informasi terlebih dahulu. Pastikan mengemukakan tidak dengan emosi dan fanatisme buta,"ucapnya.
Dia juga meminta agar para anak-anak muda juga tidak abai terhadap politik. Sebab politik, bukan hanya soal capres-cawapres, hak angket semata, melainkan bentuk kebijakan pemerintah yang dapat memengaruhi kehidupan masyarakat setiap harinya.
"Kalian harus paham politik, bukan soal capres-cawapres, gemoy, slepet, hak angket, dinasti politik dan sebagainya. Misalnya berapa harga beras, telur dan seluruh kehidupan kita diatur oleh kebijakan politik jadi anak muda harus mau terlibat dalam kebijakan-kebijakan publik yang mengatur kita sebagai warga negara,"ucapnya.
Dengan demikian, generasi yang kritis terhadap kebijakan politik menjadi jauh lebih berdaya. Karena dapat ikut membangun Indonesia ke arah yang lebih baik.
"Anak muda kritis yang mau paham tentang kebijakan publik jauh lebih berdaya. Jadi harus kritis, mau tau politik, mau terlibat dalam kebijakan publik dengan melibatkan diri dalam rapat-rapat desa, RT, volunteer atau ikut jadi relawan," tuturnya.
Sebagai informasi, pesantren kilat Ramadan 1445 H Ekspresi ini digelar Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) bersama Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), dan TNI AL.
Kegiatan Ekspresi 2024 berlangsung mulai 28-30 Maret 2024, diikuti 500 peserta yang merupakan siswa-siswi SMA/sederajat yang terdiri dari 310 peserta laki-laki dan 190 peserta perempuan. Selain melaksanakan berbagai kegiatan keagamaan, mereka juga dikenalkan dengan kehidupan di atas kapal perang.
(cip)