Gadis Impor, Alasan Belanda Betah Menjajah di Batavia
Jum'at, 12 Agustus 2022 - 06:15 WIB
Sebanyak 6 gadis tiba di Batavia pada tahun 1622. Mereka mendapat julukan “putri-putri kompeni”. Di tahun yang sama didatangkan juga sejumlah gadis dari Amsterdam.
Mayoritas masih lajang rata-rata umurnya 11-20 tahun. Memang gadis muda yang diinginkan penguasa kolonial karena memungkinkan mereka menikah dengan pria Belanda dan memiliki keturunan.
Apalagi saat itu tidak semua pejabat kolonial Belanda yang datang ke Batavia membawa istri mereka. Maka, gadis-gadis impor itu yang menjadi pasangan hidupnya.
Meski JP Coen sadar “putri-putri kompeni” belum tentu baik sebagai istri para pejabat kolonial. Sebab, gadis impor itu kebanyakan berasal dari keluarga miskin dan pendidikan rendah sehingga mereka mau tinggal di Batavia hanya untuk mencari kekayaan. Setelah kaya, mereka minta dipulangkan ke Eropa.
Baca juga: Sejarah Tambora, Berawal dari Perjuangan KH Moestojib dan Ki Daeng Melawan Belanda di Batavia
“Gadis-gadis Belanda datang ke Batavia dalam keadaan miskin. Kalau mereka sudah kaya, mereka tak berhenti mengomel. Mereka ingin pulang memamerkan kekayaan mereka kepada kerabat dan tetangga,” kata seorang pejabat kolonial.
Dalam perkembangannya, jumlah gadis impor dari Eropa mulai dikurangi bahkan disetop. Orang-orang Belanda di Batavia mulai melirik perempuan-perempuan Asia.
Terjadilah perkawinan campuran antara pria Belanda dengan perempuan Asia. Sebenarnya ini bukan hal baru. Sejak lama pria Belanda sudah terlibat asmara gelap dengan wanita-wanita Asia yang dijadikan budak.
Misalnya wanita India atau dari belahan Timur Indonesia. Hanya saja kisah asmara mereka tak diungkap.
Mayoritas masih lajang rata-rata umurnya 11-20 tahun. Memang gadis muda yang diinginkan penguasa kolonial karena memungkinkan mereka menikah dengan pria Belanda dan memiliki keturunan.
Apalagi saat itu tidak semua pejabat kolonial Belanda yang datang ke Batavia membawa istri mereka. Maka, gadis-gadis impor itu yang menjadi pasangan hidupnya.
Meski JP Coen sadar “putri-putri kompeni” belum tentu baik sebagai istri para pejabat kolonial. Sebab, gadis impor itu kebanyakan berasal dari keluarga miskin dan pendidikan rendah sehingga mereka mau tinggal di Batavia hanya untuk mencari kekayaan. Setelah kaya, mereka minta dipulangkan ke Eropa.
Baca juga: Sejarah Tambora, Berawal dari Perjuangan KH Moestojib dan Ki Daeng Melawan Belanda di Batavia
“Gadis-gadis Belanda datang ke Batavia dalam keadaan miskin. Kalau mereka sudah kaya, mereka tak berhenti mengomel. Mereka ingin pulang memamerkan kekayaan mereka kepada kerabat dan tetangga,” kata seorang pejabat kolonial.
Dalam perkembangannya, jumlah gadis impor dari Eropa mulai dikurangi bahkan disetop. Orang-orang Belanda di Batavia mulai melirik perempuan-perempuan Asia.
Terjadilah perkawinan campuran antara pria Belanda dengan perempuan Asia. Sebenarnya ini bukan hal baru. Sejak lama pria Belanda sudah terlibat asmara gelap dengan wanita-wanita Asia yang dijadikan budak.
Misalnya wanita India atau dari belahan Timur Indonesia. Hanya saja kisah asmara mereka tak diungkap.
(jon)
tulis komentar anda