Kampanye Masif Galon Sekali Pakai Ganggu Upaya Pengurangan Sampah Plastik
loading...
A
A
A
Artinya, potensi pencemaran lingkungan yang diakibatkan galon sekali pakai juga akan meningkat seiring jumlah produksi mereka karena tidak bisa dibarengi dengan angka kolektif sampah. Terlebih galon sekali pakai muncul dalam ukuran yang lebih kecil dari galon isi ulang sekitar 5 hingga 15 liter untuk ukuran paling besar.
Di saat yang bersamaan, Ghofar menilai produsen memiliki tanggung jawab dalam mengumpulkan sampah plastik mereka yang beredar di masyarakat. Dia meminta agar produsen jangan hanya melakukan klaim telah mengelola persampahan plastik mereka.
Dia menyinggung upaya pengumpulan sampah plastik oleh produsen galon sekali pakai yang menurutnya justru seperti memutarbalikkan fakta di lapangan. Produsen mengandalkan pemulung yang tidak bertanggung jawab langsung kepada perusahaan untuk mengumpulkan sampah plastik mereka.
Menurut Ghofar, perusahaan menggunakan dalih bekerja sama dengan pemulung di beberapa titik sehingga seolah-olah semua produk yang mereka hasilkan itu dikumpulkan dan 100 persen didaur ulang. Padahal, faktanya angka daur ulang di Indonesia masih rendah.
"Jadi saya pikir ini yang patut dipertanyakan dari galon sekali pakai, dia mengklaim diri sebagai kemasan yang bisa didaur ulang sementara tingkat daur ulang saja masih sangat rendah. Belum angka pengumpulan yang membutuhkan effort lebih besar dari masyarakat maupun dari si pemulung itu sendiri," katanya.
Sebelumnya, Divisi Edukasi Ecoton Foundation, Alaika mengatakan kalau kesehatan 35 sungai di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Sungai-sungai tersebut positif terkontaminasi mikroplastik akibat banyaknya sampah plastik.
Hal tersebut didapati setelah melakukan penelitian di beberapa sungai di Indonesia terkait audit sampah, kontaminasi mikroplastik, pengaruh dan potensi dampak mikroplastik terhadap organisme hidup termasuk manusia.
Di saat yang bersamaan, Ghofar menilai produsen memiliki tanggung jawab dalam mengumpulkan sampah plastik mereka yang beredar di masyarakat. Dia meminta agar produsen jangan hanya melakukan klaim telah mengelola persampahan plastik mereka.
Dia menyinggung upaya pengumpulan sampah plastik oleh produsen galon sekali pakai yang menurutnya justru seperti memutarbalikkan fakta di lapangan. Produsen mengandalkan pemulung yang tidak bertanggung jawab langsung kepada perusahaan untuk mengumpulkan sampah plastik mereka.
Menurut Ghofar, perusahaan menggunakan dalih bekerja sama dengan pemulung di beberapa titik sehingga seolah-olah semua produk yang mereka hasilkan itu dikumpulkan dan 100 persen didaur ulang. Padahal, faktanya angka daur ulang di Indonesia masih rendah.
"Jadi saya pikir ini yang patut dipertanyakan dari galon sekali pakai, dia mengklaim diri sebagai kemasan yang bisa didaur ulang sementara tingkat daur ulang saja masih sangat rendah. Belum angka pengumpulan yang membutuhkan effort lebih besar dari masyarakat maupun dari si pemulung itu sendiri," katanya.
Sebelumnya, Divisi Edukasi Ecoton Foundation, Alaika mengatakan kalau kesehatan 35 sungai di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Sungai-sungai tersebut positif terkontaminasi mikroplastik akibat banyaknya sampah plastik.
Hal tersebut didapati setelah melakukan penelitian di beberapa sungai di Indonesia terkait audit sampah, kontaminasi mikroplastik, pengaruh dan potensi dampak mikroplastik terhadap organisme hidup termasuk manusia.
(jon)