Kisah Komandan Brimob Ditakuti Perwira Mabes Polri karena Kenekatannya
Selasa, 31 Mei 2022 - 17:46 WIB
JAKARTA - Komandan Brimob satu ini ditakuti perwira Markas Besar DKN (Djawatan Kepolisian Negara sekarang Mabes Polri ) karena kenekatannya. Brimob itu adalah AKBP (Purn) Hartino.
Hartino merupakan satu-satunya perwira yang lolos dalam ujian Ranger angkatan I tahun 1959, namun tidak bisa menjadi perwira tinggi. Padahal, saat itu dia sudah berpangkat Inspektur Dua (Ipda) yang diketahui pangkat tertinggi dalam jajaran pasukan khusus.
Baca juga: Kisah Komandan Brimob Kepung Mabes Polri Berbuntut Kapolri Soetjipto Mundur
Dikutip dari buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, karya Anton Agus Setyawan dan Andi Muh Darlis, Januari 2013, karena kenekatan itulah membuat Hartino dipindahkan ke Sulawesi. Diduga ada “ketakutan” para perwira di Mabes Polri terhadap kenekatan Hartino.
Kenapa Hartino begitu nekat dan ditakuti? Jiwa keras Hartino terkuak ketika dia diturunkan dalam misi infiltrasi ke Irian Barat/Papua pada tahun 1962. Hartino yang menjabat Ipda mengacungkan senapan AR 15 dan melepas pengamannya untuk membidik Komandan Detasemen demi membela prajurit Ranger atau Resimen Pelopor.
Amarah Hartino bukan tanpa alasan. Menurutnya, sang komandan belum berhak menggunakan nama Pelopor karena belum melaksanakan ujian kualifikasi Pelopor.
Ketegangan mengendur ketika Hartino melihat Komandan Detasemen yang berpangkat Ajun Komisaris itu pucat. Beruntung, insiden ini tidak membawa korban jiwa karena Hartino dapat ditenangkan oleh para Bintara komandan tim.
Akibat peristiwa itu, sang Komandan Detasemen diganti oleh perwira muda yang kelak menjadi komandan legendaris Resimen Pelopor yakni Jenderal Polisi (Purn) Anton Soedjarwo yang akhirnya menjabat Kapolri periode tahun 1982-1986.
Selain kenekatannya, sosok Hartino juga unik. Anak buahnya kerap mengira Komandan Kompi A Brimob Ranger ini memiliki jimat yang mampu mengendus atau menjejak gerombolan pemberontak.
Hartino merupakan satu-satunya perwira yang lolos dalam ujian Ranger angkatan I tahun 1959, namun tidak bisa menjadi perwira tinggi. Padahal, saat itu dia sudah berpangkat Inspektur Dua (Ipda) yang diketahui pangkat tertinggi dalam jajaran pasukan khusus.
Baca juga: Kisah Komandan Brimob Kepung Mabes Polri Berbuntut Kapolri Soetjipto Mundur
Dikutip dari buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, karya Anton Agus Setyawan dan Andi Muh Darlis, Januari 2013, karena kenekatan itulah membuat Hartino dipindahkan ke Sulawesi. Diduga ada “ketakutan” para perwira di Mabes Polri terhadap kenekatan Hartino.
Kenapa Hartino begitu nekat dan ditakuti? Jiwa keras Hartino terkuak ketika dia diturunkan dalam misi infiltrasi ke Irian Barat/Papua pada tahun 1962. Hartino yang menjabat Ipda mengacungkan senapan AR 15 dan melepas pengamannya untuk membidik Komandan Detasemen demi membela prajurit Ranger atau Resimen Pelopor.
Amarah Hartino bukan tanpa alasan. Menurutnya, sang komandan belum berhak menggunakan nama Pelopor karena belum melaksanakan ujian kualifikasi Pelopor.
Ketegangan mengendur ketika Hartino melihat Komandan Detasemen yang berpangkat Ajun Komisaris itu pucat. Beruntung, insiden ini tidak membawa korban jiwa karena Hartino dapat ditenangkan oleh para Bintara komandan tim.
Akibat peristiwa itu, sang Komandan Detasemen diganti oleh perwira muda yang kelak menjadi komandan legendaris Resimen Pelopor yakni Jenderal Polisi (Purn) Anton Soedjarwo yang akhirnya menjabat Kapolri periode tahun 1982-1986.
Selain kenekatannya, sosok Hartino juga unik. Anak buahnya kerap mengira Komandan Kompi A Brimob Ranger ini memiliki jimat yang mampu mengendus atau menjejak gerombolan pemberontak.
tulis komentar anda