Ikut Aksi Rawamangun Bergerak, Ubaedillah Badrun: Jokowi Mundur atau Dimakzulkan

Rabu, 28 Februari 2024 - 21:03 WIB
loading...
Ikut Aksi Rawamangun Bergerak, Ubaedillah Badrun: Jokowi Mundur atau Dimakzulkan
Dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ),Ubaedillah Badrun ikut turun meramaikan aksi yang menuntut pemakzulan Jokowi di tengah tingginya harga barang pokok. Foto/MPI
A A A
JAKARTA - Aksi Rawamangun bergerak yang dilaksanakan dengan long march di sekitaran Kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) kini telah rampung dilaksanakan. Aksi yang dimulai pada Rabu siang (28/2/2024) itu pun ditutup dengan damai dan tertib.

Di antara ratusan mahasiswa yang hadir, tampak salah satu dosen UNJ ikut turun meramaikan aksi yang menuntut pemakzulan Jokowi di tengah tingginya harga barang pokok. Dia adalah Pengamat Politik asal UNJ, Ubaedillah Badrun yang lantang bersuara dan ikut berorasi.



"Ini bukan sekadar aksi akademisi UNJ tapi mahasiswa, dosen, guru besar, banyak juga yang hadir. Kemudian juga mahasiswa se-Jabodetabek ini pasti berdatangan. Dan rakyat yang peduli dan merasa gelisah dengan keadaan. Apa yang membuat mereka gelisah?," ujar Ubaed saat ditemui di lokasi.

Ubaed yang mengenakan pakaian serba hitam dan ikat kepala berwarna senada itu mengungkapkan tuntutan kegelisahan rakyat yang dinilainya sudah keterlaluan. Salah satunya adalah kenaikan harga beras hingga 10%.

"Kita menangkap bahwa masyarakat menginginkan harga beras itu turun karena itu membuat masyarakat menderita. Banyak peristiwa yang berdatangan cukup luas dengan naiknya harga beras dalam dua bulan naik sampai 10 persen. Ini kan serius," tutur Ubaed.

Dosen Ilmu Sosiologi UNJ itu menjelaskan selain tingginya harga barang pokok, tuntutan rakyat di tengah gelombang PHK dan tingginya biaya pendidikan, semakin menunjukkan masalah di republik ini. Ia memandang muara dari permasalahan tersebut justru datang dari pembuat kebijakan tertinggi, yakni Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Di saat yang sama korupsi merajalela, pelanggaran HAM, kebebasan sipil terus dicekam. Lalu pemilu mengabaikan etika dan moralitas. Merusak demokrasi dan common enemy-nya Presiden Joko Widodo," jelas Ubaed.

Oleh sebab itu, Ubaed mengatakan tuntutan utama aksi Rawamangun bergerak tersebut adalah pemakzulan Jokowi. "Ya saya kira kan kuncinya ada dua, pertama meminta Joko Widodo mundur. Kalau tidak mau mundur, ya dimakzulkan. Itu mekanisme konstitusi kan," tegas Ubaed.

Baginya, jika seorang Jokowi masih memiliki etika dan nilai moral yang tinggi maka dirinya akan dengan sukarela untuk mundur dari jabatannya. Menurut Ubaed, Presiden Jokowi akan diuji nilai kebangsaan dan kepeduliannya terhadap rakyat, apabila mau mempertimbangkan untuk mundur dari jabatannya.

"Kalau punya etik dan moral dia katakan saya mundur, bertanggung jawab untuk kekacauan di negeri ini," terang Ubaed.

Di sisi lain, Komandan Green Force UNJ Bidang Sosial Politik, Muhammad Kholid Hidayatulloh menyampaikan kondisi pemerintahan saat ini terkesan abai dan acuh tak acuh dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kholid melanjutkan situasi tersebut dapat dilihat dari banyaknya pembagian kekuasaan sehingga dinilai tidak etis di saat harga kebutuhan pokok sedang melonjak naik.

"Kemudian sekarang juga pemerintah lagi bagi-bagi kekuasaan yang menunjukkan bahwa pemerintahan tidak etis. Seharusnya mereka melihat rakyat kecil yang semakin tercekik bahan pokok yang semakin tinggi," tutur Kholid.

Kholid menjelaskan aksinya ini tidak hanya dihadiri oleh massa mahasiswa dari UNJ. Ia mengatakan massa merupakan gabungan dari aliansi kampus-kampus yang ada di Jabodetabek.

"Teman mahasiswa yang tergabung dari wilayah seperti Tangerang, Karawang, Jaksel, Jakpus, dan Jaktim di sini kita bekerja sama untuk melaksanakan aksi simbolis, yaitu Seruan Rawamangun yang bertujuan untuk memastikan sebuah pergerakan di beberapa daerah lainnya," tegas Kholid.

Kholid menuturkan aksi dari total 450 orang gabungan mahasiswa tersebut juga didukung dan dihadiri sivitas akademika dan dosen-dosen UNJ.

Sekadar informasi, aksi tersebut diawali dengan berkumpul di depan gedung parkir Kampus A UNJ Rawamangun mulai sekira pukul 14.28 WIB. Ratusan mahasiswa yang didominasi mengenakan almamater hijau tersebut pun berjalan bersama, tetapi ditemani oleh sejumlah dosen dan sivitas akademika UNJ di tengah jalan.

Mereka berjalan sembari membentangkan spanduk-spanduk bertuliskan pesan dan kritik atas keresahan kondisi negara saat ini.

"Pemerintah kamu jahat," tulis salah satu spanduk yang dicoret menggunakan cat semprot.

"Bangkit melawan atau tunduk tertindas," tulis spanduk lainnya yang dibentangkan mahasiswa.

Namun dari sekian banyak spanduk yang dibentangkan, para mahasiswa tersebut menampilkan spanduk di barisan paling depan dengan kalimat yang lebih panjang. Mereka mengaku turun ke jalan sebagai upaya menuju kekuasaan rakyat.

"Kami ditempa bukan untuk merebut kuasa, tetapi bersama menuju rakyat kuasa," tulis spanduk tersebut.



Selain mengenakan almamater, massa pun juga memakai semacam bandana berwarna hitam di setiap kepala-kepala setiap orang yang hadir. Orasi maupun puisi protes terus dikumandangkan hingga titik pemberhentian terakhir di depan pintu kampus utama UNJ yang berada di Jalan Pemuda.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1193 seconds (0.1#10.140)