Normal Baru, Kriminal Baru
loading...
A
A
A
Semua hal itu dilakukan dengan bantuan masyarakat kebanyakan yang bekerja sebagai staf, bawahan, atau office boy, yang mau saja diperintah untuk tanda-tangan, untuk antar uang, untuk mengetik dokumen, dan sebagainya. Tentu ada imbalan dari kegiatan-kegiatan tersebut. Bukankah itu artinya masyarakat kebanyakan sebenarnya dieksploitasi oleh kelas menengah? (Lihat videonya: Seorang Nenek Renta di Banyuasin Digugat Anak Sendiri Perihal Warisan)
Demikian juga terorisme. Kelas menengah yang tahu agama lalu mengajari masyarakat kebanyakan dengan ajaran dari aliran tertentu. Pengajaran dilakukan sedemikian rupa sehingga mereka bahkan bersedia menjadi pelaku bom bunuh diri. Pendek kata, itu bentuk lain dari eksploitasi juga.
Dikhawatirkan ke depan, situasi pengungkit ini akan semakin banyak sehingga masyarakat bisa berada pada situasi terpolarisasi: yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Atau yang pintar makin pintar, yang bodoh makin bodoh. New Normal berpotensi melahirkan disintegrasi ketimbang integrasi bangsa.
Demikian juga terorisme. Kelas menengah yang tahu agama lalu mengajari masyarakat kebanyakan dengan ajaran dari aliran tertentu. Pengajaran dilakukan sedemikian rupa sehingga mereka bahkan bersedia menjadi pelaku bom bunuh diri. Pendek kata, itu bentuk lain dari eksploitasi juga.
Dikhawatirkan ke depan, situasi pengungkit ini akan semakin banyak sehingga masyarakat bisa berada pada situasi terpolarisasi: yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Atau yang pintar makin pintar, yang bodoh makin bodoh. New Normal berpotensi melahirkan disintegrasi ketimbang integrasi bangsa.
(ysw)