Sejarah Stasiun Tanah Abang, Selalu Beradaptasi dengan Kondisi Padatnya Mobilitas Penumpang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Stasiun Tanah Abang merupakan stasiun yang paling populer di Jakarta. Hal itu terlihat dari mobilitas stasiun yang tak pernah sepi.
Seperti stasiun pada umumnya, Stasiun Tanah Abang Jakarta juga memiliki sejarah yang menarik untuk diketahui. Terutama bagi mereka yang kerap menjadikan kereta api sebagai moda transportasinya.
Peresmian Stasiun Tanah Abang dilakukan pada 1889 oleh perusahaan kereta api Hindia Belanda bernama Staatsspoorwegen Westerlijnen (SS-WL) bersamaan dengan pengoperasian jalur KA baru Jakarta-Angke-Rangkasbitung.
Bangunan asli stasiun ini telah dibongkar dan digantikan dengan bentuk bangunan berlantai dua seperti yang terlihat saat ini. Fasilitasnya pun semakin lengkap dengan adanya jembatan penyeberangan penumpang dan eskalator.
Dalam sejarahnya, perubahan bangunan tersebut diresmikan pada 3 Juni 1987 oleh Menteri Perhubungan, Haryanto Dhanutirto. Perubahan bangunan Stasiun Tanah Abang itu dibuat untuk mengakomodasi penumpang KRL Jabotabek yang kala itu sudah beroperasi di jalur Tanah Abang–Serpong.
Stasiun Tanah Abang hingga saat ini memiliki enam jalur sebagai jalur kereta lurus. Stasiun yang satu ini juga dilengkapi dengan dipo lokomotif di sebelah timur laut stasiun dan terhubung langsung dengan jalur 1.
Selain melayani KRL dan langsiran lokomotif, Stasiun Tanah Abang juga dijadikan tempat parkir untuk rangkaian Jayakarta yang merupakan KA penumpang cukup panjang dengan 15 kereta dalam satu rangkaiannya.
Sebelumnya Stasiun Tanah Abang pernah menjadi tempat parkir untuk rangkaian Gumarang dan kini rangkaian tersebut dipindahkan ke Stasiun Tanjung Priuk semenjak adanya rangkaian Jayakarta datang ke Stasiun Tanah Abang.
Seiring berjalannya waktu, Stasiun Tanah Abang juga terus mengalami perkembangan. Pada tahun 2023 ini pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan kembali akan melakukan pengembangan Stasiun Tanah Abang, Jakarta.
Upaya pengembangan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi semakin padatnya penumpang KRL Commuterline Jabodetabek di Stasiun Tanah Abang, mengingat statusnya sebagai stasiun dengan intensitas tertinggi di Ibukota setelah stasiun Manggarai dan Bogor.
Dimulainya proses pengembangan tersebut secara resmi diumumkan oleh Menteri Perhubungan Indonesia, Budi Karya Sumadi pada hari Minggu, 30 April 2023.
"Hari ini kita membangun (Stasiun) Tanah Abang agar bisa meningkatkan kapasitas tiga kali lipat, dari 100 ribu menjadi 300 ribu penumpang per hari," ujar Budi, saat meninjau kondisi arus balik di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, dikutip Kamis (4/5/2023)
Seperti stasiun pada umumnya, Stasiun Tanah Abang Jakarta juga memiliki sejarah yang menarik untuk diketahui. Terutama bagi mereka yang kerap menjadikan kereta api sebagai moda transportasinya.
Sejarah Stasiun Tanah Abang Jakarta
Stasiun Tanah Abang merupakan stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di kelurahan Kampung Bali, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.Peresmian Stasiun Tanah Abang dilakukan pada 1889 oleh perusahaan kereta api Hindia Belanda bernama Staatsspoorwegen Westerlijnen (SS-WL) bersamaan dengan pengoperasian jalur KA baru Jakarta-Angke-Rangkasbitung.
Bangunan asli stasiun ini telah dibongkar dan digantikan dengan bentuk bangunan berlantai dua seperti yang terlihat saat ini. Fasilitasnya pun semakin lengkap dengan adanya jembatan penyeberangan penumpang dan eskalator.
Dalam sejarahnya, perubahan bangunan tersebut diresmikan pada 3 Juni 1987 oleh Menteri Perhubungan, Haryanto Dhanutirto. Perubahan bangunan Stasiun Tanah Abang itu dibuat untuk mengakomodasi penumpang KRL Jabotabek yang kala itu sudah beroperasi di jalur Tanah Abang–Serpong.
Stasiun Tanah Abang hingga saat ini memiliki enam jalur sebagai jalur kereta lurus. Stasiun yang satu ini juga dilengkapi dengan dipo lokomotif di sebelah timur laut stasiun dan terhubung langsung dengan jalur 1.
Selain melayani KRL dan langsiran lokomotif, Stasiun Tanah Abang juga dijadikan tempat parkir untuk rangkaian Jayakarta yang merupakan KA penumpang cukup panjang dengan 15 kereta dalam satu rangkaiannya.
Sebelumnya Stasiun Tanah Abang pernah menjadi tempat parkir untuk rangkaian Gumarang dan kini rangkaian tersebut dipindahkan ke Stasiun Tanjung Priuk semenjak adanya rangkaian Jayakarta datang ke Stasiun Tanah Abang.
Seiring berjalannya waktu, Stasiun Tanah Abang juga terus mengalami perkembangan. Pada tahun 2023 ini pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan kembali akan melakukan pengembangan Stasiun Tanah Abang, Jakarta.
Upaya pengembangan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi semakin padatnya penumpang KRL Commuterline Jabodetabek di Stasiun Tanah Abang, mengingat statusnya sebagai stasiun dengan intensitas tertinggi di Ibukota setelah stasiun Manggarai dan Bogor.
Dimulainya proses pengembangan tersebut secara resmi diumumkan oleh Menteri Perhubungan Indonesia, Budi Karya Sumadi pada hari Minggu, 30 April 2023.
"Hari ini kita membangun (Stasiun) Tanah Abang agar bisa meningkatkan kapasitas tiga kali lipat, dari 100 ribu menjadi 300 ribu penumpang per hari," ujar Budi, saat meninjau kondisi arus balik di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, dikutip Kamis (4/5/2023)
(bim)