Ribuan Balita Depok Alami Stunting, 70 Persen Keluarga Mampu
Sabtu, 25 Juni 2022 - 12:26 WIB
DEPOK - Angka stunting di Kota Depok terendah se-Jawa Barat. Dari studi status gizi Indonesia, angka stunting di Kota Depok hanya 12,3 persen berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021. Sedangkan di Jawa Barat sendiri mencapai 24,5 persen.
”Kota Depok tahun 2021 masih memiliki angka stunting terendah di Jawa Barat, yaitu 12,3% menurut Studi Status Gizi Indonesia, angka ini terkecil di Jabar dimana jabar di angka 24,5%,” ujar Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono,Sabtu (25/6/2022).
Menurut dia, angka dari SSGI tersebut jauh berbeda dengan yang dimiliki Kota Depok berdasarkan Dinas Kesehatan Kota Depok yang hanya 3,43 persen. Atau secara jumlah hanya 3.693 balita saja balita Depok yang mengalami stunting.
”Kalau dari Dinkes Depok hanya 3,43 % atau sebanyak 3.693 balita. Angka ini didapat langsung dari para kader posyandu di semua RW se-Kota Depok,” ungkapnya.
Dari 3.693 balita tersebut, 30% berasal dari masyarakat miskin. Sedangkan sisanya yaitu 70% berasal dari kalangan mampu. Imam menyebut, pemicu stunting tersebut karena pola asuh. Misalnya kesibukan ibu bekerja menyerahkan anak pada asisten rumah tangga.
”Pola asuh artinya dalam memberikan makan balita banyak diserahkan ke asisten rumah tangga karena kesibukan sang ibu yang bekerja. Sehingga makanan balita tidak sehat, atau tidak sesuai asupan dari yang seharusnya,” katanya.
Pemicu lainnya karena kesalahan cara memasak sehingga makanan kehilangan kandungan gizi, protein dan vitamin. Selain itu, tampilan makanan yang tidak menarik juga membuat anak enggan makan. “Atau anak dimanjakan dengan makanan tidak sehat seperti jajanan,” ujarnya.
Untuk menekan angka stunting, Kota Depok membuat program D'sunting menara (Depok Sukses Bebas Stunting Mewujudkan Depok Ramah Anak). Yaitu melalui kegiatan yang dipelopori oleh para kader PKK Kota Depok.
”Kami bersama Wagub Jabar deklarasi untuk menurunkan angka prevalensi stunting Jabar dengan membentuk satgas khusus stunting tingkat desa dan kelurahan sekaligus peluncuran gerakan Ngawal Jawa Barat New Zero Stunting (Ngabring),” pungkasnya.
”Kota Depok tahun 2021 masih memiliki angka stunting terendah di Jawa Barat, yaitu 12,3% menurut Studi Status Gizi Indonesia, angka ini terkecil di Jabar dimana jabar di angka 24,5%,” ujar Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono,Sabtu (25/6/2022).
Menurut dia, angka dari SSGI tersebut jauh berbeda dengan yang dimiliki Kota Depok berdasarkan Dinas Kesehatan Kota Depok yang hanya 3,43 persen. Atau secara jumlah hanya 3.693 balita saja balita Depok yang mengalami stunting.
”Kalau dari Dinkes Depok hanya 3,43 % atau sebanyak 3.693 balita. Angka ini didapat langsung dari para kader posyandu di semua RW se-Kota Depok,” ungkapnya.
Dari 3.693 balita tersebut, 30% berasal dari masyarakat miskin. Sedangkan sisanya yaitu 70% berasal dari kalangan mampu. Imam menyebut, pemicu stunting tersebut karena pola asuh. Misalnya kesibukan ibu bekerja menyerahkan anak pada asisten rumah tangga.
”Pola asuh artinya dalam memberikan makan balita banyak diserahkan ke asisten rumah tangga karena kesibukan sang ibu yang bekerja. Sehingga makanan balita tidak sehat, atau tidak sesuai asupan dari yang seharusnya,” katanya.
Pemicu lainnya karena kesalahan cara memasak sehingga makanan kehilangan kandungan gizi, protein dan vitamin. Selain itu, tampilan makanan yang tidak menarik juga membuat anak enggan makan. “Atau anak dimanjakan dengan makanan tidak sehat seperti jajanan,” ujarnya.
Untuk menekan angka stunting, Kota Depok membuat program D'sunting menara (Depok Sukses Bebas Stunting Mewujudkan Depok Ramah Anak). Yaitu melalui kegiatan yang dipelopori oleh para kader PKK Kota Depok.
”Kami bersama Wagub Jabar deklarasi untuk menurunkan angka prevalensi stunting Jabar dengan membentuk satgas khusus stunting tingkat desa dan kelurahan sekaligus peluncuran gerakan Ngawal Jawa Barat New Zero Stunting (Ngabring),” pungkasnya.
(ams)
tulis komentar anda