Lewat Pidato, Zulkifli Ungkap Rahasia di Balik Pilgub DKI

Selasa, 02 Mei 2017 - 22:32 WIB
Lewat Pidato, Zulkifli Ungkap Rahasia di Balik Pilgub DKI
Lewat Pidato, Zulkifli Ungkap Rahasia di Balik Pilgub DKI
A A A
JAKARTA - Ketua MPR RI sekaligus Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan mengungkap rahasia di balik Pilgub DKI Jakarta yang baru saja usai. Dalam pidato publiknya yang berdurasi satu jam di hadapan ratusan anggota Badan Koordinasi Mubaligh Indonesia (Bakomubin) dan puluhan awak media, rahasia itu meliputi alasan parpol memilih calon untuk diusung sampai dengan intervensi Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) dalam pemilihan calon.

Di awal pidato, Zulkifli mengungkapkan, bahwa Islam memiliki peran penting dalam mempersatukan Indonesia. Untuk itu, jika ada pernyataan bahwa ada publik yang tidak mendukung Calon Gubernur Petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Pilkada DKI kemarin merupakan orang yang tidak memahami Pancasila dan tidak mendukung kebhinnekaan, harus segera diluruskan.

"Umat Islam harus di tempat yang utama. Ya sebagai pimpinan MPR, nah ini tempatnya. Dapat tempat utama. Saya senang ada ulama, Bakomubin dikasih tempat yang utama. Bukan di pinggir-pinggir Pak. Bukan," kata Zulkifli dalam Seminar Empat Pilar yang bertema "Mengaktualisasikan Nilai-Nilai Ayat Suci dan Konstitusi dalam Bingkai NKRI" di Gedung MPR, Jakarta, Selasa (2/5/2017).

Zulkifli bersyukur Anies Baswedan dan Sandiaga Uno terpilih. Meskipun calon yang diusung oleh partainya yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sylviana Murni kalah, tapi alasannya tidak memilih Anies karena diprediksikan akan kalah. Dia menceritakan, pada malam sebelum penentuan calon, awalnya enam partai yakni Demokrat, PAN, PKB, Gerindra dan PKS sudah menghitung potensi calon yakni, Yusril Ihza Mahendra dan Sandiaga Uno tapi tidak menang.

"Akhirnya dicari-cari, coba Chairul Tanjung (CT) barangkali. Jam 12 kurang baru ketemu dan kontak Chairul Tanjung. Kata CT "Gila kalian, ini usaha saya lagi susah kok disuruh maju gubernur" Itu jawabnya," ceritanya.

Lalu, lanjutnya, Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memajukan AHY, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto mau agar AHY menjadi cawagub dan Sandi menjadi cagub. Lalu, sekitar pukul 21.00 WIB malam 22 September 2016 Sandi mendatangi rumah Zulkifli di Kompleks Widya Chandra, Jakarta menyatakan bahwa Sandi bersedia dicalonkan menjadi cawagub dengan syarat politikus Zulkifli harus mempertemukan Prabowo dengan SBY.

"Nah saya tahu kalau Pak Prabowo, Pak SBY ketemu mesti ada jaminan lima tahun selesai. Kira-kira itu pak isinya. Sehingga tak jadi ketemu. Sudah putus AHY. Di sini (Gerindra-PKS) ya sudah Sandi sama Mardani," ungkapnya.

Tapi, lanjutnya, pada pukul 12.00 malam sampai 01.00 WIB dini hari itu ada intervensi Wapres JK via telepon yang didengar sendiri olehnya, dalam sambungan telepon JK meyakinkan untuk mencalonkan Anies. Tapi, karena koalisi Cikeas yakni Demokrat, PKB, PPP dan PAN sudah menentukan AHY dan Sylvi sehingga, Gerindra PKS memutuskan mengusung Anies-Sandi. Tapi intinya, kedua poros koalisi itu sepakat bahwa Jakarta membutuhkan perubahan dengan adanya gubernur baru.

"Jadi sepakat kita mesti ada gubernur baru. Jadi kalau kita menang yang sana gabung, kalau sana menang kita yang gabung. Janji laki-laki. Betul ini pak. Janji laki-laki. Pendek kata kan kalah kami, karena kalah saya datang dong ke SBY. Pak, bapak kan ketua koalisi. Kita sudah kalah. Duka sudah selesai habis pemilu. Cukup Pak. Kalau berduka lama-lama bahaya," kata Zulkifli kepada SBY.

Lalu, sambungnya, SBY membebaskan partai lain di koalisi Cikeas untuk memilih di putaran dua. Namun Demokrat tetap dalam posisi netral. Kemudian, Zulkifli mengunjungi Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Cak Imin mengatakan, paling bagus bersikap netral, walapun pada akhirnya PKB mendukung Ahok-Djarot. Dia juga menemui Ketua Umum PPP Rommahurmuziy (Romi) tapi Romi mengaku tidak berani keluar dari garis pendukung pemerintah karena legalitas PPP kubunya belum ditentukan.

"Lah surat belum keluar. Masih belum ada keputusan Mahkamah Agung. "Saya ini sopir belum punya SIM. Jadi maklum sajalah," kata Zulkifli menirukan ucapan Romi.

Karena itu, Zulkifli membeberkan, PAN meminta para ulama Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Dewan Dakwah, Tarbiyah dan juga Bakomubin. Bahkan dirinya sampai pergi ke Yogyakarta, dan hasilnya PAN dianjurkan untuk mendukung Anies-Sandi. Meskipun, menurut prediksi SBY akan kalah lantaran Ahok-Djarot didukung oleh pemerintah.

"Tapi menurut saya anda menang. Kenapa? Karena coblosannya tanggal 19. Dahulu guru saya selalu saya dikasih doa, nah ini doanya dari Quran, mukjizat. Kata guru saya mukjizat. Ini dari Quran kalimatnya. Saya selalu disuruh baca doa itu selalu 19 kali," ujar Zulkifli ke Anies waktu itu.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6787 seconds (0.1#10.140)