Kisruh Gang Besan Tangsel Kembali Memanas, Pengukuran Ulang Lahan Ricuh
loading...
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Kisruh Gang Besan yang pernah ramai, kembali memanas. Hal itu terjadi saat pengukuran ulang dilakukan di atas lahan yang menutup akses Gang Besan di kampung Cicentang, Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), Rabu (22/11/2023).
Pelaksanaan pengukuran ulang ini sempat terhambat setelah terjadi perselisihan antara warga dan petugas.
Pengukuran itu digelar sekitar pukul 10.00 WIB. Pihak kepolisian melibatkan Badan Pertanahan Nasional (BPN), kelurahan, kecamatan, warga hingga pihak pengusaha yang menutup akses Gang Besan tersebut.
Saat pengukuran baru berjalan terjadi perdebatan antara lembaga pendamping warga dari Perhimpunan Korban Mafia Hukum dan Ketidakadilan (Perkomham) dengan Kepala Unit (Kanit) Harda Polres Tangsel Iptu W. Perbedaan pendapat kian memanas hingga mengundang kerumunan warga sekitar.
Perdebatan itu berujung ricuh usai Iptu W merampas paksa handphone milik salah seorang tokoh warga bernama Hendra. Sontak, warga lain dan perwakilan lembaga Perkomhan memprotes aksi arogansi tersebut.
"Enggak boleh pak, enggak boleh, bapak anarkis seperti ini, rekam, rekam, kembalikan pak," teriak warga yang menyaksikan. "Huu, laporin, laporin ke Provam," sorak warga lainnya.
Sejumlah ibu-ibu ikut menyoraki aksi arogansi oknum petugas di lokasi. Setelah beberapa saat, handphone itu pun dikembalikan, namun dampak kericuhan sulit terbendung dan kian meluas. Pihak warga Gang Besan menuding jika petugas tidak netral dalam menyerap aspirasi mereka.
"Saya memang merekam dialog ini kan untuk dokumentasi, tapi HP saya direbut, dirampas. Buat saya ini tidak menunjukkan sikap sebagai seorang pengayom masyarakat. Menurut saya ini anarkis, saya syok, saya kaget, saya baru ngalami kali ini HP saya dirampas," tutur Hendra.
Pengukuran ulang terus berjalan. Beberapa petugas ukur yang mengaku dari BPN dan perwakilan pihak pengusaha nampak mengitari lahan yang menutup akses Gang Besan tersebut. Meski demikian, pihak pendamping warga menyebut jika pengukuran ulang itu tak memiliki dasar yang sah.
"Hari ini kita menemui deadlock atau buntu, kenapa ? karena pengukuran yang dilakukan tidak sesuai dengan aturan. Mestinya sebelum pengukuran dilakukan, si pemilik lahan sudah menunjukkan batas-batasnya. Nah hari ini, mereka seolah-olah dipaksa melakukan pengukuran berdasarkan keinginan si pemilik lahan," ungkap Humas Perkomham, Dian Samuel.
Kisruh penutupan Gang Besan terus menuai polemik sejak beberapa tahun ini mengingat jalan itu merupakan akses utama ratusan warga yang bermukim di sana. Kini Gang Besan sudah tak bisa dilalui karena sudah tertutup tembok beton. Mereka terpaksa memutar sejauh 2 km untuk bisa menuju ke jalan raya.
Pada Jumat, 3 Februari 2023, pengusaha bernama David Puteranegoro mengutus anak buahnya untuk menutup akses jalan gang itu dengan tembok setinggi 2 meter lebih. Bahkan pihak pengusaha menambah pula pemasangan kawat berduri tajam di atas beton tersebut.
Pelaksanaan pengukuran ulang ini sempat terhambat setelah terjadi perselisihan antara warga dan petugas.
Pengukuran itu digelar sekitar pukul 10.00 WIB. Pihak kepolisian melibatkan Badan Pertanahan Nasional (BPN), kelurahan, kecamatan, warga hingga pihak pengusaha yang menutup akses Gang Besan tersebut.
Saat pengukuran baru berjalan terjadi perdebatan antara lembaga pendamping warga dari Perhimpunan Korban Mafia Hukum dan Ketidakadilan (Perkomham) dengan Kepala Unit (Kanit) Harda Polres Tangsel Iptu W. Perbedaan pendapat kian memanas hingga mengundang kerumunan warga sekitar.
Perdebatan itu berujung ricuh usai Iptu W merampas paksa handphone milik salah seorang tokoh warga bernama Hendra. Sontak, warga lain dan perwakilan lembaga Perkomhan memprotes aksi arogansi tersebut.
"Enggak boleh pak, enggak boleh, bapak anarkis seperti ini, rekam, rekam, kembalikan pak," teriak warga yang menyaksikan. "Huu, laporin, laporin ke Provam," sorak warga lainnya.
Sejumlah ibu-ibu ikut menyoraki aksi arogansi oknum petugas di lokasi. Setelah beberapa saat, handphone itu pun dikembalikan, namun dampak kericuhan sulit terbendung dan kian meluas. Pihak warga Gang Besan menuding jika petugas tidak netral dalam menyerap aspirasi mereka.
"Saya memang merekam dialog ini kan untuk dokumentasi, tapi HP saya direbut, dirampas. Buat saya ini tidak menunjukkan sikap sebagai seorang pengayom masyarakat. Menurut saya ini anarkis, saya syok, saya kaget, saya baru ngalami kali ini HP saya dirampas," tutur Hendra.
Pengukuran ulang terus berjalan. Beberapa petugas ukur yang mengaku dari BPN dan perwakilan pihak pengusaha nampak mengitari lahan yang menutup akses Gang Besan tersebut. Meski demikian, pihak pendamping warga menyebut jika pengukuran ulang itu tak memiliki dasar yang sah.
"Hari ini kita menemui deadlock atau buntu, kenapa ? karena pengukuran yang dilakukan tidak sesuai dengan aturan. Mestinya sebelum pengukuran dilakukan, si pemilik lahan sudah menunjukkan batas-batasnya. Nah hari ini, mereka seolah-olah dipaksa melakukan pengukuran berdasarkan keinginan si pemilik lahan," ungkap Humas Perkomham, Dian Samuel.
Kisruh penutupan Gang Besan terus menuai polemik sejak beberapa tahun ini mengingat jalan itu merupakan akses utama ratusan warga yang bermukim di sana. Kini Gang Besan sudah tak bisa dilalui karena sudah tertutup tembok beton. Mereka terpaksa memutar sejauh 2 km untuk bisa menuju ke jalan raya.
Pada Jumat, 3 Februari 2023, pengusaha bernama David Puteranegoro mengutus anak buahnya untuk menutup akses jalan gang itu dengan tembok setinggi 2 meter lebih. Bahkan pihak pengusaha menambah pula pemasangan kawat berduri tajam di atas beton tersebut.
(thm)