Sejarah JCC Jakarta, Pusat Konvensi yang Dibangun Tahun 1960
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejarah JCC Jakarta menarik diulas. JJC atau Jakarta Convention Center juga dikenal dengan Balai Sidang Jakarta.
Gedung ini biasa digunakan untuk penyelenggaraan acara penting baik skala nasional maupun internasional. Terbaru, JCC menjadi tempat diadakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN pada awal September 2023.
JCC juga menjadi tempat pertemuan kenegaraan, pameran, hingga konser musik. Gedung yang mempunyai 13 ruangan pertemuan dengan berbagai ukuran ini rupanya punya sejarah menarik dibaliknya yang jarang diketahui orang.
Pembangunan gedung JCC telah dimulai sejak 8 Februari 1960. Rencana pembangunan yang dicanangkan oleh Presiden Soekarno ini awalnya untuk memperlihatkan besarnya kekuatan Indonesia dalam menyambut Pesta Olahraga Negara Berkembang (Ganefo) pada 1963.
Sayangnya, sampai waktu yang ditentukan pembangunan Balai Sidang ini tak kunjung usai. Pembangunan gedung ini saat itu diperkirakan telah menghabiskan biaya sekitar USD12,5 juta atau Rp191,2 miliar.
Pembangunan gedung megah ini akhirnya selesai pada tahun 1974. Dalam gedung JCC sendiri terdapat Plenary Hall, yakni sebuah auditorium besar berkapasitas 5.000 orang beratap kubah (dome) raksasa.
Adapun sosok yang berada dibalik terciptanya JCC ini adalah Soejoedi Wirjoatmodjo, lulusan pendidikan arsitektur di Prancis, Belanda, dan Jerman. Dia adalah orang yang mendesain bentuk dari Balai Sidang tersebut.
Soejoedi Wirjoatmodjo sendiri telah dikenal sebagai arsitek Indonesia yang meletakkan dasar-dasar desain modern di setiap karyanya pasca kemerdekaan. Hal itu dilakukan oleh Soejoedi untuk melepas keterikatan gaya kolonialisme pada banyak bangunan lama di Tanah Air.
Setelah 18 tahun berdiri, JCC mendapatkan renovasi besar-besaran pada tahun 1992. Sebab, saat itu Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah KTT ke-10 Gerakan Nonblok. Sebanyak 109 delegasi dari berbagai negara diundang dalam acara tersebut.
Setelah direnovasi, akhirnya JCC kembali diresmikan ulang pada 25 Agustus 1992 oleh Presiden Soeharto. Usai direnovasi, Balai Pertemuan ini memiliki dua ruang besar untuk kebutuhan pameran, yaitu Exhibition Hall A dan B, luas masing-masing sekitar 3.060 m2 dan 6.075 m2.
Selain itu, terdapat pula tambahan 13 ruang pertemuan berbagai ukuran. Luas lahannya juga meningkat menjadi 12 hektare.
Selain Plenary Hall, kini ada pula Assembly Hall seluas 3.921 meter persegi (m2) berkapasitas 4.500 orang. Cendrawasih Room seluas 2.109 m2, serta 10 ruang lain yang mampu mengakomodasi 20 sampai 1.000 orang.
Ada juga terowongan bawah tanah yang dilengkapi travelator (tangga jalan datar) untuk menghubungkan pusat konvensi dengan sebuah hotel besar yang berada di dekatnya.
Sejak pertengahan tahun 2016 hingga September 2018, Balai Sidang Jakarta Convention Center telah menjadi tuan rumah ajang kejuaraan tarung bebas dan seni bela diri campuran ONE Championship sebanyak enam kali, sebelum akhirnya pada seri kejuaraan berikutnya berpindah ke Istora Gelora Bung Karno.
Balai Sidang Jakarta Convention Center merupakan suatu fasilitas untuk terselenggaranya bisnis MICE (Meetings, Incentives, Conferences, Exhibitions) yang terletak di area Senayan, berdekatan dengan pusat bisnis Sudirman (SCBD) dan Bursa Efek Indonesia (BEI).
Gedung ini biasa digunakan untuk penyelenggaraan acara penting baik skala nasional maupun internasional. Terbaru, JCC menjadi tempat diadakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN pada awal September 2023.
JCC juga menjadi tempat pertemuan kenegaraan, pameran, hingga konser musik. Gedung yang mempunyai 13 ruangan pertemuan dengan berbagai ukuran ini rupanya punya sejarah menarik dibaliknya yang jarang diketahui orang.
Sejarah Gedung JCC Jakarta
Pembangunan gedung JCC telah dimulai sejak 8 Februari 1960. Rencana pembangunan yang dicanangkan oleh Presiden Soekarno ini awalnya untuk memperlihatkan besarnya kekuatan Indonesia dalam menyambut Pesta Olahraga Negara Berkembang (Ganefo) pada 1963.
Sayangnya, sampai waktu yang ditentukan pembangunan Balai Sidang ini tak kunjung usai. Pembangunan gedung ini saat itu diperkirakan telah menghabiskan biaya sekitar USD12,5 juta atau Rp191,2 miliar.
Pembangunan gedung megah ini akhirnya selesai pada tahun 1974. Dalam gedung JCC sendiri terdapat Plenary Hall, yakni sebuah auditorium besar berkapasitas 5.000 orang beratap kubah (dome) raksasa.
Adapun sosok yang berada dibalik terciptanya JCC ini adalah Soejoedi Wirjoatmodjo, lulusan pendidikan arsitektur di Prancis, Belanda, dan Jerman. Dia adalah orang yang mendesain bentuk dari Balai Sidang tersebut.
Soejoedi Wirjoatmodjo sendiri telah dikenal sebagai arsitek Indonesia yang meletakkan dasar-dasar desain modern di setiap karyanya pasca kemerdekaan. Hal itu dilakukan oleh Soejoedi untuk melepas keterikatan gaya kolonialisme pada banyak bangunan lama di Tanah Air.
Setelah 18 tahun berdiri, JCC mendapatkan renovasi besar-besaran pada tahun 1992. Sebab, saat itu Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah KTT ke-10 Gerakan Nonblok. Sebanyak 109 delegasi dari berbagai negara diundang dalam acara tersebut.
Setelah direnovasi, akhirnya JCC kembali diresmikan ulang pada 25 Agustus 1992 oleh Presiden Soeharto. Usai direnovasi, Balai Pertemuan ini memiliki dua ruang besar untuk kebutuhan pameran, yaitu Exhibition Hall A dan B, luas masing-masing sekitar 3.060 m2 dan 6.075 m2.
Selain itu, terdapat pula tambahan 13 ruang pertemuan berbagai ukuran. Luas lahannya juga meningkat menjadi 12 hektare.
Selain Plenary Hall, kini ada pula Assembly Hall seluas 3.921 meter persegi (m2) berkapasitas 4.500 orang. Cendrawasih Room seluas 2.109 m2, serta 10 ruang lain yang mampu mengakomodasi 20 sampai 1.000 orang.
Ada juga terowongan bawah tanah yang dilengkapi travelator (tangga jalan datar) untuk menghubungkan pusat konvensi dengan sebuah hotel besar yang berada di dekatnya.
Sejak pertengahan tahun 2016 hingga September 2018, Balai Sidang Jakarta Convention Center telah menjadi tuan rumah ajang kejuaraan tarung bebas dan seni bela diri campuran ONE Championship sebanyak enam kali, sebelum akhirnya pada seri kejuaraan berikutnya berpindah ke Istora Gelora Bung Karno.
Balai Sidang Jakarta Convention Center merupakan suatu fasilitas untuk terselenggaranya bisnis MICE (Meetings, Incentives, Conferences, Exhibitions) yang terletak di area Senayan, berdekatan dengan pusat bisnis Sudirman (SCBD) dan Bursa Efek Indonesia (BEI).
(okt)