Sejarah Gedung Joang 45, Saksi Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gedung Joang 45 merupakan bangunan yang menjadi saksi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bangunan bersejarah ini mengingatkan semangat perjuangan bangsa Indonesia.
Banyak monumen dan bangunan yang didirikan untuk memperingati peristiwa sejarah Indonesia. Salah satunya Gedung Joang 45.
Gedung ini bukan hanya sekedar bangunan fisik, tetapi juga simbol dari perjuangan bangsa Indonesia.
Gedung Joang 45 terletak di Jalan Menteng Raya No. 31, Jakarta Pusat. Bangunan ini memiliki makna yang mendalam bagi bangsa Indonesia karena memiliki sejarah yang menyimpan jejak perjuangan dalam merebut kemerdekaan dari penjajahan Belanda.
Gedung ini bukan hanya tempat peringatan, tetapi juga museum yang mengabadikan sejarah perjuangan bangsa. Pengusaha asal Belanda bernama LC Schomper merupakan pemilik pertama bangunan ini.
Pada 1939, dia mendirikan Hotel Schomper dengan tujuan melayani pejabat tinggi Belanda, pengusaha asing, dan pejabat pribumi yang datang ke Batavia. Keluarga Schomper hidup bahagia di dalam hotel ini.
Pada 8 Maret 1942, Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak saat itulah kebahagiaan keluarga Schomper berakhir, terlebih saat Jepang mulai menyita aset-aset warga Belanda.
Keluarga Schomper juga dibawa Jepang ke Kamp Interniran bersama keluarga Belanda lainnya. Bangunan yang awalnya digunakan sebagai hotel tersebut saat itu berada di bawah kekuasaan Jepang.
Kemudian Jepang menyulap bangunan bekas hotel ini menjadi asrama pemuda Indonesia yang diberi nama Asrama Angkatan baru Indonesia. Sejak 1942, AM Hanafi dan kawan-kawan diizinkan Jepang untuk menggunakan bangunan ini sebagai asrama.
Asrama Angkatan Baru Indonesia dipimpin oleh Sukarni, dan Chaerul Saleh sebagai wakilnya sedangkan AM Hanafi sebagai Sekretaris Umum.
Tak hanya sebagai asrama, Jepang juga menjadikan bangunan bekas Hotel Schomper ini sebagai tempat pendidikan politik bagi pemuda Indonesia. Pendidikan politik ini bertujuan untuk mendukung kepentingan Asia Timur Raya.
Namun harapan Jepang lewat Gunseikanbu Sendenbu atau Badan Propaganda Jepang harus kandas. Pasalnya tokoh seperti Ir Soekarno, Moh. Hatta, Adam Malik dan Chaerul Saleh menjadi tokoh yang memajukan semangat pemuda Indonesia.
Usai menjadi Asrama Angkatan Baru Indonesia, gedung tersebut mengalami pergantian nama menjadi Gedung Menteng 31. Pemuda-pemuda yang tinggal di dalamnya dikenal sebagai Pemuda Menteng 31.
Mulai tahun 1972, Gedung Menteng 31 dinyatakan sebagai bangunan bersejarah oleh Gubernur DKI Jakarta. Tahun berikutnya, dilakukan restorasi pada bangunan bersejarah ini untuk memastikan kelayakannya sebagai tempat kunjungan.
Gedung Joang 45 adalah bukti nyata dari semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari penjajahan.
Melalui transformasinya menjadi museum, gedung ini berfungsi sebagai tempat pembelajaran dan pengingat akan sejarah perjuangan bangsa. Dengan menjaga dan menghormati warisan bersejarah ini, kita menjaga api semangat perjuangan terus menyala dalam menjalani masa depan yang lebih baik.
Itulah sejarah Gedung Joang 45, semoga informasi ini dapat menambah wawasan para pembaca.
Banyak monumen dan bangunan yang didirikan untuk memperingati peristiwa sejarah Indonesia. Salah satunya Gedung Joang 45.
Gedung ini bukan hanya sekedar bangunan fisik, tetapi juga simbol dari perjuangan bangsa Indonesia.
Sejarah Gedung Joang 45
Gedung Joang 45 terletak di Jalan Menteng Raya No. 31, Jakarta Pusat. Bangunan ini memiliki makna yang mendalam bagi bangsa Indonesia karena memiliki sejarah yang menyimpan jejak perjuangan dalam merebut kemerdekaan dari penjajahan Belanda.
Gedung ini bukan hanya tempat peringatan, tetapi juga museum yang mengabadikan sejarah perjuangan bangsa. Pengusaha asal Belanda bernama LC Schomper merupakan pemilik pertama bangunan ini.
Pada 1939, dia mendirikan Hotel Schomper dengan tujuan melayani pejabat tinggi Belanda, pengusaha asing, dan pejabat pribumi yang datang ke Batavia. Keluarga Schomper hidup bahagia di dalam hotel ini.
Baca Juga
Pada 8 Maret 1942, Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak saat itulah kebahagiaan keluarga Schomper berakhir, terlebih saat Jepang mulai menyita aset-aset warga Belanda.
Keluarga Schomper juga dibawa Jepang ke Kamp Interniran bersama keluarga Belanda lainnya. Bangunan yang awalnya digunakan sebagai hotel tersebut saat itu berada di bawah kekuasaan Jepang.
Kemudian Jepang menyulap bangunan bekas hotel ini menjadi asrama pemuda Indonesia yang diberi nama Asrama Angkatan baru Indonesia. Sejak 1942, AM Hanafi dan kawan-kawan diizinkan Jepang untuk menggunakan bangunan ini sebagai asrama.
Asrama Angkatan Baru Indonesia dipimpin oleh Sukarni, dan Chaerul Saleh sebagai wakilnya sedangkan AM Hanafi sebagai Sekretaris Umum.
Tak hanya sebagai asrama, Jepang juga menjadikan bangunan bekas Hotel Schomper ini sebagai tempat pendidikan politik bagi pemuda Indonesia. Pendidikan politik ini bertujuan untuk mendukung kepentingan Asia Timur Raya.
Namun harapan Jepang lewat Gunseikanbu Sendenbu atau Badan Propaganda Jepang harus kandas. Pasalnya tokoh seperti Ir Soekarno, Moh. Hatta, Adam Malik dan Chaerul Saleh menjadi tokoh yang memajukan semangat pemuda Indonesia.
Usai menjadi Asrama Angkatan Baru Indonesia, gedung tersebut mengalami pergantian nama menjadi Gedung Menteng 31. Pemuda-pemuda yang tinggal di dalamnya dikenal sebagai Pemuda Menteng 31.
Mulai tahun 1972, Gedung Menteng 31 dinyatakan sebagai bangunan bersejarah oleh Gubernur DKI Jakarta. Tahun berikutnya, dilakukan restorasi pada bangunan bersejarah ini untuk memastikan kelayakannya sebagai tempat kunjungan.
Gedung Joang 45 adalah bukti nyata dari semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari penjajahan.
Melalui transformasinya menjadi museum, gedung ini berfungsi sebagai tempat pembelajaran dan pengingat akan sejarah perjuangan bangsa. Dengan menjaga dan menghormati warisan bersejarah ini, kita menjaga api semangat perjuangan terus menyala dalam menjalani masa depan yang lebih baik.
Itulah sejarah Gedung Joang 45, semoga informasi ini dapat menambah wawasan para pembaca.
(okt)