Beragam Nama Jakarta Sejak Tahun 397 hingga Sekarang
Jum'at, 08 April 2022 - 18:02 WIB
Sunda Kelapa (397–1527)
Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kalapa berlokasi di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Padjadjaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari Pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan.
Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, serta Cimanuk.
Jayakarta (1527–1619)
Bangsa Portugis (bangsa Eropa) merupakan bangsa yang pertama kali datang ke Jakarta. Pada abad ke-16, Raja Sunda Surawisesa meminta bantuan Portugis yang ada di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan memisahkan diri dari Kerajaan Sunda.
Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam cerita pantun seloka Mundinglaya Dikusumah di mana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun, sebelum pendirian benteng terlaksana, Cirebon yang dibantu Demak langsung menyerang pelabuhan.
Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi, karena penyerangan tersebut membumihanguskan kota pelabuhan dan membunuh banyak rakyat Sunda di sana termasuk syahbandar pelabuhan.
Penetapan hari jadi Jakarta oleh wali kota Jakarta Sudiro pada 22 Juni 1956 adalah berdasarkan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada 1527. Fatahillah mengganti nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti kota kemenangan. Selanjutnya, Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon menyerahkan pemerintahan di Jayakarta kepada putranya yaitu Maulana Hasanuddin dari Banten yang menjadi sultan di Kesultanan Banten.
Batavia (1619–1942)
Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16 setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Jayakarta pada awal abad ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten.
Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kalapa berlokasi di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Padjadjaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari Pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan.
Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, serta Cimanuk.
Jayakarta (1527–1619)
Bangsa Portugis (bangsa Eropa) merupakan bangsa yang pertama kali datang ke Jakarta. Pada abad ke-16, Raja Sunda Surawisesa meminta bantuan Portugis yang ada di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan memisahkan diri dari Kerajaan Sunda.
Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam cerita pantun seloka Mundinglaya Dikusumah di mana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun, sebelum pendirian benteng terlaksana, Cirebon yang dibantu Demak langsung menyerang pelabuhan.
Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi, karena penyerangan tersebut membumihanguskan kota pelabuhan dan membunuh banyak rakyat Sunda di sana termasuk syahbandar pelabuhan.
Penetapan hari jadi Jakarta oleh wali kota Jakarta Sudiro pada 22 Juni 1956 adalah berdasarkan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada 1527. Fatahillah mengganti nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti kota kemenangan. Selanjutnya, Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon menyerahkan pemerintahan di Jayakarta kepada putranya yaitu Maulana Hasanuddin dari Banten yang menjadi sultan di Kesultanan Banten.
Batavia (1619–1942)
Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16 setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Jayakarta pada awal abad ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten.
tulis komentar anda