Bima Sebut 27 Pegawai Positif Covid-19 Berasal dari Kasus OTG
loading...
A
A
A
BOGOR - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menjelaskan delapan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) itu ada 27 orang positif Covid-19 terdiri dari dokter, bidan dan beberapa petugas non medis, seperti juru parkir dan resepsionis.Ia menegaskan, belum tentu mereka tertular dari para pasien yang berobat ke fasilitas kesehatan tingkat pertama atau kecamatan itu.
"Ada beberapa yang tertular di keluarganya sendiri. Jadi, ini sebetulnya penularan yang masih dalam klaster rumah tangga atau keluarga,” kata Bima di Bogor, Rabu (12/8/2020). ( )
Bima mengatakan, saat ini Pemkot Bogor tengah menggencarkan swab test massif. Target awalnya 8.000 swab test menjadi 11.000 swab test atau 1 persen dari jumlah penduduk Kota Bogor. "Nah, saat ini sudah hampir 9.000, targetnya satu bulan lagi tuntas. Dari sini kemudian ditemukan banyak kasus positif dari tempat yang beresiko, seperti kantor dan faskes," sebutnya.
Menurut dia, orang-orang yang ditemukan positif Covid-19 banyak berasal dari faskes OTG (Orang Tanpa Gejala). Ketika di swab ditemukan 27 orang dinyatakan positif yang bekerja di faskes. ( )
“Sebetulnya protokol kesehatan sudah dijalankan dengan baik. Jadi, ketika melayani warga, berinteraksi dengan pasien APD dipakai lengkap, cuma yang perlu diperbaiki tempat dan memasang APD harus dipastikan steril."
"Ketika tidak bertugas ini harus sama-sama menjaga dengan sesama staf, ketika makan, rapat. Makanya Pemkot mengeluarkan larangan untuk rapat secara tatap muka dalam waktu yang lama, dibatasi maksimal 30 menit dan dihadiri maksimal 20 orang,” katanya.
Atas temuan kasus baru ini, Pemkot akan mengambil langkah menutup 4 puskesmas yang dianggap beresiko atau kategori merah, yaitu orang yang terpapar ada riwayat kontak langsung di puskesmas. “Bagi puskesmas yang lain yang ditemukan ada yang positif, tapi tidak bersinggungan dengan pelayanan itu tetap buka, misalnya ditemukan di juru parkir dan lain-lain,” tuturnya.
Saat ini kata dia, masyarakat mulai semakin abai dengan protokol kesehatan di lingkungan kantor, dengan sesama pekerja, di tempat umum sudah tidak ada kewaspadaan lagi.“Itu yang sangat berbahaya, padahal mereka OTG yang bisa saling menularkan,” jelasnya.
Denda tidak menggunakan masker lanjut Bima, adalah salah satu instrumen saja, selain massifnya uji usap ata swab test agar bisa memetakan positif itu dimana saja dan langsung dilakukan mitigasi desinfeksi sembari menggencarkan protokol kesehatan secara masif.
“Kita akan menyasar faskes dan tempat-tempat berisiko, termasuk angkot. Jadi, betul-betul harus waspada dan hati-hati, kita sedang mengalami lonjakan Covid di Kota Bogor yang tidak boleh kita sikapi dengan main-main,” tegasnya.
Tercatat, petugas pelayanan langsung yang terinfeksi berjumlah 13, diantaranya 4 bidan, 2 dokter umum, 3 dokter internship, 2 petugas farmasi, dan 2 petugas analis. Sisanya, tiga petugas penunjang, yakni 1 petugas pendaftaran, 2 sekuriti.
Sementara petugas pelayanan tidak langsung, yakni 1 petugas gizi, dan 2 petugas promosi kesehatan. Selain itu, ada 8 petugas administrasi terdiri dari 3 petugas tata usaha, 1 staf, 2 OB, 1 administrasi, dan 1 bendahara.
"Ada beberapa yang tertular di keluarganya sendiri. Jadi, ini sebetulnya penularan yang masih dalam klaster rumah tangga atau keluarga,” kata Bima di Bogor, Rabu (12/8/2020). ( )
Bima mengatakan, saat ini Pemkot Bogor tengah menggencarkan swab test massif. Target awalnya 8.000 swab test menjadi 11.000 swab test atau 1 persen dari jumlah penduduk Kota Bogor. "Nah, saat ini sudah hampir 9.000, targetnya satu bulan lagi tuntas. Dari sini kemudian ditemukan banyak kasus positif dari tempat yang beresiko, seperti kantor dan faskes," sebutnya.
Menurut dia, orang-orang yang ditemukan positif Covid-19 banyak berasal dari faskes OTG (Orang Tanpa Gejala). Ketika di swab ditemukan 27 orang dinyatakan positif yang bekerja di faskes. ( )
“Sebetulnya protokol kesehatan sudah dijalankan dengan baik. Jadi, ketika melayani warga, berinteraksi dengan pasien APD dipakai lengkap, cuma yang perlu diperbaiki tempat dan memasang APD harus dipastikan steril."
"Ketika tidak bertugas ini harus sama-sama menjaga dengan sesama staf, ketika makan, rapat. Makanya Pemkot mengeluarkan larangan untuk rapat secara tatap muka dalam waktu yang lama, dibatasi maksimal 30 menit dan dihadiri maksimal 20 orang,” katanya.
Atas temuan kasus baru ini, Pemkot akan mengambil langkah menutup 4 puskesmas yang dianggap beresiko atau kategori merah, yaitu orang yang terpapar ada riwayat kontak langsung di puskesmas. “Bagi puskesmas yang lain yang ditemukan ada yang positif, tapi tidak bersinggungan dengan pelayanan itu tetap buka, misalnya ditemukan di juru parkir dan lain-lain,” tuturnya.
Saat ini kata dia, masyarakat mulai semakin abai dengan protokol kesehatan di lingkungan kantor, dengan sesama pekerja, di tempat umum sudah tidak ada kewaspadaan lagi.“Itu yang sangat berbahaya, padahal mereka OTG yang bisa saling menularkan,” jelasnya.
Denda tidak menggunakan masker lanjut Bima, adalah salah satu instrumen saja, selain massifnya uji usap ata swab test agar bisa memetakan positif itu dimana saja dan langsung dilakukan mitigasi desinfeksi sembari menggencarkan protokol kesehatan secara masif.
“Kita akan menyasar faskes dan tempat-tempat berisiko, termasuk angkot. Jadi, betul-betul harus waspada dan hati-hati, kita sedang mengalami lonjakan Covid di Kota Bogor yang tidak boleh kita sikapi dengan main-main,” tegasnya.
Tercatat, petugas pelayanan langsung yang terinfeksi berjumlah 13, diantaranya 4 bidan, 2 dokter umum, 3 dokter internship, 2 petugas farmasi, dan 2 petugas analis. Sisanya, tiga petugas penunjang, yakni 1 petugas pendaftaran, 2 sekuriti.
Sementara petugas pelayanan tidak langsung, yakni 1 petugas gizi, dan 2 petugas promosi kesehatan. Selain itu, ada 8 petugas administrasi terdiri dari 3 petugas tata usaha, 1 staf, 2 OB, 1 administrasi, dan 1 bendahara.
(mhd)